JAE CEO
|Pulang
|Skrg.ndamau|
mager||JUNG JENO!
dengann nana disinii|
Jenoo lagi mandi om|
nantii nana bilanginn||Untuk apa pegang hp anak saya?
Jenoo kan pacar nanaa|
sukaa-suka nana dung <3|
om jangan jahat2 dong ke Jeno|
kasiann jeno tertekan|--*--
"Na? Ngapain?" tanya Jeno ketika melihat Jaemin sedang sibuk dengan ponsel miliknya.
"Om Jahe tadi nyuruh kamuu pulang" jawab Jaemin lembut walau sejujurnya ia agak kesal karena tidak bisa berduaan dengan Jeno.
"Oh" hanya itu sautan dari Jeno.
"Jenoooooo" panggil si manis sambil merentangkan kedua tangannya minta dipeluk.
"Hm? Kenapa?" Jeno bertanya sambil berjalan mendekati tempat tidur, ke arah si manis.
"Harus pulang yaa? Jangann pulangg.. " rengek si manis sambil berusaha menunjukan raut wajah manisnya.
Jaemin bahkan tidak membutuhkan banyak efforts atau perjuangan untuk terlihat cute dan manis didepan Jeno. Melihat Jaemin jatuh terjungkal terperosot dan nyosor saja sudah membuat Jeno gemas setengah mati.
"Iya, ngga pulang kok na. Ayo turun waktunya makan malem kan" ajak Jeno sambil menggandeng tangan Jaemin.
Brakkkk.
"JENO!" teriak Winwin memanggil Jeno sambil membuka pintu kamar Jaemin dengan kencangnya.
"Buna? Kenapa?"
"Taeyong.."
".. bangun" ucap Winwin, kabar baik yang dibawa Winwin seakan membuat jantung Jeno berdegup 10x lebih kencang.
Dengan tergesa2 mereka segera berangkat menuju rumah sakit, tempat Taeyong dirawat selama koma.
Dengan hati yang berdegup kencang serta merapalkan doa berharap Taeyong bangun dengan keadaan baik2 saja tanpa kekurangan suatu apapun. Sampai di rumah sakit, mereka segera mendatangi meja CS, kemudian berjalan dengan tergesa menuju kamar inap Taeyong."Mom..." panggil Jeno pada namja cantik yang sekarang masih terbaring di brankar rumah sakit. Mendengar panggilan yang dirasa tidak asing itu, Taeyong langsung berusaha bangkit dari posisinya untuk mendudukan diri pada brankar sambil merentangkan kedua tangannya, berharap putra bungsu kesayangannya akan berlari untuk memeluknya.
Jeno benar2 merasa bibirnya bungkam seketika, tidak ada kata2 yang bisa mendeskripsikan betapa bahagia perasaannya sekarang. Dibelakang ada Jaemin, Winwin dan Yuta yang masih setia dan tersenyum lembut melihat peristiwa yang sedang terjadi.
"How long? Putra bungsuku benar2 sudah beranjak dewasa sekarang.." ucap Taeyong pelan, suaranya benar2 pelan hingga hampir tak terdengar.
"Mom benar2 meninggalkanku sendirian.. Semula ketika aku menginap dirumah Nana karena Nana sakit saat itu. Kemudian kalian tidak pernah kembali untuk menjemputku pulang.." lirih Jeno, ia benar2 menangis sekarang.
Jaemin bisa melihat pundak lebar yang selalu terlihat tegap, sekarang terlihat bergetar dengan kencang akibat tangisan yang tertahan sekian lama.
"Thanks for waking up after such a long time, mom" lanjut Jeno sambil memeluk Taeyong, menyembunyikan mata sembabnya pada ceruk leher Taeyong.
"Mark pasti sudah dewasa sekarang. Apa ia juga menggantikan posisi Dad? Where's he?" tanya Taeyong, suaranya terdengar lebih jelas dibandingkan sebelumnya, walau masih sedikit serak.
Jujur saja, Jeno masih belum siap untuk menceritakan hal buruk yang menimpa Mark, ia takut keadaan Taeyong akan semakin memburuk ketika mendengar kabar bahwa putra sulungnya telah tiada karena kecelakaan beberapa tahun yang lalu. Belum sempat Jeno menjawab pertanyaan Taeyong. Pria lain terlihat membuka pintu ruang inap dengan kencang hingga semua perhatian teralihkan padanya.
"Taeyongie..." lirih pria itu memanggil nama Taeyong dengan sebutan yang dulu selalu ia gunakan, keadaannya terlihat benar2 berantakan, berbeda dengan biasanya. Matanya berkaca2, nafasnya masih memburu karna kelelahan.
--*---
@jyongnominie
Hayu saling menghargai..
KAMU SEDANG MEMBACA
HAPPIER, NOMIN (uncontinued)
FanfictionJangan menjadi bulan, untuk orang yang membenci malam.