Chapter 15 : A Journal

4 0 0
                                    

#15 A Journal that Reveals The Truth

Alarm dari ponsel Rolfie yang ada di atas nakas berdering nyaring memenuhi ruangannya. Cahaya matahari pagi menembus gorden berwarna biru pucatnya yang transparan. Jendelanya tertutup rapat seperti yang biasa ia lakukan sebelum ia tidur. Ia bangun dari tidurnya perlahan dan menyandarkan punggungnya di bantal yang telah ia atur sebagai sandaran. Ia memandang tubuh telanjang atasnya yang ideal dengan nanar untuk memperoleh kesadarannya untuk mematikan alarm di ponselnya. Lagu kesukaannya pun berhenti terdengar dan membuat kamarnya sunyi kembali. Ia memandang layar ponselnya dan melihat pukul berapa sekarang. Jam tujuh pagi lebih dua menit. Rolfie mengambil segelas air berisi air minum yang selalu ia sediakan untuk menghilangkan dehidrasinya setiap bangun tidur.

"Haah..." Rolfie menghela napas panjang untuk menjernihkan pikirannya. Pertama-tama ia mengingat apa yang harus ia lakukan setelah bangun pagi.

Rolfie bangkit dari kasurnya. Masih tetap dengan celana pendek yang ia kenakan, ia mencuci mukanya dan menyikat giginya. Ia memulai rutinitas paginya dengan berlari di atas treadmill untuk 45 menit ke depan sebelum ia berangkat mandi. Karena suhu yang rendah di luar, ia tidak bisa melakukan jalan pagi yang biasa ia lakukan sebelum memulai aktivitas lainnya. Karena salju mulai menebal menyebabkan sepatunya basah kemarin dan membuat sepatu itu berakhir di mesin pengering sekarang. Pagi ini cukup cerah. Langit yang Rolfie lihat melalui jendela rumahnya, tampak tidak bermendung tebal seperti hari-hari sebelumnya.

Tiba-tiba terlintas dipikirannya. Apa yang sedang Julia lakukan di pagi hari yang cerah ini? Mungkin gadis itu sedang memakan sarapannya bersama keluarganya, atau sedang membaca buku, atau bahkan sekarang gadis itu tengah tertidur pulas dalam mimpinya. Melihat gadis itu memejamkan kedua matanya di atas kasur empuk, mendengkur halus dengan napas yang tenang dan panjang, dan dengan bibir mungilnya yang sedikit terbuka. Jika Rolfie amati dari dekat, bibir Julia tampak lembut dan membuatnya selalu berpikir untuk merasakannya. Dengan tangannya, lalu bibirnya, kemudian lidahnya.

Jika melihat jam berapa sekarang, gadis itu pasti tengah mandi. Melepas gaun putihnya dan menelanjangi tubuhnya sebelum membersihkan diri. Kulit putihnya akan terlihat dan seiras dengan warna rambutnya yang terang. Pinggulnya yang sedikit lebih lebar dari pinggul Rolfie, bergerak mengikuti tubuhnya yang membasahi atas badannya dengan shower air hangat. Rambut gadis itu akan melekat di kulitnya karena basah. Bulu matanya yang lentik tertutup, mata ametisnya tidak terlihat untuk menghindari masuknya air ke dalam matanya. Mulut kecil gadis itu akan mengambil napas dan mengeluarkan napas. Dan ketika gadis itu menikmati mandinya, Rolfie akan memeluknya dari belakang dan menyentuh gadis itu.

JDUK! BRUAK!

Rolfie benar-benar kehilangan pikirannya. Bagaimana bisa ia memikirkan hal itu ketika ia sedang berlari di atas treadmill. Ia pun berakhir terjatuh dan punggungnya menabrak dinding yang ada di belakangnya. Ia merasakan nyeri di sekujur tubuhnya. Ia benar-benar tidak menyangka bahwa ia telah berpikir kotor tentang tubuh Julia yang sedang mandi.

Bahkan Julia yang ada di kamar Fivy pun merasa merinding di sekujur tubuh bonekanya meski hal itu tak mungkin.

"Ya ampun, apa yang aku pikirkan tadi?" Tanya Rolfie kepada dirinya sendiri dengan muka memerah. Ia pun melihat bagian tubuhnya yang ada di selangkangannya berdiri. Ia mengumpat sial. "Ya Tuhan!! Bukan maksudku untuk begitu! Ini hanya naluri yang tidak bisa dikendalikan!"

Rolfie mengakhiri sesi olahraganya dengan membuat sarapan untuknya. Ia tidak bisa pergi mandi dengan tubuh berkeringat. Ia harus mendinginkan tubuhnya dengan melakukan hal kecil. Ia berusaha sebisa mungkin untuk tak memikirkan apa pun tentang Julia. Tentang tubuh seksi gadis itu yang meliukkan badannya dengan cara yang luar biasa membuat tubuhnya bergetar.

The Doll in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang