Twenty one

1.1K 201 37
                                    

Tolong vote yah. Makasih.





"Kenapa dari tadi tidak masuk?"

Jeno menggeleng, kemudian tersenyum tipis. "Takut menganggu." Mingyu yang sebenarnya bingung dengan ucapan Jeno hanya mengangguk, lalu menyandarkan diri di kursi khas rumah sakit itu. Mengusap perlahan perutnya yang terasa sangat berat.

"Bisa berbicara sebentar? Tapi tidak di sini. Mungkin di taman?"

"Boleh."

Jeno kembali tersenyum, lalu menggenggam tangan Mingyu. Menyangga pinggang ibu hamil- oh papa hamil tersebut. Berjalan pelan ke arah taman di bagian belakang rumah sakit itu.

Setelah sampai, Jeno langsung mengarahkan Mingyu agar duduk di bangku, dengan kaki yang di selonjorkan.

Mingyu terkekeh geli, karena Jeno terlihat sangat hati hati, dalam mengangkat kakinya itu. "Apa itu nyaman?" tanya Jeno khawatir.

"Iya, tenang saja."

Jawaban dari Mingyu sukses membuat Jeno bernafas lega. "Jadi langsung mulai saja?"

"Haha, tentu Jeno. Kau boleh bertanya kapan pun kau mau, aku akan menjawab nya."

Yang lebih muda tampak menatap yang lebih tua intens, sebelum akhirnya menunduk, menatap cincin yang berada di tangan kirinya.

"Jaehyun pemilik hati mu, kan?"

Mingyu tersentak kecil, sebelum akhirnya mengangguk.

"Ya."

"Aku tidak bisa menggantikannya, benar begitu?"

"Ya."

"Ah, haha. Baiklah, aku hanya bertanya tentang itu, maaf jika membuat mu tak nyaman."

Mingyu tersenyum lembut, lalu menarik lengan Jeno, mau tak mau pemuda itu mendongak, kedua mata mereka bertemu sapa.

"Kau memang tidak bisa menggantikan Jaehyun, tapi bukan berarti, kau tidak layak bersanding dengannya. Aku sudah berkata padamu, maupun pada Jaehyun. Kalian adalah pemilik hatiku "

"Meskipun, Jaehyun adalah orang pertama, tapi aku tetap membutuhkan mu. Aku tetap membutuhkan mu, Jeno."

Jeno menatap lekat Mingyu, mencoba melihat kebohongan yang timbul di mata cantik milik laki laki manis itu.

"Apa kau bersedia, jatuh cinta padaku?"

"Tentu. Sebuah kehormatan untukku."



































































"Kau sudah menamainya?"

"Kau yang melahirkan nya bodoh. Kenapa aku yang harus menamainya?"

Jennie ingin sekali memukul kepala Jaehyun, tapi kondisinya dia baru selesai melahirkan, jahitan di bagian bawah itu masih sakit jika dibawah untuk bergerak.

"Kau ayah nya, kau yang bertugas memberi dia nama. Tolong gunakan sedikit otakmu." sarkas Jennie.

Jaehyun berdecih, lalu kembali menimang anak di gendongannya nya, sedikit termangu kecil, sebelum akhirnya berujar, "Jung Yeri?"

Tawa kecil tampak keluar dari bibir Jennie, wanita itu lantas menatap Jaehyun kecil. "Boleh, lumayan juga nama darimu."

Entah kenapa, Jaehyun merasa dirinya bahagia tanpa sebab, laki laki dewasa itu lantas menciumi wajah Yeri, bayi mungil itu jelas merengek tak nyaman, tapi Jaehyun tak perduli, bahkan Jennie sampai tergelak tawa mendengarnya.

Hingga, suara bayi menangis, langsung membuat Jaehyun menghentikan aksinya, dan menyerahkan bayi itu pada sang ibu, Jennie sendiri langsung menyusui sang anak.

Jaehyun yang gemas dengan sang anak, berusaha mengambil anaknya lagi, dan tangisan kembali terdengar. Keduanya tampak menikmati waktu berdua dengan satu bayi cantik di tengahnya.

Entah setan dari mana, Jaehyun mencium kening sang anak lalu-

Mengecup kening Jennie.

"Terima kasih." ujar Jaehyun kecil. Jennie menatap lekat Jaehyun, lalu mengangguk.

Jika di liat dari Jaehyun, posisi keduanya tampak seperti orang yang akan berciuman, wajar saja jika Mingyu, menghentikan tangannya yang akan masuk ke dalam ruangan.

Cengkraman tangan Mingyu pada gagang pintu menguat, badannya sedikit oleng ke belakang, untung saja Jeno sigap menahan tubuh kesayangan nya itu.

"Ada apa?"

"Huh? Aaa, tidak aku hanya sedikit pusing."

"Kalau begitu ayo masuk."

"Tidak- bagaimana jika kita berjalan jalan?"

"Tapi kau kan pus-"

"Aku ingin jalan jalan."

"Baiklah ayo jalan jalan."

Jeno sedikit bingung dengan tingkah Mingyu, tapi pemuda itu tetap mengangguk, dan mengikuti langkah kecil Mingyu. Sebelum akhirnya, matanya bersitatap dengan mata sang ayah, lalu memberikan jari tengah, sambil berujar kecil.

"Bajingan, anjing."












































































Fyi. Terima kasih sudah membaca❤️ maaf lama gak update, karena lagi sibuk sekolah.

Stay safe semuanya(ノ◕ヮ◕)ノ*.✧

PS. Ketika banyak readers yang komen dukung jaegyu, me be like:

Ayo karam kan, Jaegyu¯\_( ͡° ͜ʖ ͡°)_/¯

Fifth Columnist [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang