7. memikir

194 27 12
                                    

"Luka itu harus di bersihkan dengan teliti... di obatin jangan di biarin"

"Iya Gem iya... kamu cerewet banget sih?" Taufan mendengus kesal saat Gempa tidak henti-hentinya berceramah tentang keutamaan membersihkan luka dan akibat tidak membersihkan luka. Ini semua terjadi gara-gara ia jatuh dari ketinggian 2 meter dan mengalami lecet di beberapa bagian tubuhnya dan luka gores yang dalam di pergelangan tangannya.

Taufan terjatuh? Ia ada alasan kuat untuk menjatuhkan dirinya dari ketinggian. Yap.. ia sengaja menjatuhkan diri.

"Aku gak akan cerewet kalau kak Upan dari awal gak nolak aku obatin" Gempa menekan luka Taufan sehingga pemilik manik safir itu meringis kesakitan. Ia ingin protes dengan perlakuan Gempa yang terkesan tidak manusiawi tapi kehadiran seseorang membuat ruangan kesehatan menjadi sepi.

"Kamu bodoh atau tolol sih?" Yaya mendesis dengan tatapan mengintimidasi. Taufan yang merasakan aura tidak menyenangkan hanya terkekeh gugup dengan kepala menunduk.

"Gak keduanya~ aku kan tampan dan pintar"

"Pintar? Otakmu gak dipake gitu! Ngapain sih loncat dari ketinggian 2 meter?! Mau bunuh diri?!"

"Gak lah kalau aku mati nanti kamu kangen sama aku"

BUAKH...

"Jangan geer!" Taufan meringis saat pipi kirinya di pukul oleh Yaya. Sumpah deh.. ini Yaya yang gak ada hati atau gimana sih? Kan dirinya sedang sakit.

"Sakit lo Ya! Kamu gak lihat aku ini sedang terluka lahir dan batin?"

"Udah tau sakit kenapa lompat bodoh?!" Yaya menggeram kesal dengan tatapan penuh kebencian.

"Kenapa kau menyelamatkanku? Padahal... aku selama ini... aku..."

"Memangnya salah kalau nyelamatin kamu? Kan kalau kamu mati aku nanti galau~ kasian dong sama yang lain karena ngadapin aku yang lagi menggalau" Taufan berkata dramatis dengan sesekali melirik ke arah Gempa yang hanya sibuk mengobati lukanya. Ia tidak ingin mengganggu momen berduaan Taufan dan Yaya.

"Tapi aku tidak pernah bersikap baik padamu.. untuk apa menyelamatkan orang yang begitu membencimu?"

"Aku percaya Ya.." Taufan tersenyum penuh arti kepada Yaya.

"Suatu hari nanti kau akan berhenti membenciku"

******

Yaya terpaku dengan sebuah cermin yang ada di hadapannya. Pikirannya mulai melayang kepada kata-kata Taufan di masa lalu.

"Gak lah kalau aku mati nanti kamu kangen sama aku"

Taufan benar. Ia kangen pada pemuda berisik yang sering mengganggu dirinya. Lalu kenapa? Taufan tahu jika Yaya tidak akan pernah bisa hidup tanpanya. Taufan selalu tahu isi hatinya yang selalu terbalik dengan ucapannya.

Setelah tahu semua itu kenapa dia harus pergi? Kenapa dia membiarkan Yaya terluka tak berdaya ketika mengingat sosok dirinya yang menghilang bagaikan debu? Kenapa?

Apa begini cara Taufan memberikan balasan atas perbuatan Yaya selama ini? Jika iya maka Yaya akan bersujud sambil mencium kaki Taufan agar melepaskannya dari bayaran perbuatannya selama ini. Ia tidak sanggup.

Setelah Boboiboy yang bagaikan semesta abadi baginya menghilang..

Kini Taufan.. permata kesayangan Boboiboy yang pergi..

..Karena dirinya.

Ia pendosa!
Karena dirinyalah Taufan selalu terluka! Karena dirinya!

Lalu sekarang ia malah menjadi pembunuh...

Butterfly (BoboiBoy Fanfic AU)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang