Chika yang baru saja keluar dari kamar dengan pakaian rapi menuruni anak tangga untuk menuju ke ruang tengah rumahnya. Setelah sampai di ruang tengah Chika melihat papanya yang telah rapi siap untuk mengajaknya makan malam bersama calon bunda dan adik tirinya.
Papa Chika merasakan kedatangan anak kesayangannya dan benar ternyata anak kesayangannya itu sedang menuruni satu demi satu anak tangga. Dia tersenyum melihat anak semata wayangnya yang menurutnya baru kemarin belajar merangkak, tetapi seksrang sudah terlihat begitu cantik seperti mamanya ketika masih muda.
"Sayang apakah aku sudah melakukan tindakan yang benar untuk memulai hidup baru dengan orang lain? Apakah anak kita benar-benar menerima tindakanku ini?" batin papa Chika sambil matanya tetap fokus menatap anaknya yang sedang berjalan menuruni tangga.
Sebenernya papa Chika tau jika dirinya selalu tidak mempunyai waktu untuk Chika anak semata wayangnya itu. Namun itu semua ia lakukan untuk Chika, iya dia ingin anaknya bahagia dengan terpenuhinya semua kebutuhannya. Tapi dia merasa semenjak istrinya meninggal dan dirinya fokus bekerja senyum manis dari Chika seolah menghilang ditelan bumi. Itulah mengapa dia ingin membuat Chika tersenyum kembali dengan mencarikan kebahagiaan untuk Chika.
Waktu itu, waktu papa Chika sedang duduk santai setelah meeting dengan orang-orang penting dari pihak yang akan bekerjasama dengannya. Dirinya melihat sesosok wanita cantik yang sedang mengobrol dengan anak yang berpakaian SMA. Dia merasa bahwa anak itu adalah anaknya. Dirinya tidak mengetahui apa yang sedang wanita dan anak itu omongkan, tetapi dirinya terkejut karena mata anak SMA itu dengan dirinya bertemu. Ternyata sedari tadi dirinya telah diperhatikan oleh anak SMA itu ketika dirinya melihat wanita cantik yang duduk bersama dengan anak SMA itu. Anak SMA itu tiba-tiba menghampirinya.
"Om kalo suka ke bunda saya bilang dong, jangan diliatin aja ntar keburu diambil orang," ucap anak itu sembari duduk di kursi yang bersebrangan dengan papa Chika.
Sontak papa Chika terkejut dan heran dengan apa yang dikatakan anak itu.
"E-ehh ngga gitu nak, saya hanya melihat sekitar aja," elak papa Chika yang kaget dan sedikit gugup karena ucapan dari anak itu sebelumnya.
"Bunda saya jomblo loh om apa gak tertarik," ucap anak itu lagi seperti sedang mempromosikan barang dagangannya.Papa Chika hanya tersenyum. Bagaimana tidak tersenyum anak perempuan ini sungguh diluar dugaan, bahkan dirinya dan anak itu tidak pernah bertemu sebelumnya tapi mengapa anak ini seolah sudah drkat dengannya.
"Gimana om mau gak sama bunda saya?" tawar anak perempuan itu sembari senyum dan mengedipkan jahil mata kirinya.
Tak lama setelah itu wanita yang sepertinya bunda dari anak perempuan itu mendekat dengan langkah yang sedikit cepat.
"Yaampun Ara ngapain sih kamu ini, kenal?" ucap wanita itu kepada anaknya sambil menarik anak perempuan itu agar berdiri.
"Ngga bun, tapi om ini liatin bunda aja dari tadi. Jadi Ara datengin deh sapa tau kan calon hehehe," ucap anak perempuan itu dan dilanjutkan dengan kekeh kecil.
"Yaampun nakal banget sih kamu ini," ucap wanita itu lagi sambil menepuk punggung anak perempuannya itu dua kali.
"Maafkan anak saya ya pak, emang suka begini anaknya, kadang diluar perkiraan," maaf wanita itu kepada papa Chika.
"Parkiran kali bun," potong Ara dengan candaan garingnya.
"Araa.." tatap wanita itu kepada anaknya.Mendengar perkataan anak itu sontak papa Chika menahan tawanya.
"Tidak apa-apa bu, bisa banget ya kamu ngelawaknya," ucap papa Chika yang kemudian menepuk bahu anak perempuan itu sembari menahan tawa.
Mungkin disitulah pertemuan pertama dirinya dengan calon istri dan anak tirinya ini. Pada waktu itu dirinya sedang penat memikirkan pekerjaan menjadi sedikit hilang penatnya karena melihat dan mendengar candaan dari anak perempuan bernama Ara itu. Mulai dari situ papa Chika dan bunda Ara sering mengobrol dan bertemu. Lalu munculah rasa suka dan selanjutnya setuju untuk menikah.

KAMU SEDANG MEMBACA
Always With You [END]
Novela JuvenilDapatkah Chika berhubungan baik dengan Ara adik tirinya? Atau malah sebaliknya? Ataukah malah memiliki sebuah rasa?