An Orange And A Raspberry Back To Manhattan

761 31 0
                                    

Part 3 dari series Yeosang dan Mingi 😉

[ Yeosang X Mingi ]

Seminggu di Bali dan mendapat banyak pengalaman baru yang menyenangkan membuat Mingi menghela napas ketika harus kembali menginjakkan kaki di dalam pesawat menuju Manhattan.

"Are you sad?" Yeosang beralih dari layar TV di hadapannya dan menatap Mingi yang kini sedang memainkan kancing kemejanya.

"No, I'm not."

Yeosang tersenyum lalu mencubit pipi Mingi singkat. "Kan sudah kubilang untuk melanjutkan liburan di--"

"Ssstt!" Mingi mengacungkan telunjuknya di depan bibir Yeosang. "Tidak ada liburan, kau harus kembali bekerja."

Dan Yeosang menurut.

Mingi mengucap syukur karena ia tidak gugup lagi selama di penerbangan menuju Manhattan, mungkin karena genggaman tangan Yeosang yang terasa hangat dan menenangkannya. Mingi merasa dilindungi.

*****

Yeosang kembali menghadapi hari-harinya yang sibuk dalam artian kembali ke kantor dan menghadiri segudang rapat yang menanti.

Ngomong-ngomong, Yeosang tidak memberi oleh-oleh untuk Seonghwa, membuat rekan kerjanya itu mengamuk sementara Yeosang hanya menjulurkan lidahnya.

Beberapa kali Yeosang sempat menyinggung tentang destinasi liburan lain yang ingin ia datangi, namun Mingi terus mengatakan untuk saat ini lebih baik Yeosang fokus pada pekerjaannya dan sudah berulang kali pula Yeosang meyakinkan Mingi bahwa ia tidak perlu khawatir, toh perusahaan itu milik Yeosang, ia bisa liburan kapanpun dan di manapun yang ia mau.

Tapi yang Mingi katakan itu benar, Yeosang menjadi lebih sibuk akhir-akhir ini. Ia akan pulang ke rumah larut malam dan terkadang berangkat ke kantor lebih pagi dari biasanya, sehingga interaksi yang keduanya lakukan tak lebih dari sekedar ciuman di pipi sebagai tanda perpisahan ketika Yeosang meninggalkan rumah.

Mingi merasa kehilangan sosok Yeosang, namun ia tidak bisa protes, tidak boleh. Seluruh hidupnya disediakan oleh Yeosang dan oleh karena itu ia harus menjadi Sugar Baby yang baik. Tidak membantah, tidak melawan, dan yang terpenting adalah patuh.

*****

Telepon genggam Yeosang berdering namun ia tidak dapat menemukannya, membuat Yeosang harus memindahkan beberapa dokumen yang berserakan di atas meja untuk mencari sumber suara yang cukup memekakkan telinga itu.

Incoming call from Mingi🍊 ...

"Halo?"

"Hai, Yeosang. Apakah kau akan pulang malam ini?"

Yeosang melirik jam dinding dan waktu telah menunjukkan pukul dua belas lebih tiga puluh menit. "Ya, aku hanya harus menyelesaikan beberapa pekerjaan lagi."

"Oh.." Suara Mingi terdengar kecewa.

"Tidurlah lebih dulu."

"Tidak bisa, kau tahu aku akan bermimpi buruk jika tidur sendirian."

Yeosang mendengus kasar. "Kalau begitu jadilah pria dan lawan mimpi burukmu, Song Mingi! Kau tahu bahwa tidak selamanya kau bisa bergantung padaku!"

Hening beberapa saat sebelum Mingi kembali menjawab. "B-baiklah, kalau begitu selamat malam, Yeosang."

Panggilan telepon terputus dengan napas Yeosang yang tak beraturan, seharusnya ia tidak mengatakan hal tersebut kepada Mingi. Pria itu pasti terkejut dan sakit hati.

"Arghh!" Jemari Yeosang mengacak rambutnya frustasi, ia tidak tahu harus bagaimana sekarang.

*****

ATEEZ ONESHOT (BXB) VOL. 2 ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang