#21

65 5 0
                                    

Tubuh pemuda tersebut terkulai, napasnya terdengar berat. Suhu tubuh yang sedari tadi meningkat sedikit demi sedikit membuatnya merasa lemas.

Pagi ini ia terbangun dengan suhu badan yang tinggi. Seluruh tubuhnya terasa panas, pun dengan kepalanya yang sedari tadi terasa pusing.

Senja perlahan bangkit, memaksakan tubuhnya untuk bergerak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Senja perlahan bangkit, memaksakan tubuhnya untuk bergerak. Ia harus meminta bantuan Langit sekarang jika ia tidak mau mati.

Pagi ini suasana rumah kembali sepi. Ia juga tidak tahu kemana sang Ayah pergi. Karena setahu dirinya, sang Ayah sudah keluar dari pekerjaannya dan hanya mabuk-mabukan setiap hati.

Setelah ia selesai mempersiapkan diri, Senja dengan lemas menuju kearah motornya. Ia harus menemui Langit sekarang juga.

Motor warna merah kesayangannya melaju dengan perlahan dijalanan yang ramai. Ia tidak berani mengambil resiko jika ia terjatuh nanti.

Beberapa menit kemudian, motor yang Senja kendarai berhenti didepan sebuah rumah. Rumah yang terlihat sederhana dan nyaman. Dan yang paling penting, rumah tersebut terlihat sangat 'hidup'.

Senja dengan segera memarkirkan motornya. Sedikit memenangkan dirinya terlebih dahulu. Karena jujur, ia sangat takut kembali ke rumah ini. Ia belum siap.

Seorang wanita paruh baya keluar saat Senja hendak melangkahkan kakinya. Pandangan wanita tersebut tajam menatap Senja. Sedang Senja hanya bisa menunduk tanpa berani memandang wanita tersebut lebih lama.

Ia memberanikan diri, melangkahkan kakinya mendekat.

"Pagi, tante." Sapa Senja sopan. Ia mengulurkan tangannya, bermaksud untuk memberi salam untuk yang lebih tua.

"Mau ngapain kesini?" Tanpa menyambut uluran tangan Senja, wanita tersebut bertanya dengan tajam.

"Langit ada di rumah nggak, tante?"

"Anak saya nggak ada. Lebih baik kamu pulang," Ia tahu, jika ia tidak akan pernah diterima di keluarga besarnya. Tapi bagi Senja, mereka tetap keluarganya. Ia juga ingin kehadirannya bisa diterima semua orang.

"Yaudah tante, kalau begitu aku pamit pulang. Permisi tante." Ucap Senja.

"Kamu." Senja kembali membalikkan badan setelah ibu Langit memanggilnya. "Lebih baik jauhin anak saya. Saya nggak mau anak saya ketularan buruknya kamu. Cukup kamu dan Ibumu saja yang jadi aib, jangan bawa-bawa anak saya." Setelah berkata seperti itu, wanita paruh baya tersebut kembali kedalam rumah. Meninggalkan Senja sendirian dengan pikirannya yang berkecamuk.

Ia manahan sakit, rasanya sesak sekali. Ia masih terima jika hanya dirinya yang dihina, tapi ketika sang Ibu juga ikut terhina, hatinya terasa sesak.

Senja pergi setelah itu, sekarang ia tidak tahu lagi ingin pergi kemana. Ia melajukan motornya dengan kecepatan yang cukup tinggi. Melampiaskan semua rasa sakitnya.

Kini ia sadar, sekarang ia sudah tidak punya siapa-siapa lagi. Ia tidak punya muka lagi untuk meminta bantuan Langit. Ia malu, ia marah pada dirinya sendiri. Kenapa ia dilahirkan jika akhirnya akan seperti ini.

Semesta [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang