•Menuju Halal•

353 16 0
                                    

Diam dan Rasa
grsnrindu

•••

Alfi tengah duduk di tepi ranjangnya, ia begitu gemetaran sekarang. Telapak tangannya sudah basah karena keringat dingin, jantungnya berdetak begitu cepat.

"Fi, turun yuk. Keluarga Ilyas udah dateng," ujar Lia membuka pintu kamar Alfi.

Alfi mengangguk, mereka menuruni anak tangga bersamaan, saat memasuki ruang tamu tak sengaja mata Ilyas dan Alfi bertemu, dengan segera Alfi menunduk lalu duduk di antara Lia dan Heri.

Sebuah senyuman menghiasi wajah Ilyas.

"Karena Nak Alfi udah ada di sini, kita langsung aja ke intinya ya Pak, Buk," ujar Ali memulai pembicaraan.

"Silahkan di mulai Nak Ilyas," ujar Heri mempersilahkan.

Ilyas mengangguk, menarik napas dalam lalu menghembuskannya secara perlahan.

"Kemarin saya sudah menyatakan lamaran saya pada Alfi, dan untuk itu saya beserta keluarga datang kesini untuk melamar kembali secara resmi, dan untuk mengetahui jawaban dari Alfi sendiri," ujar Ilyas tersenyum.

"Bismillahirrahmanirrahim, Alfi Almira Izatti mau kah kamu menikah denganku? Melengkapi separuh agama bersamaku?" tanya Ilyas menatap Alfi yang masih saja menunduk.

Alfi mengucap basmalah di dalam hatinya, menarik napas dalam dan menghembuskannya secara perlahan.

Semua yang ada di ruangan hanya diam, menanti jawaban yang akan di berikan oleh Alfi.

"Saya menerima lamaran ini karena Allah." Jawaban Alfi sukses membuat detak jantung Ilyas berdetak lebih cepat dari sebelumnya, dan sebuah senyuman terukir di bibirnya.

Ucapan hamdalah bersahutan di ruangan ini, mereka begitu bahagia mendengar jawaban Alfi.

Saat kedua pasang orang tua mereka tengah berbincang mengenai akad dan resepsi yang akan di laksanakan, Alfi tengah sibuk menetralkan detak jantungnya yang berdetak begitu cepat, senyuman tak lepas dari bibirnya. Alfi tak menyadari sepasang mata itu tengah memperhatikannya dengan senyuman yang juga menghiasi wajahnya.

"Kalian janjian pake baju warna ini?" tanya Inda tiba-tiba.

Refleks Alfi dan Ilyas saling melirik pakaian yang mereka kenakan dan ternyata memang benar warnanya sama, Alfi mengenakan gamis berwarna maroon di padukan dengan hijab berwarna hitam, sedangkan Ilyas mengenakan kurta yang juga berwarna maroon dengan celana panjang berwarna hitam.

"Enggak kok," jawab mereka berbarengan.

Semuanya tersenyum mendengar jawaban mereka berdua.

"Memang jodoh ya kalian," ujar Heri tersenyum lebar.

Ilyas menggaruk tengkuknya yang tak gatal dengan senyuman kikuk di bibirnya, sedangkan Alfi langsung menunduk menyembunyikan pipinya yang sudah pasti memerah.

Ya Allah, jadi gini rasanya di lamar orang yang di cintai? MasyaAllah, permudahkanlah Ya Allah.
Alhamdulillah, tak ada kata yang bisa hamba ucapkan selain hamdalah. Alfi membatin dengan senyuman yang berusah ia sembunyikan.

"Jadi, sepakat ya akad dan resepsinya di gabung?" tanya Lia yang di angguki kedua orang tua Ilyas.

"Satu minggu lagi acara akan di langsungkan, jadi kalian berdua gak boleh ketemu setelah ngurus surat-surat di KUA sampai acara akad di adakan," jelas Inda yang di angguki Ilyas dan Alfi.

Bismillah, ridhoi kami Ya Allah.
Permudahkan kami untuk menjalankan ibadah terpanjang ini Ya Allah. Do'a Ilyas di dalam hatinya.

DIAM DAN RASA [END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang