Sial...! Lagi-lagi harus bertemu dengan Abyan. Malika menghembuskan nafas kesal. Malika lupa kalau hari ini ada pameran arsitektur, dan semua orang berhak ada disini, termasuk Abyan yang seorang arsitektur juga. Tapi, kenapa harus secara kebetulan bertemu di stand yang sama. Stand yang disukai Malika adalah stand yang konsep design arsitekturnya lebih kealam banget. Sangat cocok dengan Malika yang mencintai ketenangan. Ada sepuluh maket yang di jejerkan. Ada juga yang konsepnya natural modern, kesannya sangat homy, hangat, dan stylish sesuai banget dengan spirit green living. Ketika dia ingin melihat maket yang sangat menarik hatinya lebih dekat, secara bersamaan ada tubuh lain juga yang memiliki niat yang sama. Malika segera mengurungkan niatnya dan melihat sekilas pada orang yang ada disampingnya.
Degg...! Pandangan mereka bertemu sesaat, setelah itu Malika membuang mukanya dengan cepat.
Malika pura-pura melihat jam yang ada dipergelangan tangannya. Lalu dengan langkah perlahan, ia mundur dari stand yang menarik hatinya itu. Sebenarnya ia cukup senang menghadiri pameran-pameran arsitektur, buat menambah wawasan dan mencari banyak inspirasi. Tapi, bertemu dengan Abyan ditempat yang sama, membuat moodnya hancur. Dulu mereka cukup kenal. Namun saat ini, sekedar menyapa saja, Malika sangat males. Karena dia sudah berjanji pada hatinya akan mengganggap orang itu tidak pernah ada.
Malika terus melangkahkan kakinya hingga ia berhenti didepan stand yang menampilkan karya arsitektur tropis, yang sangat hemat energi. Lama dia mengamati, sepertinya cukup menarik kalau memiliki rumah seperti ini, banyak di kelilingi pohon yang rimbun. Gaya design yang Malika kerjakan selalu bernuansa modern yang cenderung nuansa perkotaan.
"Malika...." Sebuah suara tiba-tiba memanggilnya.
Malika memutar tubuhnya menatap sipemanggil.
Sesosok wanita cantik menatapnya.
"Tantri...." Malika terkejut. Bersama siapa gadis ini ada disini? Abyankah? batin Malika dalam hati.
"Apa kabar Malika? Sudah lama ya, kita tidak bertemu?"
Malika mengangguk. "Aku, alhamdulillah baik. Bagaimana dengan kamu?"
"Seperti yang kamu lihat aku baik. Kamu bersama siapa kesini?"
"Aku sendiri lagi nyari inspirasi, siapa tahu dengan berkeliling seperti ini, bisa mendapatkan ide."
"Eh, kamu ketemu Abyan nggak? Katanya dia kesini juga. Aku cari-cari kok nggak ada."
Malika menggeleng. "Aku nggak tau. Kamu cari aja, mungkin ada disekitar sini."
Baru saja mengucapkan kata-kata itu. Malika mendengar suara dibelakangnya yang memanggil nama Tantri.
"Hai Byan, aku senang banget bisa ketemu Malika disini. Kamu masih inget dia kan?"
Tubuh Malika mematung. Kenapa lagi-lagi harus bertemu dengannya? Sialnya Malika nggak bisa menghindar kalau sudah begini.
"Hm....Malika, rasanya tadi aku bertemu dengan dia. Tapi, mungkin dia sudah tidak mengenaliku. Lima tahun waktu yang cukup lama untuk melupakan seseorang." Ujar Abyan terkesan menyindir.
Malika merutuk dalam hatinya. Dua kali mereka dipertemukan dalam tempat yang sama tanpa saling menyapa. Malika berusaha memasang wajahnya sedatar mungkin.
"Kata Malika nggak bertemu dengan kamu." jelas Tantri penuh keingin tahuan.
"Aku nggak tahu kalau dia Abyan. Aku kan sudah lama nggak melihat dia." Malika berusaha membela diri dengan sikap cueknya.
"Sebegitu mudahkan melupakan seseorang." Nada suara Abyan terdengar dingin.
Malika mengernyitkan keningnya. Ingin saja dia bertanya, memangnya kamu siapa? Seseorang yang tidak spesial pasti akan mudah dilupakan. Namun, ia berusaha menjaga lidah tajamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sketsa Takdir
ChickLitCerita ini sudah tamat di KBM. Menjadi arsitek Islam kelas dunia adalah mimpi Malika. Gadis cerdas itu, sudah lama mengagumi arsitek kebanggaan Islam, Mimar Sinan yang hidup dimasa puncak kejayaan Islam Turki Usmani, saat dipimpim oleh Sulaeman Al-Q...