Hampir dua jam lamanya bunda bercengkrama dengan temannya, akhirnya Ara dapat merasakan udara kebebasan dari kebosanan yang menemaninya tadi. Bunda berpamitan dengan temannya dan Ara juga ikut berpamitan setelahnya.
"Kalo ada apa-apa langsung telepon tante ya Ra,"
"Siap tante cantik," ucap Ara sambil mengedipkan sebelah matanya.
"Heh pacar kamu urusin, bukan malah godain temen bunda," ucap bunda sambil melihat Ara heran.
"Eits bundanya Ara cemburu nih,"
"Apaan sih Ra, udah sana ambil mobil,"
"Siap bundaku sayang,"Ara akhirnya berjalan menuju tempat dimana dirinya memarkirkan mobil. Pelan tapi pasti Ara menjalankan mobil menuju rumah teman bundanya. Ketika sudah hampir dekat rumah teman bundanya tiba-tiba muncul sepeda motor dengan kecepatan tinggi berjalan melaju tepat di depan mobilnya. Jika saja Ara tidak memberhentikan mobilnya dengan cepat, mungkin sekarang dirinya bisa menjadi pelaku penabrakan.
"Astaghfirullah," ucap Ara kaget dan spontan mengerem.
"Gila tuh orang udah tau jalan perumahan kek gini kenceng banget kalo bawa sepeda,"Ara akhirnya kembali menjalankan mobilnya, tapi tak jauh dari tempat dia berhenti mendadak tiba-tiba orang yang membawa sepeda motor tadi melempar bongkahan berwarna putih tepat di kaca mobil bagian depan.
"ASTAGHFIRULLAH BUNDA," teriak Ara memanggil bundanya.
Bunda dan temannya yang mendengar suara lemparan bongkahan yang mengenai kaca mobil langsung berlari ke arah suara berasal. Ara yang berada di mobil langsung bergegas keluar dan melihat kondisi mobilnya. Tanpa dilihat lebih dekat pun sudah jelas terlihat jika kaca mobil itu pecah dan terdapat bongkahan putih. Ara mengambil bongkahan yang ternyata batu berlapis kertas. Dibukalah kertas yang melapisi batu tersebut dan dibaca oleh Ara.
"Jauhin Chika atau dia gabakal selamat"
Kurang lebih seperti itulah isi pesan yang ada pada kertas tersebut. Ara dibuat geram dengan pesan yang ada pada kertas itu. Diremas kertas yang ada pada tangannya.
"Berani lo sakitin Chika, hidup lo gabakal tenang," ucap Ara pelan tapi penuh penekanan.
"Ra kenapa? Kamu gapapa?" tanya bunda khawatir kepadanya.
"Gapapa bun, ayo buruan pulang, Ara ga tenang Chika sendirian dirumah,"
"Ra boleh tante lihat itu apa?"
"Boleh tante, ambil aja toh Ara udah tau siapa dalangnya,"
"Yaudah buruan pulang, hati-hati ya kamu di jalan,"
"Iya tante Ara pulang dulu ya,"
"Yaudah aku pulang dulu ya," ucap bunda dan dibalas anggukan oleh temannya.Ara dan bunda memutuskan untuk pulang dan Ara mempersilakan bunda untuk duduk di belakang. Ya itu karena kursi penumpang disebelah kemudi banyak pecahan kaca dari kejadian tadi.
"Bunda gapapa?" tanya Ara khawatir kepada bundanya.
"Harusnya bunda yang tanya itu ke kamu,"
"Tenang aja bun, kalo Ara mah sehat,"
"Masih bisa ya becanda kamu,"
"Aman bun kalo itu hehehe,"
"Yaudah nyetir yang bener ih,"
"Siap laksanakan, eh bun mampir supermarket bentar boleh ya?"
"Mau ngapain?"
"Biasa bun, ada yang pesen es krim,"
"Idih bucin banget anak bunda nih,"
"Maklum lah bun, masih anget,"
"Kek tai baru keluar aja anget,"
"Hush bunda, gaboleh ngomong gitu,"
"Hehehe sorry,"
"Your welcome,"
"Salah atuh sayang jawabnya,"
"Maklum bun waktu les Ara main doang,"
"Kan kan ketauan akhirnya,"
"Hehehe maapin bun,"Akhirnya percakapan mereka terhenti karena Ara sudah berada di supermarket untuk membeli es krim pesanan tuan putrinya itu.
"Bunda tunggu sini bentar ya, Ara ngga lama kok,"
"Oke deh,"
"Mau nitip ngga bun?"
"Ga dulu deh,"
"Oke deh bundaku sayang, bentar yaa,"

KAMU SEDANG MEMBACA
Always With You [END]
Teen FictionDapatkah Chika berhubungan baik dengan Ara adik tirinya? Atau malah sebaliknya? Ataukah malah memiliki sebuah rasa?