Bab 3 : Pernikahan

81 5 0
                                    

Hay jika kalian suka cerita ini jangan lupa vote, follow and komentar ya. happy reading 😊

☁️☁️☁️

"Ketika dua orang telah menikah mereka bukan lagi dua orang melainkan sebuah pasangan yang suci" ~Raga

Raga POV

Hari ini adalah hari di mana aku dan Indira yang berstatus siswi ku itu akan menjadi pasangan suami dan istri, hari dimana aku akan mengikatnya sebagai pasangan hidup ku memang tidak terduga tetapi inilah namanya jalan takdir dan jodoh segala situasi apapun dapat mempertemukan jodoh yang memang untuk kita. Aku masih berada di kamar dengan posisi rebahan menunggu tiga sahabat ku untuk menemaniku, sebenarnya bukan menemani tetapi memang aku sudah mengundang mereka datang.

"Hay beb, kamu jahat deh ninggalin aku buat nikah siswi muda kamu" Ujar seorang pria yang memakai jas abu-abu yang berbicara seperti banci, siapa lagi jika bukan sahabatnya Yanto adrian dirgantara.

"Lebay lu monyet" Raga mendorong jidat Yanto dengan satu jari seperti orang yang merasa jijik.

"Widih, bentar lagi kita ada nyonya bos muda" Ujar Digo haryanto ivander yang menyenggol Raga dengan bahu alaynya.

"Selamat menempuh jalan surga" Ujar si paling dingin namun dewasa siapa lagi jika bukan Justin theofilos.

"Lu kira gue mati" Raga menepuk bahu Justin dan sedangkan Justin hanya menaikkan satu alisnya.

"Bukan gue yang bilang ya" Raga menatap gemas pada Justin yang ingin sekali dia remukkan tulang-tulangnya.

"Eh, lu beneran anu-anu sama Indira?" Tanya Yanto pada Raga yang seketika berhenti menggempal tangannya sendiri dan menjadi kaku.

"Ya seperti rumor bilang, memang iya gue yang khilaf" Ujar ku dambil menggaruk kepala yang tidak gatal.

"Wah gila lu emang, gue kira boongan rupanya beneran gemana rasanya bos, seru gak" Otak Digo sudah berubah menjadi ya seperti itu-itu semua.

"Bodo lu, gue di jontos bapak gue, untung bapaknya Indira baik kalo gak bonyok gak bernyawa gue" Ujar ku sambil memakai jas dan merapikan pita dasiku.

"Maaf menganggu, mempelai pria harap turun dan menuju ke altar menunggu mempelai wanita" Ujar seorang pria yang sepertinya pelayan hotel ini aku hanya membalas anggukan saja.

Aku memakai sepatu dan berjalan menuju bawah di mana tempat yang sudah di pilih untuk kami laksanakan pernikahan suci itu, aku berjalan di depan sedangkan ketiga sahabatku di belakang ku.

Setiba di aula pernikahan tersebut aku berjalan melangkah maju ke altar menunggu Indira selesai dan pemberkattan pernikahan akan di mulai, sedangkan ketiga teman ku semua duduk di kursi sambil berceloteh sambil sesekali menunjukan ciuman Yanto sedangkan reaksi aku hanya bergidik ngeri.

"Muach muach baby" Ujar Yanto sambil menempelkan telapak tangannya pada bibirnya dan membuat seolah-olah dirinya sedang mengirim ciuman, aku hanya menggeleng-gelengkan kepala saja.

"Selamat pagi semua hadirin sekalian, terima kasih atas kedatangan para hadirin sekalian tidak lupa juga kita harus mensyukuri kasih karunia tuhan pada kita semua untuk memberikan kita kesempatan bertemu di hari berbahagia ini" Seorang pembawa acara mengucapkan beberapa kata untuk sebelum memulai acara ini.

"Pada hari berbahagia ini, tentu saja para hadirin sekalian tahu hari ini adalah hari apa bukan? baiklah tanpa basa-basi lagi mari kita sambut sang pengantin wanita, Indira carlestia wijaya" Ujar pembawa acara tersebut membuat semua para tamu melihat kearah pintu yang terbuka dan terlihat seorang gadis lugu yang berstatus siswiku sendiri akan berubah status menjadi istriku sendiri.

Gadis lugu tersebut berjalan dengan sangat anggun tak lupa juga di sebelah kanannya ditemani oleh Ayahnya dan sebelah kirinya ditemani oleh Kakaknya Mikel. Terpesona itulah aku, yang terpesona pada muridku sendiri dan terus membohongi diriku sendiri bahwa aku tidak suka padanya hingga diriku sudah membuat dirinya terluka, tetapi hari ini detik ini diriku harus bersifat egois sekuat jiwa dan ragaku aku harus menjaga Indira agar tetap di sisiku selamanya.

Indira tiba di hadapanku, Ayahnya memberikan tangan indira dan menyatukannya begitu juga hal yang di lakukan oleh Kakaknya Mikel.

"Jika suatu hari kamu sudah tidak mencintai putriku lagi, antar lah dia pulang ke rumah keluarga kami,  karena selamanya dalam keadaan apapun Indira adalah putriku pintu rumah kami akan terus terbuka untuk indira, putriku" Ujar Ayah Indira padaku sambil menepuk pelan pundakku.

"Raga, Gue kenal banget ama lu, gue percaya lu bisa jaga adik gue, jangan pernah membuat adik gue atau keluarga gue kecewa, sekali lu buat adik gue kecewa atau nangis liat aja lu, gue ambil balik adik gue" Ujar Mikel yang merupakan Kakak dari Indira.

"Papa, Kakak..." Panggilan lirih Indira dapat aku pahami seolah-olah dirinya terpaksa menikah denganku.

"Indira, Papa akan tetap menjadi super hero kamu jangan pernah sembunyikan apapun dari Papa ya dan sekarang kamu hanya menambah seorang super hero lagi, super hero kamu bukan cuma Papa dan Kak Mikel lagi anggaplah nak Raga suamimu dan layani dia dan sayangi suami kamu seperti kamu sayangi Papa, Mama dan Kak Mikel ya" Ujar sang Ayah Indira dengan lebut sambil mengelus pelan kepalanya.

"Kakak cuma pesan satu ponakan untuk Kakak ya" Ujar Mikel sambil mengedipkan sebelah matanya.

Kemudian Kakak dan Ayahnya pun berjalan ke arah Mamanya yang duduk dari jauh melihat Indira yang menikah denganku tak lupa air matanya yang membasahi pipinya.

"Kepada saudara Raga argantara pratama, bersediakah engkau mengambil saudari Indira carlestia wijaya sebagai istrimu, menemaninya hingga tua tidak berdaya, menemaninya susah dan senang tanpa ada memandang kondisi, mencintainya seluas samudra raya" Tanya seorang pendeta padaku.

"Saya bersedia" Ujarku pada pendeta tersebut dengan tersenyum.

"baiklah, kepada saudari Indira carlestia wijaya, bersediakah engkau menerima saudara Raga argantara pratama sebagai suamimu, menemaninya hingga tua tidak berdaya, menemaninya susah dan senang tanpa memandang kondisi, mencintainya seluas samudra raya" Tanya lagi pendeta tersebut para Indira yang tanpak memikirkan jawabannya.

"Saya..."

"Sa-saya..."

"Saya bersedia..." Seluruh tamu disana bertepuk tangan ketika mendengar jawaban Indira.

"Baiklah, silahkan pasangkan cincin tersebut kepada jari pasangan" Ujar pendeta tersebut aku mengambil sebuah cincin yang sangaja di antarkan seekor anjing berwarna putih dan memasangkannya di jari manis Indira. begitu juga dengan indira yang mengambil sebuah cincin di punggung seekor anjing berwarna coklat dan memasangkannya di jari manisku.

"Silahkan genggam tangan pasangan anda dan ucapkan janji pernikahan" Seorang pria memegang sebuah buku dan mic kemudian membuka buku tersebut yang berisi janji pernikahan tak lupa mengarahkan micnya pada bibirku dan aku pun mengenggam tangan Indira dengan lembut.

"Indira carlestia wijaya, aku mengambil engkau menjadi seorang istri, untuk saling memiliki dan juga menjaga dari sekarang sampai selama-lamanya. Pada waktu susah maupun senang, pada waktu kelimpahan maupun kekurangan, dan pada waktu sehat maupun sakit. Untuk selalu saling mengasihi dan menghargai, sampai maut memisahkan kita, sesuai dengan hukum Allah yang kudus, dan inilah janji setiaku yang sangat tulus" Ujar ku pada Indira sambil sesekali melihat kearah buku janji nikah.

"Raga argantara pratama, aku mengambil engkau menjadi seorang suamiku, untuk saling memiliki dan juga menjaga dari sekarang sampai selama-lamanya. Pada waktu susah maupun senang, pada waktu kelimpahan maupun kekurangan, dan pada waktu sehat maupun sakit. Untuk selalu saling mengasihi dan menghargai, sampai maut memisahkan kita, sesuai dengan hukum Allah yang kudus, dan inilah janji setiaku yang sangat tulus" Ujar indira padaku yang membaca buku janji suci, semua orang bersorak menandakan kami telah sah sebagai suami dan istri.

"tidak ku duga bahwa aku telah menjadi seorang istri guruku sendiri, hari ini masa mudaku telah berakhir..." 

Hay pembaca 'My teacher is mine' terimakasih sudah membaca jika kalian tertarik jangan lupa vote, follow dan komentar. terimakasih.


Love With TeacherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang