Aku sudah sampai kesekolah Center, Jam 07:30, untung saja masih sepi, Sekolah Center mulai pembelajaran Tepat Jam 08:00, kenapa masih sepi? Hampir semua Murid disekolah center banyak yang telat, karena para guru disekolah ini tidak berani untuk menghukum mereka yang telat. Mereka pun kalau di beri hukuman akan kembali membalas Guru yang memberi hukuman.
Tetapi murid disini akan takut jika para Pimpinan Sekolah ini turun tangan.
Aku Langsung berlari menuju lift agar lebih cepat Ke Rooftop.
Setelah Sampai Ke Rooftop kulihat James dan teman-temannya sedang Duduk Disofa dengan Tangan yang masing-masing memegang Puntung Rokok.
Aku Menatap Takut Kearah Mereka. James yang melihat kehadiranku langsung membuang puntung rokoknya kelantai lalu disapu kasarnya dengan ujung sepatunya. Ia berdiri dengan wajah geram dan tangan yang ia masukkan disaku celana.
"Ma-Maafkan Aku mengaku salah, aku terlambat." Ucapku langsung Memohon Ampun dengan kedua kakiku yang bersimpuh dihadapannya.
Ia menurunkan Badannya hingga sejajar denganku.
"Kau Mulai berani denganku? Hah" Teriaknya, Ia Menarik Rambutku Kuat, Lalu mendakatkan Dirinya kepadaku mengikis jarak di antara kami. Ia terlihat terdiam saat melihat wajahku.
"Siapa yang membuat wajahmu seperti ini?" Dinginnya, pertanyaannya membuatku menegang. Sebelum berangkat Sekolah tadi aku dengan buru-buru mengobati wajahku akibat pukulan dari Tuan Hamilton. Aku sengaja tidak mengingkat rambutku agar bisa menutupi wajah memarku ini.
"Ti-Tidak terjadi apa-apa, Me-memangnya Ke-Kenapa dengan Wajahku?" Tanyaku bodoh.
"Mau berbohong Heh? Tidak ada yang boleh menyentuh Mangsa ku selain aku, dan hanya aku yang boleh memberikan goresan-goresan luka ditubuhmu"
"Katakan Siapa Pelakunya Liliana, Cepat!" Bentak James mengehempaskan Kepalaku kasar. Kulihat beberapa helai rambut ku berada di jemarinya.
Aku menggeleng-gelengkan Kepalaku pelan. Rasanya ingin kabur dari hadapan pria ini, tetapi aku tidak bisa.
James mencengkram Kedua pipiku kuat, ia memandangku tajam. Aku tidak mungkin kalau pelakunya Tuan Hamilton, aku tidak mau memberitahunya kalau aku diadopsi oleh keluarga Hamilton.
'Cup' Tidak ada cara lain, aku memutuskan mencium Pipinya singkat agar amarahnya kembali memuncak lalu memukulku dengan membabi buta.
Kenapa aku memutuskan menciumnya, karena pria ini jijik saat aku yang menyentuhnya, aku ingat saat kejadian dimana aku tidak sengaja menyentuh tangannya Saat pelajaran sedang berlangsung, Ya aku memang duduk Sebangku dengan Pria ini. Saat jam istirahat ia langsung mengamuk kepadaku dan menyebutkan kesalahanku kalau ia jijik dan tidak suka kalau aku menyentuhnya tanpa seizinnya.
'Bug' ia berdiri lalu menendang Perutku keras, Aku yang mendapati itu meringis menahan rasa sakit.
"Cepat Ambilkan Aku Rokok." Teriaknya, tidak lama salah satu temannya menyerahkan Rokok yang sudah dinyalakan.
"Berani-Beraninya Kau menciumku, mau menggodaku heh?!" Teriaknya lalu ia mencengkram wajahku, dengan teganya ia menekan puntung rokok itu ke pipiku. Aku mengeluarkan air mataku menahan rasa sakit ini.
"Kau gadis yang sangat menjijikan." Ucapnya, lalu menghempaskan Badanku kelantai. Setelah itu ia dan teman-temannya pergi begitu saja.
Aku terisak meringkuk menahan rasa sakit di seluruh badanku. Sejenak aku berpikir rasanya ingin berhenti dan ingin sekali aku merasakan bagaimana bahagia itu. Tapi aku tidak bisa, aku harus menaikan derajat Bibi dan anak-anak dipanti agar mereka tidak di tindas, cukup aku saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
OUTCAST
RomanceHanya kisah Seorang Gadis yang sangat menginginkan sebuah keluarga. Dia rela melakukan apapun agar bisa merasakan hangatnya keluarga. Dia selalu tersenyum ceria kepada semua orang, bisa dikatakan selama dia hidup ia tidak pernah marah, karena dia ga...