Hari ini mobil Ara sudah keluar dari rumah sakit khusus mobil a.k.a bengkel. Ara meminta tolong bantuan pak Agus untuk mengambil mobilnya itu, karena dia merasa bahwa hari ini sebaiknya dirinya di rumah bersama Chika. Perasaan Ara aneh sejak kemarin pagi, rasa khawatir akan keselamatan Chika cukup besar. Semoga saja perasaan aneh yang Ara rasakan hanya sebuah rasa yang tidak ada artinya. Dengan begitu Ara akan sedikit lebih tenang.
"Pak Agus tolong ya diambilin mobil Ara yang waktu itu masuk rumah sakit,"
"Hah? Emang ada rumah sakit mobil neng?" tanya pak Agus sambil membulatkan mata.
"Bengkel atuh pak maksud Ara,"
"Owalah hehehe, ok neng habis ini saya ambil mobilnya,"
"Terima kasih ya pak,"
"Sama-sama neng,"Setelah berbicara dengan pak Agus Ara berjalan menuju ruang makan yang mana disana ada papa dan mam sedang sarapan. Pekerja keras sekali orang tuaku, batin Ara. Kalian tanya dimana Chika? Tentu saja masih bergulat dengan selimut dan bantal guling miliknya.
"Selamat pagi papa bunda sayang," sapa Ara dengan senyum manis khasnya.
"Makan sini Ra," ucap papa sambil menarik kursi disebelahnya.
"Nanti aja pa bareng Chika," ucap Ara malu-malu sambil duduk disebelah papa. Iya Ara memang masih malu kepada papa akan hubungannya dengan Chika, lain lagi kalo di depan bunda sudah hilang urat malu Ara.
"Bucin ya anak papa, makan aja mau barengan,"
"Papa sendiri tolong ya," ucap Ara dengan nada mengejek.Akhirnya mereka semua tertawa dan melanjutkan acara makan sarapan mereka. Tak lupa Ara mencomot kerupuk yang ada pada toples di atas meja makan. Dia bilang sebagai ganjal rasa lapar sebelum makan dengan Chika.
Selesai makan papa dan bunda beranjak untuk pergi bekerja. Ara melihat punggung kedua orang tuanya itu pergi dengan bangga. Sebentar lagi dirinya akan seperti itu, jika lulus kuliah.
"Ara tolong jaga Chika ya?" ucap papa kepada Ara ketika sudah hampir sampai pintu.
"Selalu kalo itu pa, tenang aja,"
"Papa percaya sama kamu, hati-hati dirumah yaa,"
"Siap pa,"Akhirnya papa dan bunda berjalan menuju mobil dan pergi. Ara masih saja duduk di meja makan sambil memainkan teleponnya, ntah apa yang dia buka karena pikirannya hanya penuh dengan kekhawatirannya kepada Chika. Tidak lama setelah itu Chika turun dengan muka bantalnya.
"Ra laper," ucap Chika setelah sampai dan duduk di pangkuan Ara sambil memeluk Ara.
"Duduk sendiri dong yuan putri, biar aku bisa siapin makanannya,"
"Gamau, mau peluk kamu dulu," peluk Chika semakin erat.
"Iya deh iyaa puasin peluknya," balas Ara memeluk Chika.Setelah beberapa menit Chika bermanja-manja kepada Ara akhirnya Chika memutuskan untuk duduk di kursi sebelah Ara. Benar saja, perutnya sudah berdemo karena tidak kunjung diberi makan.
"Udah ini makan dulu,"
"Huum, kamu juga makan yaa,"
"Iya ini sambil makan akunya,"
"Iyaa,"Mereka makan dengan diam, takut kejadian dua hari lalu terulang. Ketika mereka makan Ara tiba-tiba melawak dan benar saja Chika yang mendengar lawakan itu langsung tertawa. Hal itu membuat dirinya tersedak dan batuk-batuk tak kunjung selesai. Jadi setelah kejadian itu Ara menjadi lebih diam ketika makan.
"Eh Raa,"
"Hm?"
"Nanti siang temenin beli keperluan kuliah ya?"
"Gabisa kapan-kapan aja?"
"Ih sekarang aja biar ngga kepikiran akunya,"
"Beneran gabisa besok-besok aja?" tanya Ara untuk kedua kalinya, karena hari ini memang perasaanya sangat tidak enak.
"Ih hari ini Ra, hari ini aja, yayayaya,"
"Yaudah deh iyaa, tapi janji deket aku terus ya?"
"Siap komandan,"
"Ok deh, tunggu mobil aku dateng ya,"
"Siap siap,"Akhirnya mereka meneruskan makan dan diteruskan dengan siap-siap untuk pergi nanti siang.
*****
"Araa dah siap?"
Ara yang sedari tadi risau tidak mendengar pertanyaan Chika. Hingga dia terkejut saat tangan Chika menyentuh bahunya.
"Eh Chik, udah?"
"Kamu kenapa? Aku tanya dari tadi ngga jawab,"
"Ah gapapa,"
"Beneran? Kamu sakit?"
"Ngga kok sayang," ucap Ara sambil berdiri dan mengusap lembut pipi Chika.
"Beneran Ra? Kalo sakit aku pergi sendiri aja,"
"GAK ADA PERGI SENDIRI, AKU ANTER," teriak Ara yang membuat Chika kaget.Chika benar-benar terkejut dengan bentakan Ara hingga dirinya terdiam. Ara yabg begitu kalut dengan pikirannya membuat dirinya sendiri tidak bisa menahan emosi. Setelah beberapa saat Ara kembali tersadar dan melihat Chika yang terdiam dengan wajah yang cukup ketakutan.
"Chik.." mundur Chika sebelum Ara menggapai lengannya.
Chika masih terdiam. Ara maju selangkah lagi untuk mengkikis jaraknya dengan Chika. Tapi Chika juga ikut mundur selangkah saat Ara mendekatinya.
"Udah Ra aku pergi sendiri aja,"
"Tapi Chik,"Tanpa memperdulikan Ara Chika langsung pergi begitu saja. Ara yang merasa bahwa tindakan bodoh dirinya ini akan membuat Chika dalam bahaya langsung mengacak rambutnya sendiri. Bingung bukan main, Ara langsung bergegas menuju depan rumah.
"Pak Agus mana sih," ucap Ara sambil meraih telepon di saku celananya.
"Jawab dong pak,"Pak Agus tak kunjung menjawab teleponnya. Sepuluh menit berlalu akhirnya mobil Ara terlihat akan memasuki pekarangan rumahnya itu. Ara yang melihat hal itu langsung berlari keluar pagar dan membuka pintu mobil.
"Pak lain kali kalo saya telpon langsung diangkat ya,"
"Eh iya neng tadi telepon bapak lowbatt,"
"Iya deh pak, makasih ya pak udah diambilin, gausah dimasukin pak mau Ara bawa sekarang,"
"Oh baik neng," ucap pak Agus sambil keluar dari mobil.Ara yang sudah membawa mobilnya itu langsung menginjak gas mengikuti Chika. Untung saja dirinya sudah menginstall aplikasi di hp Chika untuk memudahkannya melacak keberadaan Chika. Aplikasi ini sudah disetujui oleh Chika tentunya. Ara langsung melihat bahwa tujuan Chika memang ke toko tempat biasa Chika membeli keperluan kuliahnya. Ara sedikit bernafas lega mengetahui hal itu.
Setelah sampai di tempat yang ditunjukan oleh pelacak di telepon Chika, Ara mencari keberadaan Chika. Nihil Chika tidak ada di toko itu. Perasaan lega yang baru saja Ara rasakan seakan menguap dan digantikan dengan perasaan cemas yang sangat dalam. Ara terus mengikuti lokasi dimana telepon Chika berada. Tepat di rak-rak pensil mekanik terdapat telepon Chika. Ara mengambil telepon itu dengan tangan yang bergetar.
Bersambung...
Hai guys selamat membaca yaaa
2ken.

KAMU SEDANG MEMBACA
Always With You [END]
Teen FictionDapatkah Chika berhubungan baik dengan Ara adik tirinya? Atau malah sebaliknya? Ataukah malah memiliki sebuah rasa?