•Qahtan•

278 17 0
                                    

Allah yang menentukan, jika kita berjodoh maka kita akan bertemu, jika tidak maka aku mohon ikhlaskan aku.

Diam dan Rasa
grsnrindu

•••

"Lama banget sih bang. Ahda dah lumutan nih, nungguin Abang." Gadis itu begitu kesal dengan Kakak lelaki satu-satunya.

"Ya maaf, kan Abang mandi dulu, biar wangi gitu." Ilyas terkekeh melihat adiknya yang cemberut.

Ahda menarik napas kasar, lalu menghembuskannya pelan.

"Ya udah, kita jalan sekarang, besok Ahda dah balik pondok mau siap-siap ujian akhir," ujar Ahda tersenyum. Ahda sudah kelas 12 sekarang dan dia akan segera melaksanakan ujian akhir yang akan di laksanakan satu minggu lagi.

"Kalo dah tamat bagaimana tuh sama Si Ustadz itu tuh?" Tanya Ilyas tersenyum jahil pada Ahda.

"Ish, Abang mah, kan Ahda cuma mengagumi gak lebih tau." Ahda berjalan mendahului Ilyas yang sudah tertawa melihatnya yang kesal.

"Hanya mengagumi? Diam-diam nyebut namanya di sepertiga malam kan?" Tanya Ilyas masih dengan tawanya.

"Udah lah Bang, jangan bahas itu terus." Ahda memukul lengan Ilyas yang berjalan di sebelahnya. Ilyas hanya tertawa dan mengangguk.

Mereka akan menghabiskan waktu hari ini untuk jalan-jalan, karena besok Ahda sudah harus balik ke pesantren.

Disinilah mereka berdua, taman kota. Tempat pertama yang mereka kunjungi hari ini.

"Bang," panggil Ahda saat mereka duduk di kursi taman menikmati es krim yang baru saja mereka beli.

"Hmm," jawab Ilyas berdehem.

"Nanti bakal ada saatnya Abang jalan kesini sama kekasih halal Abang." Ucapan Ahda sukses membuat Ilyas tersedak.

"Abang kenapa?" Tanya Ahda tertawa.

"Makanya jangan buru-buru makan es krimnya," lanjutnya menepuk punggung Ilyas.

Ilyas menatap tajam Ahda yang masih tertawa. "Lagian ngapain tetiba ngomong begitu?"

"Hehe, pengen aja gitu," jawab Ahda terkekeh.

"Dahlah, ngapain malah ngebahas pasangan halal?"

"Siapa tadi yang mulai jahilin Ahda dulu?"

"Ya kan emang bener, kamu ada sesuatu sama Ustadz di pondok kamu."

"Jangan di bahas lagi Bang."

"Iya-iya, besok kalo dah nyampe pondok jangan lupa kabarin Abang," ujar Ilyas tersenyum.

"Tenang aja Bang," ujar Ahda ikut tersenyum.

"Abang titip salam buat Ustadz kamu itu."

"Abang!!" Ilyas sudah berlari menjauh meninggalkan Ahda yang sudah terlihat begitu kesal dengan dirinya. Ia begitu suka menjahili Ahda yang mudah salah tingkah.

DIAM DAN RASA [END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang