The Night We Met

2K 65 5
                                    

[ Yunho X San ]

Yunho menghela napas, ia melirik jam tangannya yang menunjukkan pukul sebelas malam. Masih membutuhkan beberapa jam lagi untuk sampai di Seoul sementara kedua mata Yunho sudah sangat berat. Ia butuh tidur, tapi Yunho tidak bisa. Maka dari itu, Yunho butuh kopi. Mungkin, Yunho harus mencari SPBU terdekat untuk membeli segelas kopi panas. Membayangkannya saja sudah membuat Yunho tersenyum sendiri.

Sampai senyum Yunho luntur karena ia melihat sesuatu di pinggir jalan. Yunho yakin, walaupun ia mengantuk dan nyaris tertidur saat ini, ia tetap tidak salah lihat. Yunho melihat seorang laki-laki tengah melambaikan tangan, seperti meminta tumpangan.

Tetapi ini adalah jalan tol.

Yunho melambatkan laju mobilnya untuk melihat lebih jelas, itu memang seorang laki-laki. Mau tak mau, Yunho meminggirkan mobilnya lalu membuka kaca jendela. Ia tahu tidak seharusnya pengendara berhenti dijalan tol namun ini cukup mendesak dan Yunho tidak punya pilihan.

"Kau membutuhkan bantuan?" Tanya Yunho.

Pria itu mengangguk, "Mobilku mogok dan ponselku kehabisan daya, bolehkah aku menumpang sampai SPBU terdekat?"

Yunho menatap mobil sedan yang terparkir dengan posisi darurat di belakang pria itu, lalu berkata, "Naiklah."

Pria itu tersenyum kemudian berjalan dengan terpincang-pincang untuk membuka pintu penumpang di sebelah Yunho.

Ia pincang? Tetapi bagaimana ia bisa menyetir? Yunho memutuskan untuk menyimpan pertanyaan itu sendiri dan mulai melajukan mobilnya kembali.

"Terima kasih sudah membantuku."

"Bukan masalah," Yunho melirik sekilas pria yang berada di sampingnya, "Namaku Yunho."

"San, Choi San. Sepertinya kita seumuran."

"Ya, kurasa begitu."

Tidak bisa dipungkiri bahwa Yunho menyukai lesung pipi yang San tunjukkan ketika ia berbicara dan tersenyum.

"Kau ingin menggunakan ponselku?" Tawar Yunho sambil mengangkat benda elektronik itu ditangannya.

"Tidak, terima kasih. Aku akan menggunakan telepon di SPBU saja."

"Baiklah."

San lagi-lagi tersenyum, membuat Yunho berdeham singkat karena ia merasa canggung.

"Apakah... kakimu baik-baik saja?" Yunho bertanya juga pada akhirnya.

"Tentu, sedikit sakit tapi sisanya aku baik-baik saja."

Yunho mengangguk sebagai jawaban.

"Emm, Yunho. Boleh aku mengatakan sesuatu?"

"Silahkan."

"Kau satu-satunya orang yang mau memberiku tumpangan." San bergumam pelan sekali.

"Benarkah?"

"Ya, aku sudah melambaikan tangan cukup lama namun beberapa mobil melewatiku begitu saja."

"Aku tidak bisa membayangkan jika aku menjadi dirimu." Ujar Yunho, "Sendirian di pinggir jalan dengan kondisi seperti itu, pasti menakutkan sekali bukan?"

San mengangguk, "Tetapi sekarang, aku bersamamu."

Genggaman Yunho pada setir mobil mengeras, kata-kata San memenuhi rongga dadanya.

Sampai akhirnya, Yunho menemukan SPBU terdekat. Ia segera menyalakan lampu sein dan mengurangi laju kecepatannya.

"Lihat? Kita menemukannya!" Pekik San.

"Ya, kita menemukannya."

Yunho memberhentikan mobilnya di depan sebuah minimarket 24 jam, pasti tersedia telepon umum dan beberapa hal lain yang San butuhkan di sana.

"Terima kasih sudah memberiku tumpangan."

"Kembali kasih, tetapi apakah kau punya uang? Aku bisa memberimu--"

"Tumpanganmu sudah lebih dari cukup, Yunho." Senyum manis itu kembali tersemat dibibir San, dan Yunho lemah karenanya.

"Baiklah."

Yunho menyaksikan San yang sedang melepas seatbelt dan membuka pintu penumpang, kemudian ia berjalan dengan kakinya yang pincang sampai ke depan pintu minimarket.

"Hati-hati di jalan, Yunho." San melambaikan tangannya dan dibalas Yunho dengan anggukan singkat sebelum ia kembali melanjutkan perjalanan.

Yunho bahkan tidak terpikir untuk membeli kopi, tapi sekarang ia sudah tidak mengantuk lagi.

*****

Hari ini hari Minggu, yang berarti Yunho tidak perlu berangkat ke kantor dan bisa beristirahat penuh di rumah. Ia bahkan baru membuka mata pukul dua siang karena rasa lelah yang menaungi tubuhnya. Menyetir itu melelahkan.

Yunho sudah berencana untuk kembali terlelap tetapi telepon genggamnya berbunyi dengan nyaring.

"Arghhhh!"

Menggerutu sebentar, Yunho akhirnya menjawab panggilan telepon tersebut. "Halo?"

"Nak, ini Ibu. Kau bisa pulang sekarang?"

"Bu, aku baru sampai di Seoul dan Ibu sudah memintaku untuk kembali pulang ke Gwangju?"

"Ayahmu sakit."

Yunho terdiam.

"Besok ambillah cuti di kantor, kau harus pulang sekarang."

Tak punya pilihan, Yunho segera meraih kopernya yang belum sempat ia bereskan. Yunho harus bergegas sekarang. Setelah membeli beberapa kaleng kopi dingin pada vending machine, barulah Yunho melajukan mobilnya. Pulang ke Gwangju, tempat yang baru ia datangi kemarin.

Hari sudah sore dan nyaris gelap, jemari Yunho bergerak untuk menyalakan radio guna membunuh rasa sepi yang menaungi mobilnya.

"Berita hari ini, terdapat kecelakaan tunggal dijalan tol Gwangju menuju ke Seoul. Kecelakaan tersebut diperkirakan terjadi pukul sebelas malam yang diketahui sebuah mobil sedan dengan rem blong menabrak pembatas jalan."

Bulu kuduk Yunho meremang.

"Hanya terdapat satu korban jiwa yaitu sang pengemudi dengan inisial CS yang diketahui tewas di tempat. Namun, jasad pengemudi tersebut tidak bisa dikeluarkan karena terjepit pada jok. Saat ini, polisi masih berusaha untuk mengevakuasi..."

Keringat dingin membasahi tubuh Yunho, ia bahkan tidak dapat mendengar kelanjutan berita diradio tersebut. CS adalah Choi San. Yunho yakin, ia tidak salah mengira. Itu sebabnya San berjalan dengan pincang, karena kakinya terjepit dan sesungguhnya ia tidak bisa keluar.

Jadi, siapa yang Yunho beri tumpangan semalam?

Hingga kemudian, Yunho kembali melewati tempat ia bertemu San. Area tersebut telah dipasangi garis polisi dan mobil sedan itu masih berada diposisi yang sama sejak kemarin.

Di antara beberapa polisi yang tengah melakukan penyelidikan, Yunho kembali melihat lelaki berlesung pipi itu. San berdiri, menopang tubuhnya dengan kedua kaki yang remuk dan wajahnya yang rusak, serta tangannya yang melambai untuk meminta tumpangan.

Tetapi Yunho mengalihkan pandangan ke depan, dan melajukan mobilnya lebih cepat.

----

A/N :
pertama kalinya nulis ghost au. 100% terinspirasi dari mulmed di atas, lebih tepatnya dari lyric videonya yang menurutku sebenernya gak serem, makanya imagine ini jadinya juga gak serem 😉

-yeosha

ATEEZ ONESHOT (BXB) VOL. 2 ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang