•Kondangan•

233 8 0
                                    

Menikah itu bukan perlombaan.

Diam dan Rasa
grsnrindu

•••

Alfi begitu sibuk sedari tadi pagi menyiapkan pakaian untuk suami dan anaknya beserta pakaiannya, dan siang ini ia baru selesai menyiapkan air mandi untuk Bagas.

"Mas buruan mandi," ujar Alfi menggendong Bagas.

Ilyas masih duduk di tempatnya bermain dengan Bagas tadi. "Bentar lagi Sayang, mau rebahan bentar."

Alfi menatap suaminya itu kesal. "Sana Mas, ini udah jam berapa? Bentar lagi acaranya mulai," ujar Alfi melangkah meninggalkan Ilyas.

Ilyas melirik jam tangan di pergelangan tangannya. "Iya deh, Mas mandi dulu," ujarnya bangkit dari duduk.

Hari ini sahabat Alfi menikah, jadi dia tak ingin telat datang ke acara penting sahabatnya.

"Mas, aku udah rapi belum?" tanya Alfi pada Ilyas yang duduk di sofa kamar sambil menggendong Bagas di pangkuannya.

Ilyas mengalihkan pandangnya pada istrinya yang berdiri di depan meja rias. "MasyaAllah udah rapi dan cantik kok," ujar Ilyas memuji istrinya.

Alfi tersenyum malu mendengar pujian suaminya itu, ia merapikan cadarnya. Lalu mengambil slingbag nya.

"Ya udah, kalo gitu kita berangkat sekarang yuk," ujar Alfi yang di angguki Ilyas.

Mereka mengenakan outfit berwarna denim dan navy, Alfi dengan tunik berwarna denim di padukan dengan rok dan hijab syar'i berwarna navy, tak lupa cadarnya yang juga berwarna navy. Sedangkan Ilyas dan Si Kecil Bagas mengenakan kemeja berwarna navy di padukan dengan celana panjang berwarna hitam.

°°°

"MasyaAllah, Barakallah Ji," ucap Alfi sambil memeluk pengantin wanita.

"Tinggal Enzi yang belum nikah nih," ujar Dina yang juga berada di atas pelaminan bersama Rizki-suaminya dan Alea-anaknya yang sudah berusia 4 tahun.

"Menikah itu bukan perlombaan, jadi gue gak mau buru-buru. Akan ada waktu yang tepat dengan orang yang tepat," ucap Enzi tersenyum.

Alfi tersenyum lebar mendengar ucapan Enzi, Dina hanya terkekeh mendengarnya.

"Iya sih, semoga lo segera nyusul deh," ucap Dina menyemangati sahabatnya itu.

Zia dan Fathur hanya tersenyum mendengar ucapan mereka. Zia menatap suaminya itu dari samping, ia begitu bersyukur berjodoh dengannya. Seorang santri yang juga belajar di pondok pesantren tempatnya menimba ilmu.

"Kita makan dulu yuk, kalian mau ikut makan bareng kita gak nih?" ujar dan tanya Dina pada kedua mempelai.

"Boleh, kita juga belum makan," jawab Zia menyetujui ajakan sahabatnya, suaminya hanya mengangguk pertanda setuju.

Mereka memilih makan di meja yang dekat dengan pelaminan, agar kedua mempelai berjalan tak terlalu jauh.

"Kalian berdua selalu couple an ya," ucap Zia pada Alfi yang tengah menyuapi Bagas.

Ilyas dan Alfi hanya tersenyum mendengar ucapan Zia.

"Tenang aja, nanti kita bakal pake baju couple juga kemanapun kita pergi," timpal Fathur tersenyum.

DIAM DAN RASA [END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang