Eleven

1.4K 232 92
                                    

Selamat membaca.
Sudah di ingatkan jika ff ini berisi plot twist.





"Tuan Mingyu hanya kelelahan."

Wajah Jeno dan Jaehyun jelek seketika. Menatap Mingyu yang tertawa licik di ujung ranjang.

"Tolong jangan berlebihan apabila ingin melakukan sex, saya sempat mengecek bagian dalam tubuh tuan Mingyu dan-"

"Kau melihat anal, papa?"

Plakkk

Jaehyun memukul kuat kepala belakang Jeno.

Anak ini kurang ajar sekali, keturunan siapa sih?

"Saya hanya memeriksa punggung bagian belakangnya, tampak lebam dan sedikit bengkak. Jadi tolong lain kali pastikan kondisi serta mood pasangan anda sedang baik baik saja jika melalukan sex."

Jaehyun dan Jeno mengangguk, membuat dokter menyerengit, kenapa keponakan Jaehyun itu ikut mengangguk juga?

"Saya akan mencatat resepnya, tuan bisa menebusnya di apotek depan."

Jeno mengangguk, lantas menerima kertas resep dari sang dokter, lalu Jaehyun juga ikut berdiri, sedikit pamit kepada Mingyu sebelum akhirnya berjalan keluar ke arah toilet.

Setelah dua lelaki dominan itu pergi, Mingyu bangun dari duduknya, berniat untuk menimbang berat badannya, sebelum suara sang dokter memecah keheningan.

"Denyut nadi dua. Anda hamil tuan, Mingyu."

Menoleh malas, Mingyu lantas mengangguk tak perduli, lalu memilih meneruskan kegiatannya menimbang berat badannya.

Hei, 65kilogram?

Mingyu rasa dia harus mulai berdiet.

"Kau tidak perlu mengatakan apa apa kepada suami ku atau Jeno. Aku akan mengurusnya sendiri, terima kasih sudah membantuku tadi."

Tersenyum manis, Mingyu lantas menepuk pelan bahu sang dokter.

"Tolong kerja samanya."

Setelahnya Mingyu beranjak pergi, meski kepalanya masih berkunang kunang. Laki laki manis itu tampak di rengkuh hangat oleh Jaehyun, setelah sesaat keluar dari ruangan. Matanya berat sekali, hingga Jaehyun berinisiatif mengendong nya. Jelas, mereka di jadikan tontonan iri oleh orang lain, apalagi Jeno yang tampak tampan berada di belakang tubuh sang Daddy dan papanya.

Sebelum benar benar tertidur, Mingyu sempat bergumam dalam hatinya.

"Bagaimana aku mengatakan pada orang tua Jaehyun, jika aku mengandung anak Jeno?"

Sialan memang, Mingyu tidak mengira kecerobohan nya di hotel waktu itu, akan membuat dirinya berada di situasi sesulit sekarang.

Ingin menggugurkan juga tidak mungkin.

Tapi mempertahankan nya?

Justru lebih tidak mungkin.

Yang terbaik saat ini hanyalah bagaimana cara Mingyu menyusun waktu yang tepat, untuk mengatakan itu semua.
















































"Bagaimana jika buang saja obat penunda kehamilan milik papa?"

Jaehyun menoleh, kemudian mengangkat bahunya, memilih mengelus rambut Mingyu perlahan.

"Aku harus ke kantor, mencari kan Mingyu sekretaris, jadi aku harus pergi."

Jeno menoleh ke arah sang Daddy yang sudah berdiri, kemudian menatap intens laki lali itu.

"Kau masih berhubungan dengan wanita sialan itu?"

Jeno berusaha mengingat wanita bodoh yang kini sudah mendekam di penjara itu. Sialan, wajah itu sangat memuakkan.

"Tidak, aku mempunyai wanita lain."

"Oh?"

Melirik ke arah sang anak, Jaehyun hanya mengangguk, lantas menepuk pelan kepala Jeno. "Aku pergi dulu, urus Mingyu dengan benar,"

Saat Jaehyun sudah pergi, Jeno lantas mengusap lembut wajah sang papa. "Jaehyun tidak mencintai mu, berhenti menatapnya dengan tatapan itu. Aku benci."

Jeno bersungguh sungguh dalam ucapannya, sang papa tampaknya mulai terpengaruh dengan perilaku Daddy nya.

Itu tidak boleh terjadi.

Jeno harus melakukan apapun agar Mingyu bisa menjadi miliknya.

Ya, selamanya miliknya.

Jika perlu membunuh Jaehyun demi Mingyu, Jeno dengan senang hati melakukannya.

"Aku tidak suka berbagi, Jung Mingyu."

Tepat dua jam setelahnya, Mingyu bangun, lalu menggeram lapar, Jeno hanya tertawa gemas dan lantas memesannya Mingyu sebuah makanan.

"Papa tampak lucu dengan pipi menggembung itu."

Mingyu mendengus tak perduli, kembali menguyah ayamnya. Lalu pikirannya berputar, sialan apa perlu dirinya memberitahu Jeno?

Tentang kehamilan.

Tentang ayah dari anak yang dia kandung?

Bagaimana nanti respon Jaehyun?

Respon keluarga nya.

Keluarga Jaehyun.

Respon Jeno tidak di perlukan sebenarnya, karena sudah di pastikan pemuda 18 tahun itu tertawa bahagia.

"Bagaimana jika nanti aku hamil?" ujar Mingyu kecil. Jeno mengalihkan pandangannya, lalu mengusap pipi menggembung karena makanan itu. "Tidak masalah, lagipula kehadiran satu orang di rumah ini seperti nya tampak seru." Mingyu hanya mengangguk, lalu meletakkan makanannya.

"Kau sudah mengurusi saham pemberian ku?"

Jeno menyerengit, mendapati Mingyu yang tiba tiba merubah topik. Seperti laki laki manis itu tengah menghindari sesuatu.

"Baik, aku bisa mengurus nya dengan mudah."

"Dimana Jaehyun?"

Berdecak malas, Jeno akhirnya menidurkan kepalanya di paha Mingyu, menyembunyikan wajahnya pada perut datar sang papa.

"Sedang berkencan dengan para wanitanya," Mingyu tersentak kecil, kemudian menunduk menatap anaknya khawatir.

"Dia berhubungan dengan sekretaris ku lagi?"

"Tidak, dia bilang wanita lain."

Dapat Jeno pastikan wajah khawatir Mingyu mengendur seketika.

Jeno benci.

Sangat benci jika Mingyu lebih mengutamakan Daddy nya, ketimbang dirinya.







































































Fyi. Ngerasa kalau sifat Jeno disini perpaduan antara sifat Jaehyun di Master or Daddy, sama Mark di I'm Not Him.

Iya, jadi Mark karena Jeno selalu di nomer duakan.

Btw yang ngarep Mingyu hamil anak Jaehyun, ututu sabar yah😚

Kasian sekali Jeno ini:(

50komen+100vote = next

Fifth Columnist [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang