Love Me Harder

2K 62 4
                                    

Requested by Gongchanidae

⚠️ : mpreg and divorce, please be a wise reader, thank you.


[ Mingi X San ]

Lima tahun menikah, tidak ada yang bisa dipertahankan. Tidak punya anak, kesepian, hanya berdua, tidur di atas satu ranjang namun hati satu sama lain terasa jauh dan asing. Mingi menghela napas, menggenggam sebuah map dengan sepucuk kertas putih di dalamnya.

Surat gugatan cerai.

Apa yang disatukan oleh Tuhan tidak boleh dipisahkan oleh manusia. Mingi paham, teramat paham. Hanya saja haruskah ia hidup di dalam belenggu rasa yang menyiksa jiwa? Jika perpisahan adalah jalan terakhir, Mingi dengan senang hati akan berlari untuk menggapainya.

Ia berjalan memasuki kamar, mendapati San tengah duduk di pinggir kasur.

"Aku ingin bicara." gumam Mingi.

"Aku juga, tapi kau terlebih dahulu."

"Aku ingin kita cerai."

Hening, Mingi bahkan bisa mendengar suara detak jantungnya sendiri.

"Kenapa? Karena kita tidak punya anak?"

"Itu salah satu faktornya."

Keduanya saling menatap, Mingi ingin berjalan mendekat lalu merengkuh cinta pertama dan terakhirnya itu, namun langkahnya terasa berat, tertahan oleh luka batin yang terus berdarah setiap harinya.

"Baiklah." San mengiyakan, "Ayo kita cerai."

"Terima kasih sudah menghargai keputusanku, tadi kau ingin berbicara apa?"

San menggeleng, "Bukan apa-apa."

Mingi tersenyum kecil, "Aku akan pergi sebentar."

Kemudian ia melangkah keluar kamar, hendak pergi menemui pengacaranya untuk mengurus perceraian ini secepatnya.

"Bercerai ya." San mengeluarkan sesuatu dari kantong celananya. Ia menatap benda itu sebentar lalu membuangnya ke tempat sampah.

Sebelum Mingi sempat melihatnya, mungkin sudah lebih dahulu diangkut oleh petugas kebersihan besok pagi. Setelah penantian selama lima tahun lamanya, testpack itu menampakkan dua garis merah muda.

*****

Mingi menghela napas ketika melihat banyaknya dokumen yang harus diurus untuk syarat bercerai. Ia melangkah keluar dari ruang kerja, pergi ke kamar tidur untuk memejamkan mata sejenak. Dilihatnya jam sudah menunjukkan pukul satu dini hari. San sudah terlelap dan Mingi tidak ingin membangunkan. Maka dengan perlahan ia berbaring dan menutup matanya.

"Mingi?"

Ia menoleh, mendapati San tengah menatapnya. "Ku kira kau sudah tidur."

"Aku tidak bisa tidur."

Keduanya terdiam, menatap langit-langit kamar yang temaram akibat cahaya bulan.

"Aku ingin bertanya." Ujar San setelah hening beberapa saat.

Mingi mengangguk, "Silahkan."

"Jika kita punya anak, apakah kita akan tetap bercerai?"

"Tidak."

"Kenapa?"

Mingi mengubah posisinya menjadi menyamping, menatap lelaki yang dicintainya itu, "Anak akan menjadi pelengkap rumah tangga kita."

"Kau masih mencintaiku?"

"Sangat."

San tersenyum, tangannya terulur untuk mengusap wajah suaminya. Nyaman, Mingi memejamkan matanya, menikmati sentuhan yang sudah lama ia rindukan. Ini hanya sementara, semua akan baik-baik saja.

ATEEZ ONESHOT (BXB) VOL. 2 ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang