#27

49 1 0
                                    

Malam

Pemuda yang tengah bergelung dibawah selimutnya yang hangat tersebut menggeliat. Mengerjapkan kedua matanya berkali-kali sebelum sadar sepenuhnya. Matanya melirik, menatap jam dinding yang baru saja ia pasang kemarin malam. Ia mengerjap, memfokuskan pandangannya pada jam. Pukul tujuh lewat lima belas menit.

Malam menyingkap selimutnya, seketika hawa dingin menyelimuti tubuh kurusnya. Ia menggigil, lalu memutuskan untuk kembali pada selimutnya yang hangat. Beruntung untuknya karena tempat kerjanya buka mulai jam sembilan pagi. Setidaknya ia masih bisa bersantai barang sebentar.

Sembari menyesuaikan tubuhnya dengan hawa dingin, Malam mengambil ponsel yang terletak disebelah bantalnya. Membuka layar ponsel yang terdapat wallpaper artis kpop di sana.

Matanya menatap heran karena mendapat notifikasi yang cukup banyak dari satu nama. Tumben sekali Langit memberondonginya dengan pesan.

Dengan rasa penasaran yang tinggi, Malam segera membuka pesan teks dari Langit.

Malam terkesiap, memahami pesan yang baru saja Langit kirimkan padanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Malam terkesiap, memahami pesan yang baru saja Langit kirimkan padanya.

Senja kabur, dari rumah. Bagaimana bisa?

Malam dengan segera membalas pesan Langit. Mengatakan jika Senja sama sekali tidak menghubunginya. Lagi pula, sejak dua hari yang lalu pun, Senja sama sekali tidak ada kabar. Membuatnya sedikit merasa khawatir.

Keduanya memutuskan untuk bertemu demi membahas Senja. Malam perlu penjelasan yang lebih tentang Senja.

.

Malam dengan segera menghentikan sepeda motornya disebuah warung makan dekat dengan rumah Senja. Ada Langit yang sudah menunggunya disini.

Dengan segera Malam memasuki warung makan yang lumayan rame tersebut, sembari mencari keberadaan Langit.

Segera ia melihat Langit karena laki-laki tersebut sudah mengangkat kedua tangannya.

"Duduk dulu." Langit mempersilahkan Malam untuk duduk didepannya. Malam mengangguk, lalu menempatkan pantatnya pada kursi yang tersedia.

"Belum sarapan, kan? Aku pesenin ya."

Malam menggelengkan kepalanya, "Senja gimana?"

"Nanti aku jelasin, habis kamu sarapan," akhirnya Malam mengangguk, mengikuti perintah Malam.

Langit bangkit berdiri, menghampiri penjual yang tengah sibuk menyiapkan pesanan.

"Bang, lontong sayur satu ya. Teh angetnya dua," pesan Langit.

"Siap mas." Langit kembali setelah itu. Dapat dilihatnya raut khawatir Malam.

Semesta [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang