Selamat membaca.
•
•
•
•"Siang Jennie, apa kau menunggu lama?"
Jennie. Wanita yang mengenakan dress merah muda itu mendongak, kemudian menggeleng kan kepalanya, membiarkan Mingyu duduk di depannya. "Apa kau ingin sesuatu?" lagi lagi menggeleng, Mingyu akhirnya mengalah, memilih memesan sebuah susu coklat hangat pada pelayan, lalu kembali fokus ke arah Jennie.
"Kandungan mu baik baik saja kan?"
Ahh, Jennie hanya bisa menatap malu ke arah Mingyu yang justru khawatir dengan kandungan nya. Daripada pernikahan nya dengan Jaehyun yang sudah berada di ujung tanduk, karena hadirnya.
"Baik dan aku minta maaf Mingyu," ujar Jennie pelan.
Mingyu tertawa, lalu mengusap rambut Jennie pelan. "Santai lah, aku bukan tipe orang yang mudah marah. Lagipula kau hamil, tidak mungkin aku berteriak di kondisimu yang seperti ini. Bayimu dan kau bisa stress."
Mingyu melupakan secara total, dirinya yang stress tadi malam.
"Kenapa kau bisa sebaik ini, sedangkan aku telah merusak pernikahan mu dengan Jaehyun?"
"Aku dan anak ini sudah merusak pernikahan mu, Mingyu!"
Jennie berkata dengan tegas, matanya tampak berlinang air mata. "Kau tidak salah, Jaehyun yang salah. Dia tidak bisa mengontrol nafsunya, hingga bercinta denganmu sampai kau hamil."
Mingyu tahu, jika Jennie sebenarnya sadar, saat Jaehyun melakukan sex dengannya 5 bulan yang lalu.
Sesaat, Mingyu menghentikan obrolannya dengan Jennie, karena minuman yang dia pesan sudah datang.
"Aku bukan orang yang jahat, aku tidak akan membiarkan anak mu tumbuh tanpa sosok ayah."
Ucapan Mingyu benar benar menampar Jennie, wanita sontak mengelus perutnya sendiri. Menatap teduh ke arah Mingyu.
"Aku sudah memutuskan. Aku hanya akan melahirkan bayi ini, aku minta tolong padamu. Rawat bayi ini, anggaplah dia anakmu, aku mohon. Setelahnya, aku akan pergi dari kehidupan mu dan Jaehyun, aku akan benar benar pergi dari kehidupan kalian berdua." kini Mingyu yang tersentak kaget. Menatap tak percaya ke arah Jennie. "Aku minta maaf, hanya ini yang bisa aku lakukan Mingyu, jika kau memang tidak bisa merawatnya, aku akan menitipkan dia ke salah satu temanku-"
"Aku akan merawatnya."
"Apa kau gila, Mingyu? Merawat anak dari seorang wanita yang sudah merusak pernikahan mu dengan Jaehyun?" Mingyu jelas berteriak dalam pikirannya. Tapi semua dia acuhkan.
"Kau yakin dengan itu?" tanya Jennie pelan, lalu di balas anggukan oleh Mingyu. "Aku sudah tidak ada hubungan apa apa dengan Jaehyun, aku akan merawatnya sendiri, kau tidak perlu khawatir." tapi ucapan Mingyu malah membuat Jennie khawatir. "Mingyu, dengarkan aku. Jaehyun mencintai mu, Jaehyun berkata seperti itu saat mabuk dan-"
"Apa yang dikatakan seseorang saat mabuk adalah bualan semata."
Jennie masih mencoba memberikan pengertian kepada Mingyu. Tapi laki laki tetap tidak mau menerimanya.
"Fokus pada bayimu, aku akan merawatnya saat bayi itu lahir."
"Aku minta maaf atas nama Jaehyun, yang sudah menghamili mu, aku minta maaf karena tidak bisa menjaga mantan suamiku dan membuat hidupmu susah."
Mingyu tahu dirinya tidak seharusnya meminta maaf atas nama Jaehyun. Tapi hatinya berontak agar dia melakukan itu.
Jennie menangis kencang, lantas Mingyu memeluknya hangat, mencoba menenangkan, biarlah, kali ini dia yang akan berkorban.
Jeno mencengkram kuat surat pernyataan hamil itu di tangannya. Menatap ke arah Mingyu yang malah santai memakan nugget.
"Papa hamil anakku?"
"Iya."
"Sudah dua bulan lebih?"
"Iya."
Mencoba mengatur rasa senangnya, Jeno kemudian menangis. Mingyu tentu saja kaget, tapi setelah nya tertawa melihat wajah jelek sang anak. "Jangan tertawa, Mingyu. Aku sedang bahagia." Mingyu justru makin tertawa. Astaga anaknya lucu sekali.
"Daddy sudah tau tentang ini?" pertanyaan Jeno di balas gelengan oleh Mingyu.
"Tidak. Lagipula anak ini tidak ada hubungannya dengan dia dan yah, aku akan bercerai dengan dia, Jeno."
Pemuda SMA itu jelas menyerengit, menatap bertanya ke arah Mingyu. "Daddy mu menghamili wanita lain dan aku sudah bertemu dengan wanita itu tadi."
"Wanita itu baik, Daddy mu saja yang bangsat. Bisa tolong pukul wajahnya saat kau pulang nanti?"
Cerocos Mingyu membuat Jeno geli setengah mati. Kemudian ganti tertawa.
"Aku akan merawat anak ini, meski aku nanti tidak serumah dengan mu, karena saat bercerai aku akan tinggal sendiri. Ku harap kau tidak keberadaan saat aku memanggil mu di malam hari, karena keinginan anak mu ini." Jeno mengangguk kecil, tangannya tampak mengelus perut Mingyu yang masih rata.
Spermanya memang TOP sekali.
Terbukti kan? Sekali sex langsung jadi anak.
"Apa papa ingin aku tinggal bersama papa?"
"Tidak perlu, aku berencana tinggal bersama Jennie."
"Jennie, siapa?"
"Wanita yang Daddy mu hamili itu."
Kening Jeno menyerengit bingung sekali lagi. Untuk apa?
"Hehe, agar aku bisa belajar tentang kehamilan bersama dia. Yah, setidaknya aku harus bersiap menjadi ibu- papa yang baik." jelas tersenyum manis. Jeno lantas merengkuh pinggang Mingyu. Mengecup dahinya lembut. "Kau sudah menjadi papa yang baik, Mingyu."
Mingyu terkekeh, menyenderkan punggungnya pada dada Jeno, bibirnya mengecup singkat perpotongan leher Jeno. "Tolong jangan menjadi bangsat seperti Daddy mu, hanya kau yang bisa aku andalkan Jeno."
"Ya Mingyu, aku tidak akan menjadi bangsat seperti bajingan itu."
Keduanya tampak cuddle hangat setelahnya.
Ahh, hidup yang bahagia~~~~
Fyi. Yang nunggu Jaehyun kena karma sabar yah, lagi berusaha cocokin momen dimana nanti Jaehyun bakal sadar kalau dia suka Mingyu-
Suka secara romantis.
Kita siksa dulu si bangsat Jung itu🙏
Dahhhh♥️♥️♥️
100vote+50komen= next
KAMU SEDANG MEMBACA
Fifth Columnist [✓]
Short StoryKim Mingyu terpaksa menjalin kontrak pernikahan dengan Jung Jaehyun, rival bisnisnya. Penolakan kuat tampak keluar dari mulut keduanya, tapi karena satu masalah, keduanya hanya bisa diam dan menerima. Lucunya, disaat Mingyu mengetahui Jaehyun bersel...