Understand

184 18 8
                                    

"Jen

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jen..." panggil Jaemin sambil memandang sahabatnya yang masih setia menundukkan kepalanya.

"Let's try to understand how Mom feels right now, OK?" ujar Jaemin sambil mengangkat kepala Jeno menggunakan kedua tangannya kemudian meletakkan kedua tangannya pada bahu Jeno.

"Na"

"Hm?" tanggap Jaemin dengan nada lembut.

"How can I understand their feelings? When they don't even understand how I feel rn? No one can understand how I feel, na" lirih Jeno pelan, tidak ada kristal bening yang jatuh ke pipinya seperti tadi. Jeno mencoba untuk terlihat tegar.

"Even I can't either" lanjutnya kemudian kembali menundukkan kepalanya. Kedua tangannya mengepal erat.

"Maybe you think no one can understand how you're feeling right now. but not with me. I'm sure I can understand you well" jawab Jaemin sambil tersenyum lembut, kembali menegakkan leher Jeno yang sempat tertunduk dan memeluknya, mengelus pelan punggung Jeno.

[author nyela, sumpah cringe bgt pake bing huhu]

Larut dalam kesedihan Jeno, mereka berdua tidak menyadari ada seorang kakek tua yang berjalan ke arah mereka sambil membawa sebucket bunga dengan langkah tertatih-tatih.

"Anak muda" panggil kakek tua itu sambil menunjukkan bucket bunga mawar yang ia bawa.

"Ya? Ada yang bisa kami bantu, kek?" tanya Jaemin lembut.

"Apa kalian tahu dimana kamar inap nomor 256?" tanya kakek itu sambil tersenyum.

Kakek tua itu benar2 terlihat sudah berumur, mungkin kisar 80 tahun-an.
Dan kebetulan ruang inap yang dicari kakek tua ini berada di samping ruang inap Taeyong.

Kemudian Jaemin memberi tau lokasi kamar inap yang dicari kakek tadi, kakek tersebut mengangguk paham kemudian berjalan meninggalkan Jeno dan Jaemin. Sebelum melewati mereka berdua, kakek itu berbalik menghadap Jeno dan Jaemin dan kembali berujar

"Jalani hidup kalian sebahagia mungkin, pahami dan sadari perasaan yang muncul di hati kalian berdua. Kita tidak pernah tahu kapan waktu akan merenggut salah satu dari kita, dan meninggalkan yang lain sendirian dengan rasa penyesalan yang masih ada dihati orang yang ditinggalkan" ujar kakek tua tersebut sambil menunjukan senyum tulusnya lagi.

"Eh? Maksudnya?" Jaemin kebingungan mengartikan apa yang dikatakan kakek tadi, bahasanya cukup rumit dan membulat membuat kepalanya pening.

Kakek tua itu hanya tersenyum mendengar tanggapan Jaemin.

"Kau laki-laki yang manis, mirip sekali dengan istriku" ujar kakek tua itu kemudian berjalan menuju kamar inap 256.

"Sungguh membingungkan" gumam Jaemin sambil membalikkan badannya kearah Jeno.

Kamar 256.

"Aku datang lagi hari ini, kau merindukanku?" ujar kakek tua itu sembari berjalan menuju brankar rumah sakit. Seorang pria tua manis bertubuh mungil sedang berbaring lemah di atas brankar tersebut.

"Aku bertemu 2 remaja sebelum datang kesini, mereka mengingatkanku pada masa lalu kita"

"Sudah lama aku tidak melihat masa depan orang lain sejak terakhir aku bersamamu"

"Aku berharap takdir akan berubah dan mereka mendapatkan akhir yang bahagia, tidak seorang pun yang menginginkan akhir yang menyedihkan bukan?" monolog kakek tua tersebut.

"Aku juga menginginkan akhir yang bahagia, maka dari itu kumohon bangunlah" kakek tua itu menggenggam tangan kecil pria manis berhias infus yang masih berbaring di brankar rumah sakit itu.

--*--

"Udahann yuk ngab, hari ini gantian Nana yang traktir seblak dehh" ajak Jaemin sambil menunjukan senyum manisnya seperti biasa. Agar Jeno juga tidak terlalu larut dalam kesedihannya.

Jaemin menggandeng tangan Jeno bersiap keluar dari rumah sakit, sebelum akhirnya ditahan oleh Winwin dan Yuta.

"Jenjaem mau kemana?" tanya Yuta melihat kedua remaja itu bergandengan tangan.

"Makan seblak bentar bun" jawab Jaemin sambil mengedipkan sebelah matanya berharap sang Bunda dan Ayah peka jika ia ingin mengajak Jeno ke luar untuk menghirup udara segar sebentar.

"Mom nyariin kamu tuh Jen, masuk dulu gih" saut Bunda Winwin. Jaemin hanya mendengus nafas kesal kemudian melepaskan gandengan tangan mereka, membiarkan Jeno masuk ke ruang inap ibunya.

"Tunggu disini, na. Habis ini kita keluar cari angin" ujar Jeno menunjukkan eye smilenya kemudian masuk ke kamar Taeyong.

"Huum! Sana!" usir Jaemin.

@jyongnominie

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

@jyongnominie

HAPPIER, NOMIN (uncontinued)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang