Kebakaran

181 21 1
                                    

Setelah menyuapi sang istri, Jaehyun beranjak berdiri dan pamit untuk kembali ke perusahaan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah menyuapi sang istri, Jaehyun beranjak berdiri dan pamit untuk kembali ke perusahaan. Ia mengatakan ia akan kembali setelah jam istirahat kantor. Meninggalkan Jeno dan Taeyong berdua disana.

"How's your day?"

"Sudah lama putra bungsu Mom tidak bercerita pada Mom. Bagaimana harimu selama Mom tertidur?" Taeyong memulai pembicaraan agar si bungsu merasa nyaman.

"Mom masih ingat Jaemin?" tanya Jeno sambil mengusap punggung tangan ibunya.

"Ya tentu saja! Si manis berambut pink seperti cotton candy itu kan? Yang selalu kau cium ketika ia sakit" jawaban Taeyong membuat Jeno memerah, sedangkan Taeyong sendiri terkekeh melihat tingkah putranya.

"Kau menyukainya ya?" pertanyaan Taeyong selanjutnya berhasil membuat Jeno melotot.

Jeno merenung, tidak tau harus menjawab bagaimana.

"Apa aku menyukainya Mom?" Jeno malah balik bertanya, membuat alis Taeyong berkedut.

"Hm? Jika kau merasa nyaman bahkan aman ketika berada di sisinya. Bisa dianggap kau menyukainya kan?" ujar Taeyong lembut.

"Hm, dia selalu bersamaku Mom. Saat aku senang dan saat aku merasa membutuhkan seseorang. Jaemin bahkan seperti memiliki kepribadian ganda" Jeno mulai bercerita. Ini yang disukai Taeyong sejak Jeno kecil, Jeno adalah orang yang mudah terbuka kepadanya. Walau tidak kepada semua orang, kecuali orang yang ia sayang.

"Ia bisa menjadi Jaemin yang iseng, rewel, dan tidak bisa diam di satu waktu. Namun juga bisa menjadi Jaemin yang lembut seperti seorang ibu, sabar, dan memberiku banyak ketenangan" lanjut Jeno, sorot matanya mengarah pada jari jemari ibunya. Tidak berani untuk menatap langsung bola mata milik sang ibu.

Sang ibu hanya mengangguk mendengarkan.

"Kemarin seorang kakek tua mendatangi kami, mengatakan sesuatu yang sulit untuk dipahami. Namun karna kakek tua tersebut aku jadi sadar bahwa Jaemin adalah laki2 yang sangat cantik dan manis" sudut bibir Jeno mulai naik dan tersenyum ketika membahas Jaemin.

"Dan ketika kalian semua pergi meninggalkanku sendirian, dia masih ada disampingku. Bersikap seolah dia akan melindungiku kapanpun, dan siap memberiku pelukan ketika aku membutuhkan seseorang"

"Apa aku menyukainya?" Jeno mengangkat kepalanya menghadap Taeyong yang masih setia mendengarkannya bercerita.

"Kau mencintainya, sayang" jawab Taeyong, kedua bola matanya terlihat berbinar.

Alis Jeno berkedut, dahinya berkerut. Apa tidak terlalu berlebihan mengatakan ini adalah cinta? Jeno tentu tidak percaya, mungkin ini hanya sekedar cinta monyet atau suka2 saja.

"Sekarang giliranmu membalas semua yang ia lakukan untukmu. Dengan cara yang sama seperti yang ia lakukan" lanjut Taeyong mengusap rambut Jeno.

--*--

Jeno mengendarai mobilnya menuju kampus Jaemin dengan laju, sesaat ketika mendapat kabar bahwa kampus Jaemin tiba2 kebakaran.

16.46
Kampus Jaemin.

Jeno berlari seperti orang gila mencari kesana kemari. Tujuannya hanya satu, yaitu menemukan si manis. Terlihat juga banyak keluarga mahasiswa-mahasiswi yang bergerombolan dengan wajah khawatir mencari tau kondisi anak mereka.

"JAEMIN!" teriak Jeno, ia berusaha tidak panik sekarang.

"NANA!!"

"JAEMINN! NA JAEMIN!" teriak Jeno berulang kali berharap mendengar sautan dari si manis.

Disana Jeno juga tidak sengaja berpapasan dengan Yuta dan Winwin. Winwin terlihat panik dengan kristal bening yang tidak berhenti keluar dari matanya. Sedangkan Yuta berusaha terlihat setenang mungkin.

"Jeno?! Sudah menemukan Jaemin?!" tanya Yuta menyembunyikan kepanikannya.

Jeno hanya menggelengkan kepalanya, sedetik kemudian suara ledakan dari dalam gedung universitas kembali terdengar.

DUUUARRRRR!

Semua orang yang ada disana spontan berteriak karna kaget sekaligus panik.
Kobaran api lain yang terlihat lebih besar dari sebelumnya muncul di gedung utara kampus.

Beberapa keluarga ada yang berteriak histeris, ada yang pingsan, juga ada yang masih menegarkan diri percaya bahwa anak mereka masih baik2 saja.

"NAKAMOTO JAEMINNN!!" Jeno kembali meneriakkan nama Jaemin, ntah ini yang keberapa kalinya.

"Tolong. Ini bukanlah akhir yang indah" lirih Jeno sambil terus mencari keberadaan Jaemin.

"Aku menginginkan akhir yang bahagia"

"Ini bukan akhir yang indah seperti yang kuharapkan" lirih Jeno lagi.

Seorang mahasiswa berparas ramping terlihat berjalan sempoyongan menuju kearah mereka. Pandangan Jeno dan Yuta langsung terarah pada remaja tersebut.

"Jen" suara serak remaja itu terdengar memanggil nama Jeno.

Itu suara serak Jaemin.

"NANA!!" Jeno berlari kearah Jaemin yang masih berjalan sempoyongan. Kemudian merengkuh tubuh ramping si manis dan mengusap punggungnya perlahan.

"Kau baik2 saja, na?" tanya Jeno khawatir.

Jaemin mengangguk kemudian menenggelamkan wajahnya pada ceruk leher Jeno. Jeno yang menyadari Jaemin sedang menangis disana, lalu mengeratkan pelukannya pada si manis.

"Semuanya baik2 saja" ujar Jeno. Sadar atau tidak, Jeno ikut meneteskan air matanya. Ia menghela nafas lega.

"Nana takut.." lirihan Jaemin hanya terdengar oleh Jeno. Lirihan yang terdengar sangat pelan.

"Aku disini na" Jeno kembali mengusap punggung Jaemin dan mengelus surai si manis.

"Kau aman sekarang" lanjutnya.

@jyongnominie

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

@jyongnominie

pendek banget, otak gabisa diajak mikir hiks

HAPPIER, NOMIN (uncontinued)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang