1. Welcome

26.8K 1.7K 203
                                    


"Barang istimewamu sudah datang"



Na Jaemin menatap malas pada wajah saudara tirinya, sudut bibirnya terangkat diiringi dengan kekehan pelan.



Hal yang selama ini ia tunggu akhirnya tiba juga, sebuah ambisi untuk balas dendam.



"Dan kau berhutang satu hal lagi padaku, Jung" lanjutnya. Wajahnya terlihat puas disaat Jaemin berdecak.




Jaemin memutar matanya malas, dirinya bangkit dari tempat yang ia duduki. "Apakah persaudaraan kita diukur dengan jasa?" Dia bertanya, menatap pada seseorang yang lebih tua tiga tahun darinya. "Dan satu hal lagi, panggil aku Na Jaemin sampai kapanpun namaku akan tetap seperti itu!"




Jung Minhyung atau sering kali disebut Mark selaku saudara tiri hanya menatap datar pada sang adik. "Sudah seharusnya kau menggunakan marga dari ayahmu----- meneruskan namanya itu kewajibanmu"




Jaemin tertawa keras, ucapan saudaranya terasa menggelikan terdengar ditelinga. "Lagi pula masih ada dirimu bukan? Kau yang membawaku kemari, bukan pula aku setuju menjadi salah satu dari kalian, aku hanya mempunyai satu ambisi yang lainnya aku tidak peduli" Na Jaemin tersenyum merekah di hadapan, dan Mark tau senyuman itu penuh kepalsuan.




Jemarinya dengan pelan mengetuk meja kayu yang tengah ia duduki sekarang. "Aku hanya memiliki satu peninggalan darinya, dan itu namaku"






Mark menyerah, Na Jaemin memang keras kepala, tak bisa dipungkiri ada sedikit penyesalan karena dirinya yang membawa Na Jaemin kemari atas perintah dari sang ayah.





Mark hanya tak menyangka kalau pria yang berada di hadapannya kini sangat berbeda dengan pria yang ia temui dahulu. Jaemin berubah dengan begitu cepat, atau mungkin memang ini lah sifat aslinya? Dahulu hanya terkubur dan sekarang merangkak bangkit.





Satu hal yang Mark simpulkan, Jaemin sudah terlalu jauh kehilangan dirinya.




"Baiklah adik. Jika kau butuh apapun lagi katakan padaku"



Setelahnya pria itu pergi dari ruangan, menyisakan Jaemin seorang diri yang sekarang tengah menyalakan batang nikotin, dihisapnya hingga asap mengepul memenuhi pandangan.




Hingga beberapa menit dirinya hanya terdiam, menatap jendela dengan hamparan rumput halaman belakang yang begitu hijau, mengingatkan dia pada satu tempat masalalu yang menjadi awal mula mereka bertemu.




Hingga semuanya menjadi seperti ini, mereka saling sendiri sekarang. Tanpa teman atau bahkan keluarga, Na Jaemin hanya ingin menuntaskan kalimat yang ia ucapkan sebuah janji, janji bahwa dirinya suatu saat akan kembali.




Dan, ini adalah saatnya.





Setiap langkah yang dipacu terasa ringan, dia tak sabar bertemu dengan seseorang yang menjadi tujuannya saat ini.





Hingga disaat pintu yang tertutup itu di buka. Gelap menerpa wajahnya, hanya ada satu tarikan nafas yang terdengar berantakan, bagaikan alunan melodi yang mungkin akan Na Jaemin sukai.



Alunan keputusasaan dan rasa takut!



Kembali kakinya melangkah dengan pintu yang sudah ia tutup secara perlahan. Matanya menatap tajam bahu sempit yang bergetar itu.




Hingga semuanya semakin jelas, dia menunduk dalam pada celah paha yang dililit oleh kedua tangannya.





Jaemin merendahkan badannya agar sejajar, tangannya terangkat untuk mengusap Surai halus itu dengan pelan. Menjalar hingga kebelakang kepala dan dalam hitungan detik tangan yang tadinya mengelus Surai itu dengan lembut kini berganti menjadi nya erat lalu ia tarik dengan kencang.


You Crazy Me | JaemrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang