Keluarga Abyan datang setelah Isya. Penampilan laki-laki itu, terlihat segar dan wajahnya berseri-seri. Sedangkan Malika lebih banyak menunduk, ketika harus menemani keluarga Abyan di ruang tamu. Malika ditemani oleh paman, tante, juga ayahnya yang datang terakhir. Ayahnya bisa datang, karena diculik abangnya.
Keluarga Abyan dan Malika, mulai membahas tentang tanggal pernikahan dan juga resepsi yang bakal di lakukan. Pamannya yang memiliki banyak relasi penting, tentunya ingin mengundang banyak orang. Begitupun dengan bundanya Abyan.
"Maaf, kalau saya boleh usul, saya ingin menikahnya dengan resepsi sederhana saja. Lebih baik uang buat pesta menikah disumbangkan ke Palestina, dan orang yang lebih membutuhkan," ujar Malika. Ia tidak menyukai pesta mewah dengan dihadiri banyak orang. Selain banyak menghabiskan biaya, banyak makanan yang terbuang. Karena para tamu, biasanya mereka mengambil makanan hanya sekedar untuk icip-icip.
Abyan merasa terharu dengan niat Malika. "Saya juga setuju dengan pendapat Malika. Saya ingin menikah tanpa resepsi, yang penting sah dan sakral."
Para orang tua saling pandang. Tante Dinar seperti menemukan ide brilian.
"Bagaimana kalau kalian menikah malam ini saja? Kan yang penting nikahnya sah dan sederhana."
"Nah, Paman setuju kalau begitu. Gimana Kang?" Paman Yuda melirik ayah Malika.Ayah Malika tampak berpikir, tapi akhirnya ia menganggukkan kepalanya. Lebih baik malam ini, karena kalau diundur ia takut istrinya membuat kekacauan.
Bunda Abyan pun sangat setuju dengan usul Tante Dinar. Sedang Abyan jantungnya berdebar dengan kencang. Ia tidak menyangka jika para orang tua mendukung untuk mempercepat pernikahannya.
Paman Yuda menyuruh Bang Ramdhan untuk menghubungi Pak Rt dan para tetangga, untuk menjadi saksi pernikahan Abyan dan Malika, dan si kembar di suruh untuk mencari makanan untuk menjamu para tamu. Lalu, setelah itu Paman Yuda, segera menelpon temannya yang berprofesi sebagai penghulu. Kebetulan dia tinggal di perumahan yang sama, tapi hanya berbeda blok saja. Paman Yuda menarik napas lega, karena Pak Barnas bersedia untuk menikahkan kedua pasangan itu. Sedangkan berkas-berkas untuk membuat surat menikah, bisa diurus keesokan harinya saja.Tante Dinar membawa Malika ke dalam kamar, gadis itu terlihat pasrah saja, jika malam ini adalah akhir dari kesendiriannya. Jantung gadis itu, dirayapi debar yang menggila. Tadi, sebelum tangan tantenya menariknya menuju kamar, tak sengaja matanya bertatapan dengan Abyan. Sorot mata lelaki itu, terlihat bahagia, karena keinginannya tercapai. Tante Dinar segera mengeluarkan gamis milik malika yang paling cantik, memilih kerudung dengan warna senada. Lalu, mendandani keponaknnya dengan riasan natural, dan hasilnya membuat Malika terlihat cantik.
"Tante bahagia banget, sebentar lagi kamu akan menikah," kata Tantenya bahagia.
"Kenapa Tante memiliki ide agar aku menikah malam ini?" tak tahan Malika untuk bertanya. Karena ide pernikahan ini, atas usulan dari tantenya.
"Karena kalian ingin menikah sederhana, jadi, tidak ada pilihan lain, selain menikah kan kalian malam ini. Kalau ditunda-tunda, malah nantinya diundur atau nggak jadi, dan mumpung ayahmu juga ada di sini. Tante itu khawatir kalau diundur, istri ayahmu akan mengacau kayak pertemuan di restoran yang di Jakarta Utara itu."
"Lihat, kamu sangat cantik!" Tante Dinar menyuruh Malika menatap cermin. "Dengan riasan tipis saja, sudah bikin pangling. Pantas saja Abyan nggak bisa berpaling dari kamu," puji tantenya bangga.
Malika hanya bisa meringis, sepertinya sangat berlebihan sekali pujian dari tantenya itu."Berusahalah jadi istri yang baik, ya, Ka. Agar pernikahan kalian bisa langgeng sampai tua. Jika ada masalah dalam pernikahan, selesaikan berdua dengan kepala dingin, jangan menghindari masalah. Selalu berusahalah percaya pada suamimu, dia sudah memilih kamu, maka kamu harus jadi ratu di hatinya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sketsa Takdir
Literatura FemininaCerita ini sudah tamat di KBM. Menjadi arsitek Islam kelas dunia adalah mimpi Malika. Gadis cerdas itu, sudah lama mengagumi arsitek kebanggaan Islam, Mimar Sinan yang hidup dimasa puncak kejayaan Islam Turki Usmani, saat dipimpim oleh Sulaeman Al-Q...