4. rantai dingin

363 51 43
                                    

"Taufan! Blaze! Thorn! Kembali kesini!"

"Ampun kak Hali!!"

"Ini rencana kak Upan! Setrum dia aja!"

"Heh?! Kan kamu juga bersalah disini! Huwaa!!"

Yaya hanya memutar bola matanya malas melihat drama pagi yang terjadi. Manik karamel miliknya menatap lekat buku yang ia baca mengabaikan keributan pagi yang sudah sering terjadi.

Manik karamel miliknya kini menatap ke arah kursi yang tidak jauh darinya. Terlihat jelas di sana sosok Taufan dengan penampilan yang berantakan sedang menenggelamkan kepalanya di balik lipatan tangannya sambil meringis.

Tangan Yaya meraih setoples biskuit yang berada tidak jauh darinya. Toples itu ia buka dan menyodorkan setoples biskuit itu kepada Taufan.

"Kau mau biskuit?" Kepala Taufan mendongak menatap Yaya yang hanya menatap dirinya dengan tatapan dingin. Senyuman senang terlihat mengukir di bibirnya. Dengan cepat tangannya meraih biskuit yang berada di dalam toples dan memakannya.

"Hmm.. ini enak~ siapa yang membuatnya?" Taufan bertanya penasaran dengan tangan yang terus bergerak mengambil biskuit yang berada di dalam toples dan memasukkan kemulutnya.

"Aku" seketika Taufan tersedak mendengar jawaban Yaya. Manik safir itu mendelik horor sebelum pada akhirnya segera bergegas mengambil segelas air yang tidak jauh darinya.

Dirinya terlihat terengah-engah mengingat dirinya sempat tersedak biskuit manis itu. Yaya yang menyaksikan hal itu hanya terkekeh pelan sebelum pada akhirnya kembali fokus ke buku yang ia baca.

"Kau pakai resep apa, Ya? Kok enak?" Taufan bertanya heran. Manik safirnya menatap lekat toples biskuit itu dengan seribu tanda tanya di kepalanya.

"Resep biasa dan apa maksud pertanyaanmu itu? Apa kau ingin mengatakan biskuit ku tidak enak?" Taufan terlihat menggelengkan kepalanya cepat. Manik safirnya menatap horor biskuit yang ia makan beberapa menit yang lalu.

Apa indera pengecapnya bermasalah setelah di setrum Halilintar? Ntahlah... setelah ini Taufan akan pergi ke ruang kesehatan untuk memeriksa lidahnya.

"Kamu gak capek ya di setrum Hali?" Yaya mulai membuka obrolan. Manik karamel miliknya tetap menatap lekat buku yang ia baca seolah tidak tertarik dengan sosok di hadapannya.

"Nggak~ karena cuma di waktu itu kamu jadi perhatian sama aku~"

*****

Revan menundukkan kepalanya. Tidak ada kata-kata yang keluar dari bibirnya. Bahkan dirinya hanya diam tak berkutik di hadapan seorang wanita yang menggunakan gaun panjang yang tidak mengembang.

Wanita itu terlihat mendekati Revan. Memeluk tubuh remaja itu dengan lembut walaupun ia tau tidak akan ada balasan yang ia terima.

Tangannya menyentuh dagu remaja itu. Dirinya sangat ingin melihat wajah seseorang yang baru saja kembali dari kegagalan misi yang ia lakukan.

"Revan, tunjukkan matamu" wanita itu memberikan perintah. Revan hanya menurut. Visor yang tadinya berwarna hitam kini memutih menampakkan manik safir yang berkilau walaupun berisi kekosongan yang dalam.

Butterfly (BoboiBoy Fanfic AU)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang