Two

2.3K 321 78
                                    

Selamat membaca





"Ah sialan, pinggangku remuk"

Mingyu menahan ringisan, tangan kanannya dengan perlahan memindahkan rengkuhan Jaehyun.

Suami bangsatnya itu menghajar lubangnya 4 jam penuh dan itupun tanpa kondom. Mingyu bahkan masih bisa merasakan sperma sang suami mengalir di pahanya.

"Aku bersumpah akan membunuhmu, Jaehyun" ucap Mingyu dengan nada kesal.

"Aku baru bangun dan tiba tiba mendengar perencanaan pembunuhan diriku? Oh sayang, kenapa kau sangat kejam hm?"

"Tutup mulutmu, sialan"

Jaehyun tertawa kecil, kemudian bangkit dari tidurnya. Memilih untuk menyenderkan diri di punggung kasur, sambil menatap ke arah Mingyu yang masih menggerutu.

"Aku akan bersih bersih setelah ini dan kau, mandi di kamar mandi luar"

Mingyu sedikit melirik sinis ke arah Jaehyun, sebelum akhirnya bangkit, membiarkan tubuh telanjangnya yang penuh kissmark itu terpampang.

Dapat di dengan, Jaehyun bersiul kecil.

"Tubuh yang bagus, Mingyu"

Sang laki laki cantik memilih abai dan terus melangkah mendekati kamar mandi.

"Hei, kenapa kita tidak mandi bersama?"

"Boleh saja, asal jika penismu di temukan tercacah di lantai kamar mandi, jangan salah kan aku. Lagipula mencacah penis menggunakan pisau cukur terlihat menarik"

"Sialan kau, Mingyu"

"Haha, love you too Jaehyun"








































"Hai, Jeno"

Jeno menoleh, masih dengan tangan yang mengaduk minumannya.

"Hai, pa"

"Ingin kopi?" tawar Jeno

Mingyu menggeleng, kemudian berjalan lurus ke arah kulkas. Mengeluarkan telur, beberapa sayuran serta potongan ayam.

"Ngomong ngomong, kenapa kau bangun pagi sekali? Ini bahkan belum jam 6 tapi kau sudah rapi dengan baju mu"

Jeno meminum sedikit kopi miliknya, sebelum akhirnya balas menatap sang papa.

"Aku sudah terbiasa bangun sepagi ini, lagipula bangun pagi adalah hal awam"

Mingyu tergelak kecil, sebelum akhirnya mengangguk. Jarinya dengan luwes memotong berbagai macam sayuran, kemudian mencucinya. Gerakan memasak yang Mingyu lakukan cenderung luwes, Jeno sempat tertarik melihatnya.

"Papa pandai memasak?"

"Tidak terlalu. Aku hanya terbiasa memasak karena hidup sendiri. Mau tidak mau aku belajar, benarkan Jeno?" Mingyu sedikit melirik ke arah Jeno yang memperhatikan nya.

"Oh, yah benar"

Tertawa kecil, Mingyu lantas mulai menumis sayuran yang dia masak, dalam hatinya laki laki itu tertawa setan.

"Sepertinya menarik jika aku menggoda Jeno"

"Jeno bisa bantu aku menumis? Aku harus mengambil pan lainnya di lemari bawah"

Jeno mengangguk, kemudian meletakkan kopinya. Mendekat kearah Mingyu dan mengambil alih spatula kayu itu. Tangan keduanya sempat bersentuhan kecil.

Fifth Columnist [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang