Seketsa Takdir # Part 3

6.8K 533 14
                                    

Malika melirik jam tangannya, sudah cukup malam ketika dia keluar dari Kafe. Selesai mengikuti kajian dari rumah Mbak Fauziyah, tadi dia mengobrol dulu dengan Aisyah di sebuah kafe, membicarakan tentang keinginanya menutup aurat secara sempurna, namun ia terkadang masih ragu. Malika merogoh hapenya yang ada di saku celana. Ada 20 miscall tertera di layar. Yang pasti itu semua dari abangnya, si kembar, paman Yuda dan Tante Dinar. Mereka selalu khawatir kalau Malika tidak sampai rumah tepat waktu. Maklum dia adalah perempuan satu-satunya di rumah yang masih gadis.

Gadis itu sama sekali tidak berniat membalas sms atau telephon dari mereka. Sekali-kali ia ingin merasa bebas dari ketakutan mereka yang selalu mengkhawatirkannya. Usianya sudah memasuki 27, tapi dirumah masih saja diperlakukan seperti seorang princess.

Malika segera masuk ke mobilnya dan mengemudikannya dengan tenang. Selalu ada ketenangan apabila hati sudah di charger dengan ruhiyah keimanan. Lakasana kerongkahan tanah yang di tetesi hujan seharian, sangat menyejukan.

Disebuah tempat yang lenggang, tiba-tiba mobil Malika berhenti mendadak. Di starter berkali-kali mobil tidak mau melaju. Malika mulai resah. Jam sudah lewat diangka sepuluh, pasti orang-orang dirumah sangat mengkhwatirkannya. Malika merogoh hapenya yang tersimpan di saku untuk mengabari orang rumah kalau dirinya butuh bantuan. Sial, hapenya lowbatt dan ia lupa membawa chargeran dan power bank. Kenapa bisa begini? Malika mendadak khawatir. Mobilnya mogok di tempat yang sepi. Malika segera turun dari mobilnya membuka kap mobil bagian depan. Meskipun ia tidak mengerti soal mesin mobil , tapi berusaha untuk mencobanya.

Huuh.... Malika merasa kesal dan resah, lantas ia menyenderkan tubuhnya kesamping mobil sambal menatap langit yang bertaur bintang. Ia hanya sedang menunggu keajaiban. Semoga saja nggak ada orang jahat yang memanfaatkan kesendiriannya dan ada dewa penyelamat yang membantu kesusahannya di malam ini.

Tiba-tiba sebuah Pajero putih berhenti disamping mobilnya. Dan seseorang turun lalu mendekat, seorang perempuan terlihat gelisah disamping mobilnya.

"Kenapa dengan mobil anda, mbak? Ada yang bisa saya bantu?" tanyanya, membuat pikiran gadis yang sedang melamun itu seketika buyar. Dan menoleh kesumber suara.

"Mobilku mogok, dan aku bingung harus mengabari siapa, karena hapeku lowbet." Jawab Malika sedikit merasa lega sekaligus waspada ada orang asing di sebelahnya.

"Malika...."

"Abyan...." Kedua manusia itu saling memanggil dengan muka penuh keterkejutan karena dipertemukan di tempat yang tidak disangka-sangka.

"Kamu kenapa masih ada diluar selarut ini?"

"Tadi aku pulang dari pengajian, ngobrol dulu lama sama teman dan yah....akhirnya pulang kemalaman."

"Lain kali minta ditemani, berbahaya jam segini baru pulang kerumah."

Malika mengangguk dan membiarkan Abyan memeriksa mobilnya, yang membuat mogok.

"Sepertinya harus dibawa kebengkel. Aku telepon temanku dulu, mobil kamu biar dibawa sama mobil Derek. Kamu pulang sama saya aja."

"Tapi...."

"Please....Malika, ini sudah malem banget dan nggak mungkin kamu disini seorang diri, keluargamu pasti akan sangat mengkhwatirkanmu."

"Baiklah." Akhirnya Malika terpaksa menerima tawaran Abyan. Meski rasanya tidak enak kalau harus pulang malem-malem dengan diantar seorang laki-laki. Dia ingat tentang kajian tadi, bahwa seorang perempuan tidak boleh berkholwat dengan laki-laki yang bukan muhrimnya. Berdua-duaan dengan laki-laki dalam satu mobil ketiganya adalah setan. Tapi ini sudah malam, Malika benar-benar dilema.

Abyan membukakan pintu depan untuk Malika.

"Abyan...maaf aku dibelakang aja." Tolak Malika dengan tidak enak hati.

Sketsa TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang