dua hari berlalu tanpa adanya canda tawa dari keluarga kecil ini sunyi dan senyap semua nya hilang bagai ditiup angin
hari ini bukan hari yang sibuk, renjun memilih untuk tidak masuk kesekolah untuk mengistirahatkan mental nya yang Lelah berharap semua nya akan kembali seperti dulu
angin mulai berhembus, daun daun berguguran belum lagi suara kicauan burung yang sangat merdu menambah suasana pagi ini sangat sendu, renjun terdiam sepi di depan jendela menatap langit biru nan cerah tersenyum layak nya orang yang paling bahagia di bumi
ingin sekali rasanya menangis
ingin sekali marah kepada tuhan kenapa ini harus terjadi, bukankah semua orang layak mendapat kebahagiaan? mengapa aku tidak? ini sungguh melelahkan
jika boleh aku meminta agar cepat cepat dijemput oleh malaikat, dunia terlalu kejam bahkan untuk diri ku yang lemah
sekarang kanvas ini semakin dipenuhi oleh tinta merah, rasa kecewa, putus asa dan semua tangisan ditumpah kan di kanvas ini . . .
coretan coretan luka yang bertambah membuat kertas ini semakin hancur dan rusak . . .
renjun tersadar dibelakang nya berdiri wanita cantik lengkap dengan pakaian kantor nya, menatap renjun dengan senyuman yang selalu dirindukan putra nya
"bunda"
renjun berbalik dan tersenyum bahagia melihat sang bunda tersenyum di hadapan nya disaat itu juga seira memeluk renjun, putra kecil nya yang selalu meminta dibuatkan dot sekarang tumbuh dewasa dengan kekerasan
renjun terdiam sejenak lalu kembali meneteskan air mata rasanya seperti hidup kembali, pelukan hangat yang selalu ia mimpi kan setiap hari kini benar benar terjadi
"bunda disini sakitt" lirih nya sambil terisak dipelukan sang bunda
seira tampak menahan air mata, sejahat apapun seira dia masih memiliki jiwa seorang ibu, mungkin saat ini ia merindukan renjun dan senyuman nya
Nampak raut rasa bersalah diwajah nya, tapi percayalah itu hanya sementara . .
seira pov
"jika kau tidak bisa menjaga putra ku dengan bener maka kembalikan dia kepada ku" kata laki laki itu dengan nada tegas
"ibu macam apa yang bisa menyiksa anak nya sendiri! lihat renjun sekarang" tambah nya
seketika diriku membeku, tertampar oleh kata kata yang dilontarkan oleh mantan suami ku sendiri
"saya tidak perduli, dia yang membuat saya seperti ini" bentak ku lalu meninggalkan nya sendiri di ruang tamu
"seira tunggu" panggil Daniel
tak ku hirau kan panggilan dari nya, tetap saja dia yang bersalah atas semua kejadian yang menimpa hidup ku
________________________________________________________
end
tak lama seira melepas pelukan nya dan tanpa mengucapkan kata sedikit pun kemudian berbalik dan keluar dari kamar itu, sedangkan renjun masih berusaha menahan tangis nya yang semakin deras ketika pelukan itu terlepas
seketika rasa Lelah nya hilang dalam sekejap, lenyap oleh pelukan hangat dari seorang ibu
tuhan benar benar membalas doa nya, lima menit yang lalu tuhan mengabulkan nya impian dan juga harapan sebuah pelukan manis yang tuhan titipkan
hari ini adalah saat dimana renjun merasa menjadi orang yang paling bahagia sampai sampai dia bingung harus membuat reaksi seperti apa.
"tadi itu apa?" tanya nya, sambil menghentikan tangis
Setelah merenung untuk berapa menit Renjun memutuskan untuk pergi ke ruang tamu
ia turuni tangga demi tangga, dengan pikiran yang terus berputar tanpa henti, ruang tamu tampak ramai
Dan disana tampak ada sedikit perdebatan, diam diam renjun menyaksikan perdebatan itu
"dasar ga becus, coba kau pikir adakah ibu yang tega memperlakukan anak nya seperti itu?" Bentak nya
"Terserah ku, kau sudah tidak ada hak lagi atas renjun" teriak seira
Entah apa yang dipermasalahkan, yang jelas itu menyangkut diri nya
Renjun terdiam kaku, entah kenapa ia menjadi lemah jika menyangkut dia dan bunda nya.
mereka yang sedari tadi ribut akan diri nya tak sadar jika renjun berdiri disana, menyaksikan semua nya.
"Bunda, ayah"
Sontak mereka menoleh ke arah renjun, begitu juga seira
Raut wajah nya nampak kesal, begitu juga ayah yang berusaha meredam emosi nya sedangkan renjun hanya menunduk
"Apa yang kau lakukan?" Kata seira, menarik tangan renjun lalu membawa nya ke dapur menjauh dari ruang tamu
"Jika kau berdiri disana dia akan membawa mu, ingat renjun aku yang menyediakan mu rumah, aku yang membiarkan mu tinggal disini" bentak seira sambil terus menggenggam tangan renjun
"Tapi bunda. ." Ucap nya
"Cepat pergi ke kamar mu!!" Perintah seira, renjun tersenyum sambil mengucapkan
"Renjun sayang bunda, renjun tetap disini buat bunda"
kata nya sambil berjalan pergi tak lupa dengan senyum yang selalu hadir
Betapa beruntung nya seira memiliki renjun untuk saat ini, kapan dia akan membalas rasa sayang itu? Harus kah menunggu nya tiada?
"Renjun sayang bunda"
KAMU SEDANG MEMBACA
Coretan Luka (rest)
Fanfiction𓍼 🎀 𖥵 ‹ don't copy 𖥔 ׅ۬ sekarang aku paham betapa penting nya kehidupan. - rendi anendra askara "dikehidupan selanjutnya rendi mau jadi anak bunda lagi ya" genre angst status : on going