Chapter 8 : Marry a Dog

9 0 0
                                    

#8 Marry a Dog

"Permisi, boleh bertanya sebentar?"

Julia menatap Simon dengan santai. Ia tak pernah bertemu dengan prajurit itu sebelumnya meski di akademi Crennoix sekali pun, begitu juga Simon. Ia khawatir jika ia tidak bisa menjawab pertanyaan pria itu dan berakhir dengan dicurigai. "Iya, pak. Silakan.." ucapnya menyembunyikan suaranya yang gemetar.

Simon menggaruk tengkuknya. Ia ragu jika batu Srce-nya yang ada di kantongnya menunjuk kepada orang yang salah. Ia tak pernah bertemu dengan satu pun anak didik Aerlf kecuali Azure. Atau mungkin batu itu menunjukkan kepada pemilik boneka Julia? Begitu pikirnya. Simon menatap Julia dan Rolfie bergantian. Ia dapat melihat dengan jelas hawa permusuhan dari Rolfie yang terarah padanya. Sepertinya Simon bertanya di waktu yang salah. "Maaf mengganggu, tapi apakah anda berdua pernah melihat boneka porselen perempuan?"

"Boneka porselen?" Ulang Rolfie. Baik Julia atau orang dihadapannya senang sekali mengatakan sesuatu yang tidak masuk akal dan tidak ada hubungannya.

"Iya. Boneka porselen perempuan dengan rambut pirang keperakan panjang dengan mata berwarna ungu permata ametis yang mengenakan gaun putih. Apakah anda berdua pernah melihatnya?" Jelas Simon lebih detail sesuai dengan apa yang Charles gambarkan tentang Julia kepadanya. Kantong batu Srce-nya tidak bisa diam bergetar dan ini mengganggunya. Siapa diantara keduanya yang menjadi pemilik boneka Julia?

"Maaf, apa kami terlihat seperti penjual boneka?" Tanya Rolfie sengit. Ia tidak menyukai orang itu sejak Julia menghindari orang ini dengan buku menu. Simon pun mendapat pesan dengan jelas melalui nada suara Rolfie. Ia seharusnya tidak mencari masalah di dunia manusia, karena akan berhubungan langsung dengan pengadilan tiga penghulu penyihir.

"Tidak, saya hanya bertanya. Kalau begitu pertanyaannya akan saya ubah lagi. Apakah kalian berdua pernah melihat seorang gadis berumur sekitar 20-an dengan rambut berwarna pirang keperakan, bermata ametis, dan mengenakan gaun putih?"

Rolfie terkejut mendengarnya semua ciri-ciri yang pria itu sebutkan sama seperti gadis yang ada di depannya, Julia. Ia berganti menatap ke arah Julia yang berakting tidak tahu apa-apa di tempatnya. "Kenapa kau mencarinya?" Rolfie menanyakan sesuatu yang salah.

Begitu mendengar pertanyaan itu, Simon melemparkan tatapan curiganya kepada Julia yang terdiam sambil mengetuk-ngetuk meja dengan jari telunjuk kanannya. "Saya ada urusan penting dengannya." Jawabnya masih dengan menatap curiga kepada Julia.

Otak Julia tidak bisa mengingat alasan mengapa prajurit mencarinya di dunia manusia. Setidaknya jika urusan itu resmi, Aerlf akan membicarakannya secara langsung melalui batu Srce kepadanya. Namun tidak ada panggilan dari ayahnya. Ia tidak ingin menambah hukuman bonekanya dengan sesuatu yang lain yang memberatkannya dengan terlibat dengan prajurit penyihir. "Akan lebih mudah jika mencari orang lewat kantor polisi, iya, kan, Rolfie? Saya yakin bahwa polisi akan menyediakan segala informasi yang ingin anda ketahui atau cari, pak."

Jawaban dari Julia terlalu logis. Tatapannya menurun pada gaun putih berpita ungu yang Julia kenakan. Hampir sama dengan setelan jas Azure yang bergaris berwarna biru lazuardi, gaun putih Julia berpitakan ungu seperti ametis. Matanya sama seperti yang dideskripsikan, namun rambutnya yang berwarna hitam legam itu seperti menamparnya dari kesamaan yang ada. Tapi batunya terus bergetar dan getarannya lebih keras dibanding ketika ia berada jauh dari restoran ini. Ia tengah berada di keadaan yang membingungkan.

"Atau mau saya tunjukkan jalan ke kantor polisi terdekat?" Tawar Rolfie bersikap ramah.

Simon memandang Rolfie lalu tersenyum tipis. "Tidak perlu, pak. Yang saya cari tidak akan bisa saya temukan meski saya datang ke gedung kepengurusan kependudukan sekali pun. Kalau begitu, maaf telah mengganggu malam kalian dan selamat malam." Simon sedikit membungkukkan tubuhnya dengan kepalan telapak tangan di depan dada. Ia pun berbalik dan keluar dari restoran keluarga tersebut.

The Doll in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang