"Yaya!" Yaya hanya diam. Langkah kaki yang tadinya biasa kini menjadi cepat. Dirinya berusaha keras untuk menghindari sosok yang memanggil dirinya.
"Yaya!" Langkah Yaya seketika terhenti ketika sosok itu tepat berada di hadapannya. Dirinya terlihat mengerang kesal sebelum pada akhirnya mendorong kasar tubuh itu karena telah menghalangi jalannya.
"Yaya! Jangan abaikan aku!"
"DIAMLAH DISANA TAUFAN DAN JANGAN GANGGU AKU!" Sosok itu terdiam. Manik safir miliknya menatap Yaya dengan tatapan yang sulit di artikan.
Berbeda jauh dengan Yaya yang saat ini sedang menatap tajam sosok itu dengan tatapan penuh kebencian.
"Apa kau membenciku?" Sosok itu bertanya dengan nada ragu. Tatapan mata dari manik safir itu terlihat memancarkan sebuah harapan.
Yaya hanya diam. Tangannya mulai mengepal erat. Nafasnya mulai memburu mengabaikan sosok itu yang terlihat maju mendekatinya.
"Sangat.. aku sangat membencimu sampai aku ingin kau segera lenyap dari hadapanku" Yaya mendesis tepat di hadapan wajah sosok itu. Sosok itu tersentak. Manik safir itu terlihat berkaca-kaca. Yaya terpaku untuk sementara. Sekarang ia merasa bersalah.
"Begitu ya?" Sosok itu terlihat tertawa pelan. Manik safir miliknya menatap lekat manik karamel milik Yaya dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Kau tau Yaya?"
Mungkin suatu hari nanti aku bisa mengabulkan permintaanmu"
*****
"Yaya?" Yaya tersentak kaget ketika mendengar suara lembut memanggilnya. Manik karamel miliknya menatap sang pemanggil yang terlihat tersenyum kepadanya.
"Ah... Gempa.. ku kira kau berada di ruang kemudi.. apa kita sudah sampai?" Yaya terlihat menyeruput teh miliknya yang telah mendingin.
Sang pemanggil yang tak lain adalah Gempa hanya terkekeh pelan sambil menatap Yaya.
"Kita sudah sampai dari tadi~ mereka semua sudah turun dari pesawat sepertinya kau tidak sadar karena keasyikan melamun.. apa yang kau pikirkan?" Yaya terdiam. Kepalanya terlihat menunduk dalam sambil menggumam kecil.
"Aku hanya berpikir.. sepertinya aku tidak pernah memperlakukan Taufan dengan baik dulu" Gempa terdiam sejenak. Senyuman hangat yang terukir di wajahnya ikutan luntur. Kenangan masa lalu bersama Taufan berputar di kepalanya. Ia terlihat menggelengkan kepalanya cepat berusaha menepis ingatan itu sebelum tersenyum menatap Yaya.
"Ayo pergi! Ingat kan tujuan kita di sini? Kecuali kau sangat ingin menghadapi Revan~ kau tau sejak dulu ia selalu menjadi musuh yang paling merepotkan" Gempa berlalu pergi meninggalkan Yaya yang tengah bersiap.
Revan, itu bukan nama yang asing bagi siapapun. Musuh yang muncul sejak 5 tahun yang lalu. Selalu menghancurkan desa-desa dengan angin besar dan mencuri power sphera untuk di hancurkan.
Tidak pernah ada yang melihat sosoknya. Ia selalu bertindak di balik angin hitam sehingga terlalu sulit bagi siapapun untuk melihat nya. Termasuk Yaya.
Tujuan mereka ke planet ini adalah menyelamatkan power segera Aqua bot. Power Sphera yang selama ini hidup tentram bersama orang-orang planet Garmee yang terkenal ramah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Butterfly (BoboiBoy Fanfic AU)
FanfictionTaufan sudah tiada. Ia menghilang seperti serpihan cahaya. meninggalkan semuanya dalam luka duka yang dalam. Tapi Yaya tau. setiap kali dirinya melihat kupu-kupu biru yang terbang di sekelilingnya, ia dapat merasakan kehadiran Taufan di sana. Warnin...