Suara ombak mencuri perhatian putra sulung tuan Lee, memintanya menatap damai ke arah hamparan biru lautan. Minho sedikit terhibur dengan pemandangan indah di hadapannya, bahkan membuatnya lupa bahwa seharusnya ia membantu yang lain untuk mendirikan tenda atau semacamnya.Jeongin yang sejak awal selalu memperhatikan sang kakak, langsung mendekat ke arah Minho, turut menikmati pemandangan tepi pantai.
"Kau suka pemandangannya hyung?"
"Tentu, aku tidak menyangka akan seindah ini,"
"Aku sudah bilang, pulau ini tempat yang tepat untuk berlibur!" Hyunjin bergabung dengan kedua saudaranya.
((author : Tempat yang tepat ya..? hmm 👀))
Setelah beberapa saat, akhirnya semua tenda telah berdiri dan semuanya beristirahat sejenak sembari menunggu Jisung dan Changbin kembali dari mencari bahan untuk kayu bakar.
Tanpa diduga, bukannya membawa kayu bakar, Jisung justru kembali dengan wajah panik dan teriakan yang mengejutkan semua orang.
"Hyung!!"
Chan yang berdiri paling dekat kemudian mencoba menenangkan pemuda itu.
"Ada apa Jisung? Apa yang terjadi?"
"Kaki! Ada kaki!"
"Kaki?" Chan mengerutkan dahi, begitupun semua yang mendengar penuturan Jisung.
"Iya! Ada kaki. Kami menemukan ka–"
"Jisung!"
Perhatian semua orang kemudian beralih pada Changbin yang setengah berlari, menyusul Jisung dengan menenteng sebuah sepatu di tangannya.
"Lihat, itu bukan kaki, hanya sebuah sepatu!" Changbin menunjukkan sepatu itu kepada Jisung.
Chan dan yang lainnya menghela napas lega.
Seungmin menggeleng pelan, sedikit heran dengan tingkah sahabatnya itu.
"Jisung, kau tidak memeriksanya terlebih dahulu dan berlari kemari dengan ketakutan? Kau membuat semua orang panik,"
"A-aku pikir itu kaki seseorang. Maaf," tukas Jisung.
"Oh iya..., Jisung, Changbin hyung, mana kayu bakarnya?" Felix menyadarkan semuanya terutama Jisung dan Changbin.
Kedua pemuda itu saling tatap sebentar. Begitu menyadari kesalahan mereka, keduanya lalu tanpa basa-basi langsung bergegas kembali ke tempat mereka meninggalkan kayu bakar yang sudah mereka kumpulkan tadi.
🐾🐾🐾🐾🐾
Di tempat lain, Tuan Lee menaiki lift menuju lantai 8 gedung DH Company dan langsung memasuki ruang kerjanya. Selama beberapa menit ia memeriksa beberapa dokumen di atas meja. Setelahnya, ia meraih ponselnya guna membuka kembali gambar pulau yang ditunjukkan Hyunjin padanya saat meminta izin untuk liburan.
"Pulau ini tidak punya nama, tapi orang-orang menyebutnya pulau terlarang. Kenapa aku tidak memeriksa terlebih dahulu sebelum memberi izin. Ayah macam apa aku,"
"Donghae,"
Seulgi memanggil suaminya begitu ia memasuki ruangan tersebut.
"Oh, kamu kemari? Ada apa?"
"Aku mau membicarakan tentang anak-anak. Tentang liburan mereka lebih tepatnya,"
Mata wanita cantik itu melirik sekilas gambar pulau di ponsel suaminya, lalu mengarahkan telunjuknya ke layar ponsel.
"Di pulau itu kan? Bukankah menurut artikel, itu pulau yang berbahaya? Bagaimana kalau–"