Rapuh

207 20 13
                                    

"Taeyongie

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Taeyongie..." panggil pria itu dengan mata berkaca2.

"Dimana Mark?" suara Taeyong kembali terdengar, namun yang sekarang terdengar bergetar karna khawatir.

Pertanyaan Taeyong lagi2 tidak mendapat jawaban dari orang sekitarnya, semua orang yang berada diruangannya bungkam dan menundukan kepala.

"Aku bertanya 'dimana mark?' kenapa tidak ada yang menjawab!?" tanya Taeyong lagi dengan nada tinggi.

"Mom" lirih Jeno pelan.

"Mark hyung..."

Baru saja hendak melanjutkan ucapannya, Taeyong kembali menyahut dengan suara serak. Seakan paham dengan apa yang terjadi, seakan paham dengan alasan mengapa tidak seorangpun memberi tau keadaan putra sulungnya sekarang, dan seakan paham mengapa putra sulungnya tidak berdiri disampingnya disaat ia terbangun dari komanya.

"Kapan?" tidak ada nada tinggi seperti yang baru saja terdengar, hanya lirihan pelan dengan suara serak dari mulut Taeyong.

"Dimana ia dimakamkan?" Dadanya terasa sangat sesak, serasa dipukul dan dihantam sesuatu yang keras berkali2 lipat, air mata yang seharusnya menetes karna kebahagiaan sekarang terpaksa menetes karna rasa kehilangan. Bukannya pesta yang seharusnya dilangsungkan karna Taeyong telah bangun dari komanya setelah bertahun2, namun peringatan hari kematian yang malah dilangsungkan.

"Taeyong-a" panggil Winwin lembut dari belakang sambil berjalan pelan menuju brankar Taeyong. Winwin merentangkan kedua tangannya, dan memeluk tubuh mungil Taeyong dengan lembut. Mengelus punggung Taeyong guna menenangkan sahabat kecilnya.

"Putra sulungmu sudah tenang disana, jangan membuatnya merasa bersalah karena telah pergi meninggalkan kita semua lebih dulu" ujar Winwin lagi dengan nada lembut, tangannya tak berhenti mengusap punggung Taeyong.

"T-tapi Mark... Mark, putraku.." cepat atau lambat isakan Taeyong mulai terdengar. Isakan yang membuat semua orang merasakan sakit yang sama seperti dirinya, isakan yang terdengar menyakitkan dan menyesakkan.

Di sisi lain, Yuta berjalan mendekati Jaehyun. Ya, pria yang tadi datang dengan tergesa2 dan memanggil Taeyong dengan sebutan 'Taeyongie' adalah Jung Jaehyun.

"Aku harap kau mengerti keadaan yang sedang terjadi sekarang, tolong jangan menambah beban Taeyong lagi" ujar Yuta sepelan mungkin, berusaha tidak mengganggu Taeyong dan Winwin disana.

Jaehyun hanya menundukkan kepalanya. Ia ingin menjadi orang pertama yang memeluk dan menenangkan Taeyong disaat lelaki manis kesayangannya itu merasa sesak dan membutuhkan seseorang disampingnya.

Apa Jaehyun masih pantas?

"Datanglah lain waktu, sekarang bukan waktu yang tepat" lanjut Yuta sambil memegang pundak Jaehyun, mengharapkan pengertian dari Jaehyun.

"S-seharusnya.. Hari itu aku tidak membawanya pergi bersamaku ke laut! A-aku.. I-ini semua salahku..." ujar Taeyong, benar2 terdengar menyakitkan. Semua orang hanya bisa menundukkan kepala mereka dan terisak, kecuali Winwin yang masih berusaha menenangkan sahabatnya.

"Taeyong-a, ini bukan salahmu. Dengarkan aku, semua ini adalah takdir yang sudah direncanakan Tuhan. Aku yakin, ini terjadi karena Tuhan yakin kau pasti bisa melewati cobaan-Nya. Jangan menyalahkan dirimu sendiri, Tae" ujar Winwin sambil mengelus puncak kepala Taeyong.

Bermenit-menit terlewat, masih dengan isakan Taeyong yang terus terdengar. Tidak jarang Taeyong menyakiti dirinya sendiri karena merasa bersalah, yang kemudian ditahan oleh Winwin yang masih setia memeluknya.

Taeyong benar2 merasa kehilangan separuh hidupnya.

"Sudah ya? Setelah kondisimu membaik, kita semua akan mengunjungi Mark bersama-sama" ucap Winwin pelan sambil melepaskan pelukannya.

"Putra sulung kita tidak akan senang melihatmu tersiksa karna kehilangan seperti ini, ia akan merasa bersalah disana" ujar Jaehyun tiba2, ia berjalan mendekati brankar Taeyong. Merendahkan posisi tubuhnya agar bersejajar dengan si manis, dan memegang kedua bahu rapuh itu.

"Bersedih dan merasa kehilangan itu boleh. Namun jangan lupakan tanggung jawabmu yang masih tersisa di dunia ini. Kau harus tetap melanjutkan hidupmu dengan sebaik mungkin, agar mereka yang meninggalkan kita tidak merasa bersalah"

"Yang pergi hanya raganya, ia masih berada disini Taeyong. Masih dihatimu.. Dihati kita semua.." lanjut Jaehyun sambil memegang dada Taeyong dengan lembut dan tersenyum manis.

Setelah melihat Taeyong yang mulai merasa tenang, Jaehyun kembali bangkit berdiri.

"Maafkan kesalahanku yang dulu" ujar Jaehyun sambil menundukkan kepalanya, dan berjalan keluar ruangan Taeyong.

"Jae.." suara serak itu terdengar lagi, suara yang terdengar serak karna isakannya tadi. Taeyong memanggil Jaehyun yang hendak keluar.

"Bisa peluk aku?" lirih Taeyong, kristal bening itu kembali jatuh membasahi pipinya.

Yuta, Winwin, Jeno dan Jaemin keluar meninggalkan Jaehyun dan Taeyong disana. Berharap Taeyong bisa merasa lebih baik, walau sedikit merasa tidak terima. Setidaknya itulah keinginan Taeyong, Taeyong yang merasa membutuhkan pelukan dari pria yang ia cintai selama bertahun2. Berharap bisa saling menguatkan satu sama lain.

Jaehyun berjalan mendekati lelaki manisnya yang masih berbaring di brankar rumah sakit, lelaki manis yang pernah ia sakiti dulu. Merengkuh tubuh kecil itu dengan sepenuh hati. Berharap dapat menyalurkan kekuatan melalui pelukan yang ia berikan. Mengelus punggung sempit si manis dengan tangan besarnya dan mengecup pucuk kepala si manis.

Semuanya sama seperti apa yang mereka lakukan dulu, dimana saat Taeyong merasa sendiri dan membutuhkan seseorang untuk menguatkannya, membuatnya yakin bahwa semuanya akan baik2 saja. Kemudian Jaehyun akan datang, merengkuh tubuh mungilnya dan membuatnya yakin semuanya akan baik2 saja.

Taeyong membiarkan dirinya terlihat rapuh sekali saja. Ia merasa terlalu lelah menahan semuanya, semu yang sudah terjadi. Bahkan ketika mengetahui Jaehyun bermain dibelakangnya, Taeyong tidak menunjukkan sisi rapuh dari dirinya sedikitpun. Membuat semua orang yakin bahwa Taeyong baik2 saja.

@jyongnominie

Thanks 900 readersnyaa! Cepet banget gilaa-! Aku sayang kaliannnn-!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Thanks 900 readersnyaa! Cepet banget gilaa-!
Aku sayang kaliannnn-!

Vote juseyooo-!

Maaf ga bisa bikin angst sumpah HAHAHAHA takut canggung anjrt

HAPPIER, NOMIN (uncontinued)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang