Beberapa hari berlalu, tiba lah hari ke 15 dimana upacara pelaksanaan perburuan malam bulan berdarah pada hari ke 17 akan dilangsungkan. Para menteri dari departemen astronomi, tengah sibuk mempersiapkan diri demi berlangsungnya upacara malam nanti. Begitu pula dengan Shaman Han, ketua peramal dari istana Bintang yang hampir merampungkan persiapan demi melindungi kedamaian istana selama perburuan berlangsung.
Di aula istana sudah ramai dengan barisan prajurit istana dengan persenjataan lengkap, yang Mulia Raja dan Ratu serta para tetua istana dalam duduk dengan khidmat di singgasana masing-masing serta Pangeran Mahkota yang duduk dengan berwibawa tepat disebelah kanan Raja.
Bae Jisoo sang calon putri mahkota memang sengaja dibiarkan berdiam diri di dalam kediamannya, karena di yakini agar terhindar dari malapetaka besar yang datang menyergap istana malam ini. Dengan begitu juga demi keberlangsungan pernikahan istana yang akan di gelar dalam beberapa hari.
Sementara itu pangeran Agung Lee Soo berdiri gagah dengan pedang di tangan kanannya, sebagai pemimpin barisan.
"Perburuan akan segera di mulai, saya harap Yang Mulia Raja beserta seluruh keluarga kerajaan di lindungi oleh langit hingga perburuan usai" ucap Pangeran Agung Lee Soo memberi penghormatan sebelum keluar dari gerbang istana menuju hutan.
"Pangeran Agung, kembali lah dengan selamat. Aku meminta ini sebagai ayahmu juga sebagai pemimpin Negeri ini." Raja secara pribadi turun dari singgasananya, lantas mengeratkan ikatan kepala milik Pangeran Agung.
Sementara itu disisi lain istana, ketua Shaman tengah sibuk dengan persembahannya pada dewa langit. Meminta agar malam ini tak akan ada pertumpahan darah, entah mengapa malam berdarah sulit untuk diterawang. Ketua Shaman hanya berdoa penuh harap karena dirinya sama sekali tak punya penerawangan tentang apa yang akan terjadi malam ini.
Penglihatan supranaturalnya tertutup kekuatan hitam serta energi yang begitu kuat dari cahaya bulan. Air matanya mengalir tanpa ia minta dan tanpa ia sadari, serta air yang jernih berubah menjadi semerah darah begitu bulan tepat berada di atas kepala.
"Kegelapan datang..." gumamnya.
Ia mulai merasakan energi Yin dan Yang mulai tak berkesinambungan, entah apa yang akan terjadi. Lagi-lagi ia hanya bisa berharap dan memanfaatkan kekuatannya yang melemah akibat kekuatan energi bulan yang menjadi lebih besar di malam bulan berdarah.
Malam ini harus berlalu tanpa adanya pertumpahan darah, karena hanya dengan begitu takdir buruk Putra Mahkota beserta keluarga kerajaan akan terputus.
"Wahai Dewa pemilik langit, ku persembahkan nyawaku untukmu. Hapuslah kegelapan diatap istana ini, dan gantilan dengan cahaya seterang kuasamu." Gumam ketua Shaman yang lantas duduk bersimpuh di depan susunan batu dengan lilin diatasnya.
"Auuuuuuuuu" lolongan anjing dan kicauan hewan malam menyambut langkah pangeran Agung beserta pasukannya.
"Ajudan Park, kau pimpin pasukan sayap kiri seperti rencana Awal dan aku akan memimpin sayap kanan, dan pasukan yang tersisa akan tersebar di beberapa titik yang sudah ditentukan" Lee Soo memberikan arahan pada Ajudan Park yang juga ikut serta. Tidak mengherankan karena dia salah satu prajurit dengan lulusan ujian militer terbaik tahun lalu. Ia pantas untuk ikut andil dalam hal penting seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gumiho's Groom (On Going)
Fiksi Penggemar#highestrank 1 in Fantasi# Legenda tentang Gumiho atau Rubah Ekor Sembilan makhluk mistis yang hidup bersembunyi dibalik manusia. Kehadiran mereka yang bahkan tak di terima manusia membuat mereka hidup dalam persembunyian. Lalu bagaimana jadinya...