Sketsa Takdir # Part 30

1.9K 272 21
                                        

Untuk meyakinkan hatinya Malika setiap malam melakukan salat Istikhoroh, ia ingin mendapat kemantapan hati sebelum menerima Abyan. Dan ini adalah hari terakhir Malika harus memberikan keputusan pada Abyan, apakah ia akan menerima pinangan laki-laki itu atau menolaknya?

Dalam memilih pasangan Malika tidak ingin gegabah. Jika orang tuanya yang semula harmonis bisa bercerai karena rapuhnya pondasi agama, maka Malika belajar dari kesalahan masa lalu kedua orang tuanya.

Di tempat lain Abyan pun sama sedang melakukan shalat istikhoroh dia meminta ke pada Allah diberikan jodoh yang terbaik. Jika Malika adalah jodohnya minta didekatkan dan dipermudah, namun jika bukan jodoh maka jauhkan sejauh-jauhnya. Perkara jodoh adalah hak preogatif Allah, maka Abyan berusaha pasrah kepada siapa hatinya nanti berlabuh. Meskipun hatinya lebih condong kepada Malika.

Dalam sebulan ini ia mulai aktif mengikuti bimbingan keislaman, hatinya mulai merasa tenang. Ia berusaha untuk memperbaiki diri agar nanti saat menikah, ia mampu menjadi pemimpin yang baik dalam rumah tangganya. Dan bisa membangun mahligai pernikahan dengan visi-misi yang sama, agar tidak saling bersebrangan jalan. Abyan juga ikut kelas pra nikah dan kelas parenting, dia juga sering mendengarkan ceramah-ceramah parenting di youtube. Ternyata kedua ilmu tersebut sangat penting untuk bekal dalam rumah tangga.

Benar kata Faris, bahwa banyak hari ini pasangan menikah muda modal mereka hanya cinta dan materi saja. Nol ilmu pernikahan, apalagi ilmu parenting. Akhirnya mereka keteteran saat menghadapi masalah dalam rumah tangga. Sehingga sebelum mencapai usia lima tahun pernikahan, banyak pernikahan yang hancur dihantam penceraian. Dan anak-anak menjadi korban karena pondasi pernikahan orang tua yang rapuh. Generasi berkualitas pun semakin jauh dari harapan. Yang ada adalah lahirnya generasi-generasi rapuh, cengeng, lebay, dan mudah terbawa arus. Dan kesalahan tidak bisa di timpakan pada orang lain. Karena yang paling bertanggung jawab dihadapan Allah tentang pendidikan anak adalah kedua orang tuanya.

Abyan sangat berharap memiliki pasangan hidup yang bisa diajak berjuang bersama. Setelah selesai melakukan salatnya, Abyan meraih ponsel dan berjalan menuju balkon. Hawa dingin angin malam tubuhnya, tapi tidak ia rasakan. Mendapatkan jawaban dari Malika tentang jawaban dari lamarannya yang dia ajukan.

Hati Abyan berdetak kencang ketika mencari nomer kontak Malika, tangannya juga tak urung bergetar. Ah, kenapa aku bisa senervous ini, batinnya. Tak urung Abyan berdzikir untuk menenangkan debaran dihatinya.

Abyan
Bismillahirohmannirrahim

Assalamu'alaikum...
Ka, bagaimana jawabannya? Sekarang adalah batas waktu yang sudah ditentukan. Saya menunggu jawabannya dengan segera. Semoga Allah menautkan hati kita dalam ikatan yang halal.

Setelah menulis pesan itu, Abyan langsung meng-klik tanda panah. Dan pesan pun terkirim. Setelah itu Abyan menyandarkan tubuhnya ke dinding. Nomer Malika tidak aktif, membuatnya didera bimbang. Tidak sabar menunggu jawaban. Penerimaan atau penolakan, jika sudah mendapat jawaban, ia akan berusaha untuk ikhlas.

Sampai adzan berkumandang Abyan belum bisa memejamkan mata. Akhirnya ia segera pergi ke mesjid untuk melaksanakan salat subuh berjamaah.
Setelah pulang dari salat subuh, Abyan kembali mengecek ponselnya, dan pesan watsap-nya masih ceklis satu. Abyan menghela napasnya lelah. Dirinya benar-benar tidak sabar menunggu jawaban dari Malika.

Sedang Malika, dia mengecek ponselnya setelah salat subuh yang dilanjutkan tilawah beberapa lembar halaman. Ada banyak pesan yang masuk ketika data selulernya di aktifkan. Ketika melihat ada pesan masuk dari Abyan, hatinya betalu. Malika sangat yakin kalau Abyan akan menagih jawaban. Gadis cantik yang masih terbalut mukena itu berjalan menuju kamar kakaknya, tanpa berniat membuka pesan dari Abyan. Ia akan meminta sang kakak untuk memberi tahu Abyan. Kalau ia sudah siap memberi keputusan.

Bang Ramdhan sedang berada di depan laptopnya ketika Malika masuk.

"Ada apa?" tanya Bang Ramdhan sambil menatap adiknya.

"Bang, aku mau minta tolong buat ngasih jawaban pada Abyan."

"Soal pinangan dia?" tanya Bang Ramdahan.

Malika mengangguk.

"Kamu sudah merasa yakin dan mantap?"

Malika mengangguk.

"Kamu menerimanya atau menolaknya?"

"Insyaallah aku menerimanya." jawab Malika mantap.

"Alhamdulillah. Mas merasa senang. Semoga Abyan menjadi pasangan yang bisa membimbingmu menjadi lebih baik." Bang Ramdahan langsung memeluk adiknya.

"Terima kasih, Mas." Malika merasa senang dengan kakaknya yang terlihat senang dengan keputusannya.

Bang Ramndhan mengangguk. Ia merasa bahagia kalau adiknya sebentar lagi akan melepas masa lajang.

"Minta nomer Abyan, biar Mas yang telepon dia."

Malika segera mengirimkan nomer kontak Abyan ke Bang Ramdhan.

Abyan yang sedang rebahan dengan hati gelisah langsung terbangun ketika mendengar suara ponselnya berbunyi. Ia sangat berharap itu dari Malika. Ketika melihat nomer tidak di kenal, hatinya langsung lemah. Tapi tak urung ia mengangkatnya dengan malas-malasan. Makin tidak bersemangat ketika mendengar suara laki-laki yang ada diseberang telepon. Abyan menjawab salam dengan suara pelan.

"Maaf, ini dengan nomer Mas Abyankan?" tanya Bang Ramadhan.

"Iya. Maaf ini dengan siapa?"

"Saya kakaknya Malika."

Abyan langsung menegakan punggungnya ketika mendengar si penelpon mengaku sebagai kakak Malika. Hatinya bergumuruh antara bahagia bercampur dengan cemas.

"Iya Mas, ada apa ya?"

"Saya disuruh Malika buat menjawab pinanganmu, dan jawabannya InsyaAllah menerima."

"Alhamdulillah," jawab Abyan senang. Segala keresahannya menguap berganti dengan kebahagiaan.

"Kapan kira-kira kedua orang tuamu akan datang ke rumah?"

"Insyaallah secepatnya Mas, nanti saya diskusikan dulu dengan Bunda."

"Ok, saya tunggu. Saya tutup dulu ya, karena mau bersiap-siap untuk pergi bekerja."

"Alhamdulillah...yes...yes..." Abyan berteriak senang karena lamarannya diterima. Lalu ia segera menemui Bundanya.

Bunda, Alhamdulillah diterima sama Malika." Abyan langsung memeluk Bundanya yang sedang menyiapkan sarapan pagi di dapur.

"Alhamdulillah, Bunda sangat senang mendengarnya. Jadi kapan mau datang ke rumah keluarga Malika buat menentukan pernikahan kalian?"

"Kalau malam ini bagaimna, Bun?"

"Jangan hari ini takutnya dadakan banget. Lusa aja ya?"

Abyan setuju dengan pendapat sang Bunda.

"Kalau begitu Bunda akan hubungi Tantenya Malika, bahwa lusa kita bakal datang ke rumahnya. Semoga jalan kamu menikah dengan Malika dimudahkan."

"Amiin."

Abyan berharap jika jarak kepernikahannya tidak terlalu lama, jika bisa dipercepat saja. Dan semoga Malika memiliki rencana yang sama. Karena jujur, Abyan tidak menyukai kemeriahaan suasana pesta. Baginya, acara pernikahan sederhana lebih disukai, yang terpenting dihadiri oleh keluarga dan teman terdekat. Tapi semuanya kembali dikembalikan pada keluarga perempuan.

Karena pernikahan yang berat adalah setelah menikah. Membangun keluarga sakinah, mawadah, dan warahmah membutuhkan perjuangan. Ia ingin rumah tangganya nanti sepert ayah dan Bunda, yang awet sampai dipisahkan oleh maut. Ia akan belajar untuk menjadi ayah dan suami yang baik. Bahwa setelah Allah dan Rasul-Nya. maka keluarga menjadi prioritas hidupnya. Pasti akan banyak cobaan yang menimpa, tetapi akan ada jalan keluar untuk ke luar dari setiap masalah. []

Tamat

Kisah mereka dibuku akan ada 45 part

Sketsa TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang