Chapter 2 : First Time Met

27 1 0
                                    

#2 First Time Met

Julia menggigit belakang pensil dengan pikiran menerawang. Udara malam hari sangatlah terasa sampai ke dalam tulang sumsumnya. Namun itu yang ia rasakan sebelum ia menggunakan sihir penghangat di tubuhnya. Kamar yang ia tempati sekarang adalah rumah pohon yang ia bangun di salah satu pohon di taman kota paling sudut yang sangat jarang didatangi pejalan kaki. Rumah pohonnya tidak luas dan hanya 1,5 × 3 meter. Di dalamnya hanya berisi meja belajar berupa ambalan, kursi berukuran sedang yang Julia duduki sekarang, dan satu jendela yang menghadap arah datangnya matahari untuk memberitahunya akan waktu ia akan bertransformasi ke bentuk boneka. Pencahayaan disana hanya menggunakan batu ametis milik Julia yang diletakkan di meja belajar yang ada dihadapannya. Batu ametisnya memendarkan kilauan cahaya ungu lembut yang menyelubungi kamar kecil tersebut.

Julia meletakkan pensilnya ke atas meja belajar dengan putus asanya. Ia harus memikirkan banyak cara agar bisa berada di dekat Rolfie agar dia bisa berbicara dengan pria itu. Dengan berbicara itu, dia akan menjelaskan apa yang terjadi sebelumnya secara perlahan tanpa harus membatalkan mantra yang ada pada Rolfie. Menjelaskan dengan kata-kata jauh lebih tidak dimengerti dibanding merasakannya langsung. Jadi Rolfie tidak akan seberapa mengerti dengan apa yang Julia katakan dan pada saat Julia telah mengatakan semuanya, ia akan meminta maaf kepada Rolfie, dan pastinya pria itu akan memaafkannya karena dengan begitu mereka tidak perlu bertemu lagi sebab permintaan maaf itu akan menghilangkan kutukan boneka dari tubuh Julia.

"Aha! Bagaimana kalau kita coba cara itu?" Seru Julia pada dirinya sendiri lalu menuliskan rencana yang ada di pikirannya tadi ke buku tulis yang terbuka di depannya. Tangannya menulis dengan begitu cepat dan dalam beberapa detik, ia telah menulis hampir setengah kertas. Tapi kemudian tangannya yang menulis berhenti. Tatapannya terkejut memandang tulisannya. "Tapi bagaimana caraku untuk dekat dengannya?"

Punggung Julia bersandar ke punggung kursi sambil menghela napas panjang. Kedua matanya terpejam sambil mengingat kejadian lama. "Peristiwa ketika aku dan Rolfie bertemu untuk pertama kalinya adalah ketika aku berenang di danau Pyree ketika aku akan menghadapi sidang skripsi akademi sihir."

Langit biru membentang dalam lingkup imajinasinya. Perairan danau yang jernih tanpa terlihat permukaannya berada di sekitarnya. Pemandangan pinggiran danau tidak sebegitu jelas, sebab imajinasinya lebih terpaku di tengah-tengah danau, tempat dimana ia tengah mengambangkan dirinya di atas permukaan air dengan kedua lengan terentang lebar, kedua mata terpejam, dress berwarna biru muda dengan almamater sekolahnya basah, dan rambut pirang keperakannya yang terurai melambai-lambai di dalam air. Waktu itu, dia tengah dihadapkan stress untuk memilih skripsi yang akan ia gunakan untuk sidang skripsi yang menentukan kelulusannya di akademi sihir Clennoix tiga tahun ke depan. Orang yang akan mengujinya tak lain adalah kepala akademi dan orang-orang penting lainnya termasuk mitra akademi dari akademi lain. Sidang skripsi yang dilakukan khusus untuk murid kelas akselerasi yang berisi anak asuh penghulu penyihir atau anak didik penyihir terkemuka berbeda dari anak akademi dari penyihir biasa pilihan dari sang orakel. Bahkan kelasnya pun dibedakan berdasarkan dari mana anak itu datang dan tingkat sihir mereka.

Genangan air terasa tidak lagi tenang dengan kehadiran seseorang yang mendekatinya dengan cepat. Julia yang merasa akan tenggelam jika ia tidan membuat gerakan penyeimbang di permukaan air yang tidak stabil, segera menurunkan kakinya dan menjaga tubuhnya agar tetap tidak tenggelam sebab dasar danau cukup dalam untuk dijangkau kakinya. Matanya menatap seseorang yang berenang ke arahnya dengan gaya bebas. Ketika orang itu berada cukup dekat dengannya, orang tersebut menangkap tubuhnya secara tiba-tiba.

Julia lengah karena tidak merasakan hawa membunuh dari orang tersebut. Ia bahkan telah memantrai dirinya agar tidak terlihat dari mahkluk fana lainnya. Namun bagaimana bisa orang itu menghampirinya dan tahu bahwa ia ada di sana?

The Doll in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang