Pagi ini chika terbangun dari tidurnya, badannya terasa begitu sakit. Entah bagaimana cara dia tidur semalam hingga membuat sekujur badannya terasa sakit. Apa ini efek karena dirinya memikirkan nasib Ara kemarin malam? Karena pesan aneh dari Vivi kemarin, perasaan Chika menjadi bercampur aduk. Dirinya takut kehilangan Ara, dirinya tidak ingin Ara terluka, tapi dirinya juga tidak ingin melepaskan Ara. Ingin sekali rasanya mendiskusikan hal ini dengan Ara, tapi hal itu Chika urungkan. Dia merasa bahwa dirinya harus mencari solusi sendiri untuk menyelesaikan hal ini.
Chika beranjak dari tidurnya dan menuju ke arah kamar mandi kamarnya dengan tujuan membasuh muka dan bersih-bersih. Setelah dilakukan semua itu dia berjalan ke bawah, karena mungkin Ara berada disana.
"Tumbenan Ara jam segini udah ga dikamar, biasanya masih ngebo tuh anak," ucap Chika sambil menutup pintu kamarnya.
Chika berjalan menuju dapur dan ternyata Ara tidak ada disana. Chika mencari di seluruh penjuru rumah, tapi nihil yang didapatkannya. Chika berakhir duduk di gazebo rumah yang ada di taman. Kemana perginya Ara pagi-pagi begini? Pikir Chika dalam diam.
Chika meraih telepon miliknya dan mengetikan sebuah pesan kepada Ara.
Chika
Sayang kamu dimana?
Kok dirumah gaada?Ditatapnya layar telepon itu, satu menit dua menit tiga menit. Tidak ada balasan. Akhirnya Chika memutuskan untuk menelepon Ara. Telepon itu berdering saat Chika menelepon Ara, itu tandanya hp Ara tidak mati. Dering ketiga dari telepon itu kemudian dari seberang sana terdengar suara kekasih yang sangat dicintainya.
"Halo Ara,"
"Halo Chika, kenapa?"
"Kamu dimana? Kok pagi-pagi gini gaada dirumah?"
"Ada urusan sayang,"
"Kemana? Sama siapa"Terdengan kekehan kecil dari sebrang sana.
"Huh posesifnya pacar aku ini,"
"Ih beneran aku tanya,"
"Ke rumah temen bunda, nganterin bunda,"
"Ih kok aku ga diajak,"
"Lagian tidurnya nyenyak banget,"
"Ih kan dibangunin bisa,"
"Aku ngga tega banguninnya sayang,"
"Yaudah deh, nanti kalo udah mau pulang kabari yaa,"
"Oke sayang,"
"Titip satu ya Raa,"
"Es krim coklat?"
"Huum," angguk Chika kemudian dengan senangnya karena pacarnya itu begitu peka.
"Siap tuan putri kecilnya Ara,"
"Yaudah sana,"
"Iyaa sayang, yaudah byeee,"
"Bye,"Panggilan mereka terputus dan Chika kembali berpikir cara agar semua rencana Vivi gagal. Tapi dia bingung, rencana apa yang akan dibuat Vivi. Menerka-nerka adalah hal yang sangat Chika benci. Tuhan tolong buat Vivi menjauh dari dirinya dan Ara.
*****
Pagi itu papa sudah berangkat dan Chika masih tertidur pulas di tempat tidur. Ara terbangun dengan perasaan tidak enak, sebenarnya perasaan ini sudah dia rasakan sejak kemarin. Diamnya Chika setelah dirinya mandi membuat perasaannya tidak enak. Jarang sekali bahkan tidak pernah terjadi Chika terdiam saat dirinya memanggil namanya.
Resah dan gelisah Ara rasakan saat ini. Tujuannya saat dirinya merasakan hal seperti ini adalah bunda. Sudah Ara putuskan bahwa dirinya akan bercerita kepada bunda. Akan Ara ceritakan semua kepada bunda.
Setelah bersih-bersih diri Ara menuju kamar bunda. Benar saja wanita dengan paras yang begitu cantik itu sedang duduk di balkon kamarnya. Ara masuk ke dalam kamar dan mengetuk pintu penghubung anatar kamar dan balkon. Bunda yang mendengar ketukan dari Ara itu menoleh dan mempersilahkan Ara masuk.
"Ada apa nih anak bunda pagi-pagi udah nyamperin bundanya," ejek bunda kepada Ara.
"Ih bunda," duduk Ara kemudian sambil mencomot cookies yang ada di meja.
"Ada apa sayang? Pasti ada yang mau diceritain ke bunda kan?"
"Bunda tau aja sih,"
"Tau lah bundanya siapa dulu?"
"Euhm.. bun,"
"Apa?"
"Anu.. itu,"
"Apa sayang?"
"Sebelumnya Ara mau jujur dulu,"
"Kenapa?"
"Sebenernya Ara ada pacar bun, Ara sayang banget sama dia, Ara gamau kehilangan dia, Ara gabisa kalo harus pisah sama dia bun,"
"Terus?"
"Tapi bunda jangan marah ya?"
"Kenapa?"
"Pacar Ara.."
"Hm?"
"Pacar Ara Chika bun,"
"Udah tau,"
"HAH?"Mata Ara melotot mendengar bunda sudah mengetahui hubungannya dengan Chika. Bagaimana bisa bunda tahu itu semua.
"Kok bisa bun? Tau darimana coba?"
"CCTV,"
"Hah kok bisa bun?"
"Main kamu kurang bersih Ra kalo mau ga ketauan, masa diruang tengah yang jelas-jelas ada CCTV malah ngebucin hahaha," tawa bunda kemudian.
"Eh iyaa yaak, tapi bunda ga marah apa?"
"Buat apa marah?"
"Kan Chika sama Ara saudara bun, ya meskipun cuma saudara tiri dan ngga sedarah," tunduk Ara.
"Ya terus kenapa? Namanya perasaan gabisa dipaksain sayang, emang kamu mau bunda sama papa marah terus nyuruh kalian pisah, padahal hubungan kalian udah deket banget sampe tidurnya aja nempel mulu gitu? Mau dipisahin sama bunda sama papa?"
"Bentar-bentar bun, jadi papa juga tau?"
"Taulah, orang yang ngasih tau video CCTV ke bunda itu ya papa,"
"Yaampun sia-sia Ara nyembunyiin semuanya dong,"
"Banget Raa," kekeh bunda kemudian.Ara merasa bodoh dengan tingkah lakunya selama ini, bisa-bisanya dia ketauan. Tapi syukurlah jika bunda dan papa setuju dengan hubungan mereka. Lalu kemudian Ara kembali ke inti pembicaraannya dan menceritakan segala keluh kesah miliknya. Bunda terkejut dengan cerita Ara dan akhirnya memberi solusi untuk masalahnya itu.
"Temen bunda kan ada yang bisa bantu Raa,"
"Yang polisi itu bun?"
"Iya, mau kesana?"
"Boleh deh bun, yaudah ayo bun,"Akhirnya Ara dan bunda menuju rumah teman bunda itu. Diperjalan tiba-tiba ada telepon yang tertera di mobil yang memang sudah Ara sambungkan dengan telponnya. Bunda yang melihat itu hanya geleng-geleng kepala.
"Angkat sana,"
"Emang mau diangkat, jangan cemburu ya bunda sayangku,"Akhirnya Ara mengangkat telepon itu dan berbicara dengan Chika. Selesai telpon dirinya tersenyum lebar kearah bunda.
"Dasar bucinnya anak bunda satu ini,"
"Biarin,"Di dalam mobil bunda terus menggoda Ara hingga sampai ke tujuan. Setelah sampai bunda bercengkrama terlebih dahulu dengan temannya itu. Hingga tiba-tiba dirinya disapa oleh teman bundanya itu.
"Ini yang mau minta bantuan tante?"
"Eh iya tante,"Dirinya akhirnya menceritakan semua tentang Vivi. Teman bunda pun terkejut dengan semua verita Ara, tapi Ara tak kalah terkejut dengan pengakuan teman bundanya itu.
"Jadi Vivi yang punya masalah sama kamu?"
"Iya te,"
"Berulah lagi anak itu ternyata,"
"Loh tante kenal?"
"Dia emang suka buat rusuh, udah jadi incaran tim tante dari dulu, tapi ya gitu bukti selalu menunjukan kalo dia ga salah, anak itu kalo main rapi banget, selalu ada alibi yang nyelamatin dia," jelas teman bunda kepada Ara.
"Brengsek banget, jadi gimana te?"
"Intinya buat sekarang kamu hati-hati incaran dia sekarang Chika, kamu jaga Chika jangan sampai lengah, ok?"
"Siap te kalo itu, bakal terus saya jagain,"
"Tapi kamu sendiri juga hati-hati, anak itu ga segan-segan buat bunuh orang, kalo ada apa-apa nanti langsung telepon tante aja ok?"
"Siap tante, makasih banyak ya tante,"
"Ok ok santai aja,"Akhirnya obrolan mereka berhenti dan dilanjutkan oleh obrolan ringan dengan bunda. Ara hanya menunggu hingga bunda selesai melepas rindu dengan temannya dan mengantar bunda pulang kembali ke rumah. Dipikiran Ara sekarang hanya berisi cara-cara untuk melindungi tuan putri kecilnya itu.
Bersambung...
Hai hai hai
Aku kembali dengan selamat nih
Makasih ya buat yang udah mau nunggu sama doain aku hehehe
Akhirnya udah sehatan nih sama udah ada bahan buat bikin lanjutan cerita
Makasih banget ya udah mau nungguin aku
Sayang kalian banyak-banyak
Lopyu all ❤️😚❤️
Selamat membaca yaaa
2ken.
KAMU SEDANG MEMBACA
Always With You [END]
JugendliteraturDapatkah Chika berhubungan baik dengan Ara adik tirinya? Atau malah sebaliknya? Ataukah malah memiliki sebuah rasa?