Cigarettes

190 22 1
                                    

Aku gatau ini book beneran harus dilanjutin atau nggak.

Agak weird ga sih? Tbh, takut freak.

Markitmul!

.

17.56
Jaemin's room

Dengkuran halus Jaemin berhasil membuat Jeno tersenyum gemas. Jemari tangannya tak berhenti mengelus surai bewarna merah muda milik Jaemin. Sesekali menyingkirkan beberapa anak rambut yang menutupi wajah cantik Jaemin.

"Ini memang bukan akhir, tapi baru saja dimulai kan. Cerita kita baru saja dimulai, ya kan na?" ujar Jeno. Entah apa yang merasuki Jeno, setelah bercerita tentang Jaemin pada ibunya.

"Aish! Aku benar2 sudah gila" batin Jeno mengusap wajahnya kasar.

"Eunghh.. Jen?" Jaemin menggeliat dalam tidurnya, sedetik kemudian ia membuka matanya.

"Jenooo~" Jaemin mendekatkan dirinya pada Jeno, menyembunyikan wajahnya pada dada bidang Jeno untuk mencari kehangatan disana.

"Tidurlah lagi Na, kau pasti kelelahan" ujar Jeno lembut mengusap surai si manis.

Tak perlu menunggu, semenit kemudian dengkuran halus si manis kembali terdengar.

19.57
Jaemin's room

Jeno terbangun, ia tidak sengaja ikut tertidur sambil memeluk si manis tadi. Mungkin ia juga merasa kelelahan hari ini.

Jeno beranjak dari tempat tidur perlahan membiarkan Nananya masih berjelajah di alam mimpi.

Ia berjalan kearah balkon kamar kemudian mengeluarkan sebuah kotak bewarna putih dari salah satu sakunya. Kotak itu berisi rokok. Kemudian mengeluarkan satu putung rokok dan membakar ujung putungnya dengan pematik.

Menyesap putung rokok yang mengandung nikotin tersebut kemudian menghembuskan asap dari mulutnya.

"Sejak kapan Nonoku sudah bisa merokok, humm?" suara serak dari arah belakangnya mengeluarkan pertanyaan.

"Hoammmh.. Matikan dulu, Nana tidak suka bau rokok" lanjutnya sambil memeluk pria tinggi yang tengah merokok itu.

Menyadari hal itu, Jeno segera mematikan rokoknya dan membuang putung bekas itu pada tempat sampah yang ada di samping jendela.

"Aku hanya merokok disaat tertentu na, aku tidak merokok setiap saat" jawab Jeno kemudian membalik badannya, ikut memeluk yang lebih mungil.

"Sudah merasa lebih baik?"

"Hum, sudah. Terima kasih" jawab Jaemin mengusap wajahnya pada Jeno manja.

"Saat tertentu apa yang kau maksud, Jen?" tanya Jaemin mendongakkan kepalanya.

"Saat aku merasa... sendiri? Tertekan? Kecewa atau sedih? Mungkin juga gundah?" Jeno balik bertanya, tidak yakin dengan jawaban yang ia berikan.

"Jeno-ssi, dengarkan Nana baik2 ya" Jaemin akan memulai kotbahnya.

"Jika kau sedang merasa sendiri, tertekan, kecewa, sedih, gundah atau perasaan apapun yang membuatmu merasa tidak nyaman. Kau tidak perlu ragu untuk mencariku. Aku akan menjadi penenangmu, Jen. Aku akan selalu menemanimu. Aku tidak ingin rokok menjadi penenang yang akan membuatmu kecanduan" ujar Jaemin lembut sambil mengusap surai pria didepannya itu.

"Aku bisa membiarkanmu merasa kecanduan setiap kau memelukku. Kau bisa memelukku setiap saat. Tapi aku tidak bisa membiarkanmu merasa kecanduan dengan rokok" lanjutnya tersenyum.

"Aku bisa menjadi rumahmu."

Jeno menanggapinya dengan tersenyum.

"Aku rasa aku mulai menyayangimu na" jawab Jeno kembali memeluk yang lebih mungil.

HAPPIER, NOMIN (uncontinued)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang