•
Namanya Malam. Atreya Malam Lukmana. Orang-orang biasa memanggilnya 'Lam' atau 'Mal', meski Malam tidak terlalu suka panggilan 'Mal' untuknya. Malam namanya tapi ia tidak terlalu suka dengan malam hari. "Gelap." Katanya waktu itu.
Banyak orang menyukai sikap Malam, didikan orang tua Malam tidak pernah salah rupanya. Ia senang sekali tersenyum, menyapa beberapa orang yang sempat berkontak mata dengannya. Tersenyum dan mengangguk sekilas saat bertemu pandang dengan orang asing. Orang-orang menyebutnya murah senyum.
Meski sekarang hanya tinggal dengan Ayahnya, ia tidak pernah menunjukkan raut sedih sedikitpun. Ia selalu tersenyum dimanapun dan kapanpun. Meski itu semua jarang berlaku jika sedang bersama sang Ayah.
"Malam ayo bangun! Sarapan, mandi lalu berangkat kerja!" Teriak sang Ayah saat jam sudah menunjukkan pukul 6 pagi. Rutinitas seperti ini wajib setiap pagi. Membangunkan Malam dan membuat sarapan.
Malam bangun setelah itu, duduk dimeja makan dengan mata masih mengantuk. Sesekali mengusap mata, mengusir rasa kantuk yang masih saja tinggal.
"Kebiasaan jelek kamu itu kapan hilangnya? Masa harus Ayah bangunin setiap pagi, nggak malu sama temen-temenmu?"
"Iya, Ayah. Besok nggak lagi." Jawab Malam malas. Ini masih pagi, ia hanya ingin sarapan dengan tenang.
Sang ayah hanya menghela napas mendengar jawaban Malam. Setiap hari begitu, tapi tidak ada perubahan.
"Malam nanti pulang agak telat deh Yah, kayaknya."
"Hm? Kenapa gitu?"
"Kemarin sih diajakin temen, katanya mau ngadain makan-makan nanti pulang kerja." Jelas Malam.
"Yaudah, hati-hati aja nanti." Lalu mereka berdua melanjutkan acara sarapan dengan diam.
.
.Namanya Malam. Tubuhnya tidak terlalu tinggi tapi juga tidak terlalu pendek. Badannya kurus, makan sebanyak apapun tetap kurus. Nggak tau deh karena keturuan atau cacingan. Ups, becanda.
Malam mengendarai motor lamanya dengan santai. Pelan-pelan menikmati udara pagi yang masih segar. Beberapa kali bersiul untuk mengusir rasa sepi.
Beberapa menit kemudian, Malam menghentikan motornya didepan toko. Sudah beberapa minggu ini Malam mengerahkan kemampuannya untuk bekerja di toko roti. Meski ia hanya menjaga kasir saja. Mau jadi karyawan yang membuat roti pun ia tidak sanggup. Yang ada Malam hanya akan mengacaukan adonannya nanti.
Malam masuk kedalam toko dan mengganti pakaiannya dengan seragam karyawan. Beberapa temannya sudah berada ditempatnya masing-masing. Dan beberapa saat lagi, toko akan buka kembali.
Malam kembali kepintu depan, mengganti tulisan CLOSED menjadi OPEN.
"Eh, nanti jadi hlo ya habis pulang kerja hari ini." Riko mengingatkan, karena hari ini hari ulang tahunnya, ia ingin mentraktir teman-temannya makan.
"Iya, siap aja gue mah." Jawab Malam dengan cengiran dibibirnya. Kapan lagi kan dapat makanan gratis.
Hari ini toko lumayan ramai, Malam sedikit kuwalahan hari ini. Jarang-jarang juga toko seramai ini. Meski sedikit capai tapi Malam senang dengan keadaan ini.
Dan ia bisa bersyukur karena toko hari ini tutup lebih cepat. Beberapa teman-temannya sudah berkumpul didepan toko, ia segera membereskan barangnya dan pergi menyusul temannya didepan.
"Lama banget deh, Lam. Ngapain aja?"
"Ada yang ketinggalan tadi, sorry."
"Udah dikunci, kan pintunya?" Malam mengangguk dan tersenyum saat menjawab pertanyaan Riko. Dan langsung mengendarai motor masing-masing menuju ke restoran yang sudah dipesan Riko.
Akhirnya Malam dan beberapa temannya sampai ditempat tujuan. Beberapa makanan ternyata sudah terhidang dimeja, hingga memenuhi meja yang lumayan besar tersebut.
"Ini beneran boleh dimakan semua nih?" Riyan bertanya saat melihat banyak sekali makanan diatas meja.
"Ya iyalah, kalau nggak ngapain ada disini. Bego." Jawab Riko dengan tertawa.
"Si Sandi kemana? Kok gak balik-balik?"
"Kamar mandi, Ko. Nggak usah panik gitu." Malam menimpali.
Saat Sandi kembali kemeja mereka, ia membawa satu orang yang tidak ia tahu siapa.
"Tadi gue sampingan sama dia, katanya temen lo, Ko?"
Saat melihat orang yang bersama Sandi, Riko baru sadar, ia mengundang temannya tapi lupa tidak memberitau teman-temannya.
"Oh iya, itu temen gue. Lupa tadi mau ngasih tau kalau gue ngundang satu orang lagi."
Malam mengedarkan pandangannya, beberapa kali memperhatikan penampilan laki-laki yang baru saja datang bersama Sandi. Dan ia sedikit mendecih dalam hati melihat tinggi badan teman Riko.
Dan sialnya orang tersebut duduk disebelah Malam. Ia tersenyum saat teman Riko tersebut duduk disebelahnya. Memberikan kesan pertama keorang asing harus baik.
Mereka semua makan dengan sesekali bercanda. Melupakan semua masalah yang mereka semua punya.
"Eh, ngomong-ngomong temen lo namanya siapa, Ko?" Sandi yang sedari tadi hanya sibuk makan akhirnya bertanya.
"Nama gue Senja, maaf lupa memperkenalkan diri." Malam yang duduk disebelahnya sedikit terkejut. Kebetulan macam apa ini.
"Bagus banget deh, Malam dan Senja sebelahan." Kata Riyan, lalu tertawa renyah. Diikuti beberapa temannya yang juga ikut tertawa.
"Nama lo Malam?" Senja yang merasa sedikit terkejut akhirnya bertanya. Dan dibalas dengan anggukan Malam, tidak lupa dengan senyum yang ia tujukan.
Bersamaan dengan takdir yang akan diam-diam mengikuti mereka berdua.
•