Chapter 9 : A Necklace

6 0 0
                                    

#9 A Purple Necklace

Usai menyelesaikan kuliah siangnya, Rolfie dan Vary menelusuri jalanan pertokoan. Siang hari ini terasa hangat dengan angin sejuk yang nyaman. Beberapa pejalan kaki mengenakan mantel atau jaket untuk menjaga suhu tubuh mereka dari terpaan angin sejuk. Suhu rendah musim ini tidak separah di musim dingin. Jika di siang hari masih memberikan kehangatan melalui cahaya matahari, siang hari di musim dingin jarang sekali menampakkan cahaya matahari sebab langit kota selalu mendung. Suara riuh menyenangkan pertokoan terdengar dan hari tampak sibuk dengan penjual dan pembeli yang keluar masuk pintu toko sehingga membuat bunyi lonceng pada pintu toko berdenting. Suara sepatu pantofel yang Rolfie dan Vary kenakan beradu dengan alas kaki pejalan kaki lainnya di trotoar depan pertokoan.

"Jadi kau sudah menemukan hadiah yang akan kau belikan untuk sepupumu?" Tanya Vary sambil menoleh ke arah pria di sampingnya.

Rolfie masih mengedarkan pandangannya untuk mencari sebuah toko aksesori. Ia berencana membelikan sebuah jepit rambut lucu untuk Marie. "Iya. Mungkin jepit rambut. Sebentar lagi dia akan operasi dua Minggu setelah ulang tahunnya untuk memasang alat pacu jantung di dadanya. Setidaknya aku akan memberikan hadiah yang bisa membuatnya tenang ketika akan menghadapi operasi nanti."

Vary pun mengingat sosok gadis kecil yang berada di bangku 2 SMP itu. Marie adalah gadis yang kurus, berambut pendek sebahu, dan selalu menuntaskan tugas sekolahnya di kamar pasien dengan bantuan guru privat. Marie bersikeras untuk tetap sekolah daripada homeschooling, meski kondisinya kerap kali tidak membantunya untuk masuk sekolah. Kali pertama Vary bertemu dengan gadis itu adalah ketika Rolfie menjenguk Marie saat gadis itu berumur 9 tahun dan sedang diopname karena jantungnya kumat di tengah-tengah mata pelajaran. Marie adalah gadis periang dan memiliki senyuman seperti malaikat, begitulah Vary pikir tentang Marie. "Wah, dengan begitu dia bisa beraktivitas seperti anak-anak lainnya, dong?"

"Iya, kau benar. Aku sangat menyayangkan dia yang menuruni jantung lemah bibiku. Bibiku dulu mengikuti serangkaian operasi agar bisa lepas dari kondisinya."

"Aku doakan yang terbaik untuknya. Semoga dia bisa seperti anak-anak lainnya." Ucap Vary lalu berdoa sambil menyatukan kedua tangannya di depan dada.

"Ya, aku juga." Rolfie memasuki sebuah toko aksesori perempuan yang bernuansa merah muda dan ungu pada bagian depan toko. Vary mengikuti Rolfie di belakangnya.

Meja kasir terletak tepat di samping pintu masuk toko. Lonceng toko berdenting dan disambut oleh pegawai toko yang ada di sana. "Selamat datang dan selamat siang. Selamat berbelanja.."

Mereka berdua dihadapkan oleh ruangan luas bernuansa merah muda dan putih. Setiap sudut dan bahkan kanan-kiri jalan yang terbuat dari ruangan bersekat terpajang aksesori-aksesori yang berkilauan dan cantik. Mulai dari bros, anting-anting, gelang, kalung, bando, gantungan kunci, bahkan jepit rambut dengan model dan warna yang bermacam-macam. Mata Vary sontak berbinar-binar melihat ke sekelilingnya. Aksesori di sana sangatlah indah di matanya dan berkeinginan untuk membeli semua yang ada di sana jika ia bisa. Ia pun berpisah dengan Rolfie yang segera berjalan menuju jajaran jepit rambut.

Rolfie mengambil tas belanja di depan kasir lalu dihadapkan oleh banyak barang-barang kecil manis di jajaran jepit rambut. Ia tidak pandai memilih hal-hal seperti ini, maka ia meminta Vary untuk menemaninya sepulang kuliah siang. Tapi ketika Rolfie menoleh ke belakang, wanita itu tengah sibuk melihat-lihat aksesori lainnya. "Padahal aku mengajaknya. Sepertinya dia lupa mengapa dia ada di sini." Gerutunya pelan lalu menatap macam-macam jepit rambut di depannya.

Untuk memilih hadiahnya, ia membayangkan sosok Marie yang tengah tersenyum ke arahnya yang baru saja memasuki kamar pasien dengan cahaya matahari terbenam dari jendela yang tampak menjadi background gadis itu. Jika dilihat lebih detail, Marie memiliki rambut hitam yang memancarkan sedikit warna kemerahan ketika terkena cahaya matahari. Mungkin warna kuning atau hijau akan cocok dengan rambut Marie. Atau mungkin biru?

The Doll in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang