Bab 12: Indira pregnant and bye Brother Ryedo

64 1 0
                                    

Hay semuanya! Terimakasih sudah mampir kesini jangan lupa Vote, follow dan komentar pendapat kalian ya, so enjoy!.

Happy reading!

"Di saat dimana masalah berakhir, saat itu adalah hari dimana pelangi muncul"~Author

Author POV

Hari ini adalah hari terakhir pertemuan Indira dengan Reydo, Reydo sudah berada di hadapan Pesawat pribadinya dan tinggal menunggu Reydo naik dan lepas landas saja. Bagaimana reaksi Indira sekarang? Reaksinya adalah menangis sesegukan sambil memeluk erat Reydo sedangkan Raga menatap Reydo dan Indira kesal, bagaimana bisa suaminya berada di hadapannya namun masih bisa memeluk pria lain di hadapannya.

"Hmm, Suami kamu tuh liat queen, berasa liat orang kebakaran" Ujar Reydo dengan Tertawa dan di belakangnya terdapat 15 Bodyguard yang tentunya milik Reydo, Reydo berbalik badan dan menatap ke 15 Bodyguard yang semua berstatus kepala Bodyguard bayangan.

"Saya perintahkan kepada kalian semua umumkan kepada semua bawahan bahwa hari ini kita telah memiliki seorang putri yang wajib kalian lindungi, Sebarkan perintah saya bahwa 400 bodyguard Bertugas untuk melindungi Queen Indira, jika setetes darah menetes dari tubuhnya saya akan membuat kalian semua menjadi berkeping-keping, Paham!?" Ujar Reydo dengan tegas dengan ke 15 bawahannya yang bertugas melindunginya, sedangkan Indira tersenyum dengan mata memerah bengkak akibat terlalu lama menangis.

"Randy, Alvian, Wendy, dan Septian masing masing mengambil 100 bawahan dan kalian akan menjadi kepala Bodyguard Bayangan Queen Indira, saya serahkan tanggung jawab yang terbesar kepada kalian" Ujar Reydo sambil menatap satu persatu nama yang dia panggil tadi.

"Yes, Mr.Reydo" Ujar keempat orang tadi, sambil membukukan diri sebagai rasa tanda hormat dan keempat kepala Bodyguard Bayangan tersebut tidak ikut pergi ke amerika karena telah di tugaskan oleh Reydo, Reydo berjalan menuju pesawat pribadinya sambil melambaikan tangannya dan diikuti oleh beberapa Bodyguard nya.

"KAKAK!" Panggilan terakhir Indira berhasil membuat Reydo berhenti melangkah namun dirinya tidak berani berbalik badan menatapnya karena dirinya takut jika dia menatapnya lagi dirinya akan ragu untuk pergi.

"Hiks...aku pasti merindukan Kakak...Kakak cepat kembali!" Seru Indira menangis histeris, entahlah kenapa namun dirinya merasa sangat sedih dan terlebih moodnya tidak terlalu normal beberapa hari ini, Reydo telah masuk kedalam pesawat dan melihat Indira melalui jendela pesawat.

"Indira, meski sakit hati saya melepaskanmu tetapi hati ini bahagia saat menerimamu kembali seperti dulu dan kini kita menjadi Kakak adik, Indira sekalipun suatu saat ada seorang wanita yang dapat menggantikanmu, selamanya namamu akan saya ukir didalam hati saya, sampai jumpa lagi" Ujar Reydo didalam hatinya sambil meneteskan air mata dengan hati yang berat dirinya melambaikan tangannya.

Setelah melihat pesawat Reydo sudah lepas landas, Indira dan Raga berjalan menuju mobilnya dan bertujuan akan pulang, tetapi sebuah bencana tanpa di ketahui oleh siapapun terjadi.

"Raga..." Panggilan lirih Indira membuat Raga menoleh dan berekspresi seolah bertanya 'kenapa'.

"Aku mau es krim" Ujar Indira dengan menyengir namun tetap terlukis wajah sedihnya tadi sedangkan Raga mengangak bagaimana bisa dirinya memutar balik mobilnya lagi karena toko es krimya sudah kelewatan.

"Tapi..."Ucapan Raga terpotong karena dirinya kalah debat dengan Indira, tentu saja kalah Indira menggunakan Puppy eyes.

"Ya sudah" Ujar Raga pasrah memutar balik mobilnya, sedangkan Indira sudah senang tidak karuan.

Setiba di toko es krim indira memesan dua macam es krim sedangkan Raga memesan satu saja, Raga mengangak saat melihat Indira memesan dua macam es krim.

"Indira kamu beneran bisa habisin semua?" Tanya Raga masih ragu dengan semua pesanan Indira karena dirinya trauma Indira pernah memesan dua bungkus pecel dan 3 tahu pedas yang menggunakan cabe setan, tetapi ujung ujungnya Raga yang makan semua.

"Iya pasti" Jawaban ini lagi membuat Raga semakin takut bisa-bisa Raga akan muntah jika seperti ini terus menerus.

"Umm, Raga..." Panggil Indira lirih sambil memakan es krimnya namun ada rasa gugup pada Indira sekarang sedangkan Raga merasa takut jika Indira akan menyuruhnya memakan Eskrimnya itu.

"Kenapa? kamu gak bakal nyuruh aku ngabisin es krim kamu kan" Ujar Raga menatap Indira menyelidikinya.

"Bukan!, Hasil semalam... anu..." Ucapan Indira menjadi tidak jelas karena dia bingung bagaimana caranya mengtatakannya kepada Raga.

"kenapa?" Ujar Raga penasaran dan menghentikan makan Es krim, Indira memberikan sebuah benda pipih berwarna biru putih dan di pertengahannya ada dua garis merah Raga yang melihatnya menatap Indira tidak percaya.

"Kamu hamil?" Ujar Raga lagi memastikan bahwa yang dia lihat itu benar, Indira hanya menganggukan kepalanya sambil menunduk.

"Aku jadi Papa? benarkah? aku jadi Papa sekarang!" Ujar Raga bersorak senang namun tidak dengan Indira yang menatap sendu Raga kemudian menunduk lagi.

"Kamu kok kelihatan gak senang?" Ujar Raga kembali duduk dan menatap Indira heran, semua orang jika hamil pasti senang bukan.

"A-aku belum siap, aku ingin menjadi wanita pengusaha, aku belum lulus sekolah bagaimana masa depanku nanti" Ujar Indira bertubi-tubi membuat Raga menatap Indira dingin sedangkan Indira menatapnya Sendu, dirinya tahu bahwa Raga sangat menantikan ini tetapi entah kenapa dirinya kembali tidak siap.

"Bukankah dulu kamu mengatakan padaku bahwa kamu siap, dan saat dia hadir kamu tidak menerimanya. Apakah kamu juga berencana menggugurkannya? saya kecewa Kepada kamu Indira" Ujar Raga Kemudian berjalan kekasir membeyar semua makanan dan melangkah ke mobil tanpa memperdulikan Indira.

"Hiks Raga tunggu, bukan itu yang aku maksud" Ujar Indira terus berlari mengejar mobil Raga sambil berteriak histeris, tidak lama setelah itu hujan turun membasahi dirinya.

"Hiks...Ini yang aku takutkan Raga...kamu bahkan belum mendengarkan penjelasanku dan pergi tanpa memperdulikan diriku" Ujar Indira lirih namun sebuah mobil berhenti di hadapannya, mobil itu milik Kepala bodyguard bayangan Reydo.

"Nona, anda tidak apa-apa? mari masuk dulu nona, jika tidak nona bisa sakit" Ujar pria tersebut bernama Randy dan di sampingnya ditemani pria bernama Wendy, setelah Indira masuk Mobil tersebut melaju menuju sebuah perkarangan rumah besar bagaikan istana yang merupakan milik Reydo.

"Nona anda baik-baik saja? apa yang terjadi pada anda? Septian buatkan sebuah teh hangat dengan jahe untuk nona!" Ujar Randy dengan wajah khawatir serta berteriak menyuruh Septian membuatkan sebuah Teh agar Indira tidak sakit.

"Hiks... Saya ingin tinggal disini beberapa hari, bolehkah?...Hacim" Ujar Indira sesegukan sambil menyeruput teh yang di buat oleh Septian namun dirinya tampak bersin.

"Tentu boleh Nona, Saya telah memegang tugas dan berjanji dengan MR.Reydo, jadi Nona jangan sungkan kepada kami" Ujar Alvian tersenyum menenangkan Indira, Tetapi ada satu hal yang tidak disukai oleh Indira.

"Jangan memanggil saya Nona panggil saja saya Dira atau Indira" Ujar ramah Indira sambil tersenyum, seketika dirinya lupa dengan apa yang dia alami tadi.

Sedangkan Raga mendadak mengerem mobilnya dan menyadari bahwa dirinya tidak seharusnya bersikap seperti itu dan dia memutuskan berbalik ke toko es krim tadi namun sayangnya dirinya tidak menemukan Indira berada dirinya semakin gelisah dan merasa bersalah.

"Indira! Kamu dimana!?" Teriak Raga membuat semua orang menatapnya mengira dirinya gila namun pada akhirnya dirinya tidak menemukan Indira berada.

Bersambung...

Gemana bab 11nya? gak kerasa dah bab 11, setia terus ya baca sampai akhir. Jika kalian suka jangan lupa Vote, follow dan komentar pendapat kalian.

"Gak Vote lu pada gue sembelih jadi qurban untuk idul adha nanti" ~Mikel gans tapi boong.

Thank you and see you next bab!.

Love With TeacherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang