Setelah melalui dua puluh lima menit perjalanan akhirnya mereka tiba di kawasan York University. Kampus bergengsi yang menjadi mimpi untuk para pelajar melanjutkan pendidikan mereka. Kampus ini memiliki banyak gedung dengan gaya arsitektural abad pertengahan yang dicampur dengan gaya arsitektural modern dan berfungsi sebagai tempat perkuliahan, olahraga, bahkan gedung serbaguna. Kampus ini dikenal sebagai kampus dengan lokasi sangat strategis, pemandangan alam yang indah, danau besar yang menjadi ciri khas kampus ini beserta mahasiswa - mahasiswa yang saling bercengkrama satu sama lain menjadi sebuah elemen pendukung York University menjadi kampus bergengsi idaman para kaula muda.
Beribu sorot mata dan juga perhatian mahasiswa - mahasiswa York University tertuju pada mobil SUV hitam yang mulai memasuki kawasan kampus secara perlahan dan diparkirkan di sebuah parkiran khusus untuk para pengajar atau staff York University.
"Baiklah kita sampai, gas!" ujar Ghilmar sambil mematikan mesin mobilnya lalu bersiap membawa kantong kecilnya yang ia simpan di belakang.
"Hufft....., dan terjadi lagi siklus kehidupan yang sangat membosankan." Lux menggerutu sambil menggendong tas selendangnya dan turun dari mobil.
Setelah Ghilmar, Luxilius dan V bersiap, akhirnya mereka turun dari mobil. Puluhan mahasiswa yang berlalu - lalang tercengang dan kebingungan bahwa penumpang dari mobil mewah yang diparkirkan di tempat khusus pengajar dan staff adalah tiga orang mahasiswa laki - laki. Sesudah turun dari mobil tanpa disengaja mereka berdiri berjajar sambil membawa tas mereka dan menatap semua pandangan yang tertuju kepada mereka.
"Pilihan tempat parkir yang bagus Ghil." ucap V kepada Ghil sambil menghirup udara segar dan masih memandangi mahasiswa - mahasiswa yang menatap mereka.
Perkataan V yang sedikit namun menggigit membuat Ghilmar menundukan kepalanya sambil tersenyum tipis.
"Aku tidak mau berjalan terlalu jauh, karena ini parkiran terdekat dari tempat penerimaan mahasiswa baru, yasudah aku parkirkan saja di sini." balas Ghil kepada V dengan santai.
Sepersekian detik mereka menghabiskan waktu untuk berdiri sejenak sebelum mulai mengambil langkahnya untuk berjalan menuju aula kampus yang sudah disiapkan untuk upacara penerimaan mahasiswa - mahasiswa baru York University tersebut. Perlahan mereka bertiga berjalan dengan serentak tanpa disengaja menggambarkan kekompakan mereka yang mereka dapatkan dari chemistry kuatnya. Ghilmar menggendong tas ransel kecilnya sambil berjalan dengan santai dan elegan, Lux yang selalu identik dengan kemalasan menjinjing tas selendangnya yang harusnya dia pakai di punggunya, sedangkan V Sang Pria yang selalu bersifat dingin memasukan kedua pergelangan tangannya kepada saku celana jeans berwarna hitam sambil berjalan menggendong tas ransel sederhana yang strap tasnya hanya dia pakai sebelah pada bahunya sehingga terlihat seperti menggantung. Disaat banyak mahasiswa dan mereka bertiga hampir sampai pada aula yang akan digunakan untuk penerimaaan mahasiswa baru, dari sisi yang cukup jauh terdapat beberapa mahasiswa bergerombol memandangi mereka dan terlihat seperti membicarakan tiga pria yang sangat misterius ini,
"Hei lihat, bukannya mereka mahasiswa baru yang turun dari Hummer hitam yang parkir di tempat staff sama dosen ya ?" ujar seorang mahasiswa laki - laki yang berdiri disamping pohon palm tinggi sambil memandangi mereka bertiga.
"Iya aku melihatnya dengan mata sendiri tadi, mahasiswa yang membawa mobil mewah, sepertinya mereka anak - anak dari konglomerat negeri ini." seorang mahasiswa laki - laki mengungkapkan pendapatnya dengan berwajah datar.
"Hmm..., menurutku mereka cukup manis, ditambah lagi mereka sangat tinggi. Akhirnya aku bertemu dengan tipe idealku dihari pertama kuliahku hihi." seorang mahasiswa perempuan berkata dengan genit sambil terus memandangi V, Ghil dan Lux.
"Benar, apalagi laki - laki yang memakai rompi rajut itu dan pake setelan casual, wajah manisnya udah bisa buat aku dimabuk kepayang. Anak orang kaya yang diberkahi dengan kesempurnaan, huaaa...., cocok sekali denganku." ujar seorang perempuan berbadan mungil dengan semangat yang menggebu - gebu.
"Kalau aku sih daritadi gabisa lepas dari laki - laki yang pake jaket hoodie dan pake anting ditelinganya itu tuh, setelannya kekinian terus gayanya kaya artis banget!" teriak mahasiswi perempuan sambil menunjuk kearah V membalas perkataan temannya.
"Hey kalian jangan ketipu sama pandangan pertama, ya benar mungkin mereka good looking, tapi siapa tau mereka berbahaya." dengan tegas seorang teman laki - laki mereka mengutarakan pendapat dengan suara seraknya.
Luxilius, Ghilmar, dan V hanya berdiri terdiam terpaku di posisinya didekat pintu masuk aula yang masih saja belum dibuka oleh para pihak kampus. Mereka seolah - olah tidak mendengar obrolan - obrolan yang ditujukan kepada mereka, namun faktanya mereka bisa mendengar itu dengan jelas dan terperinci walaupun dengan jarak yang cukup jauh dan hampir mustahil untuk terdengar bahkan selewat.
"Uhuhu..., sepertinya dua sahabatku ini sudah mendapatkan penggemar rahasia, yah seperti biasa dan tidak aneh kalian berdua selalu menjadi incaran para wanita bukan ?, Hahahaha!" ujar Luxilius kepada V dan Ghil sambil merangkul mereka berdua dan berkata dengan nada mengejek nan puas.
"Biarkan saja!" jawab V kepada Lux dengan sifat dinginnya sambil tetap berdiri dengan gaya kedua tangan disakunya.
"Mungkin mereka hanya melihat kita dari pandangan mereka saja karena mereka tidak tahu siapa kita sebenarnya, tapi setidaknya ada penilaian baik buat kita benar bukan V ?" ucap Ghil kepada V dengan nada yang sedikit mengejek.
"Oy oy oy Ghil, kamu mengejeku kan ? Kamu lagi sarkasme kan ?!!!" teriak Lux dengan nada tinggi sambil mengencangkan rangkulannya kepada Ghil.
Ghilmar dan V tertawa tipis atas perlakuan yang dilakukan oleh Lux. Candaan ini selalu menghiasi hari - hari mereka yang hampir sepenuhnya selalu dijalani bersama. Sekitar lima belas menit waktu telah berlalu sejak pertama kali mereka telah sampai dan menunggu didepan aula, akhirnya para staff penerimaan mahasiswa baru membukakan gerbang sebuah aula sangat besar yang sanggup menampung sekitar 7500 orang. Tanpa pikir panjang, mahasiswa - mahasiswa yang telah menunggu didepan aula berbondong - bondong memasuki aula besar ini dengan teratur.
Semua mahasiswa baru memasuki dan mulai mencari tempat duduk untuk mereka menjalani proses penerimaan ini. Aula ini disebut sebagai The Hall karena tempatnya yang sangat luas dan bentuknya yang menyerupai bentuk tempat teater megah dengan kursi yang saling berpundak - pundak dengan panggung besar yang berada di jajaran bawah sebagai pusatnya. Aula ini dilengkapi dengan sistem pencahayaan yang sangat mumpuni dan juga sound system lengkap membuatnya menjadi tempat sempurna untuk dijadikan sebagai wadah mengutarakan informasi penting atau apapun itu dimuka banyak orang.
"Dimohon kepada para mahasiwa baru untuk segera menempati tempat duduk dengan kondusif agar acara penerimaan ini bisa segera dimulai." ujar seorang staff perempuan dilengkapi dengan atribut lengkap yang berdiri di panggung utama sambil mengarahkan para mahasiswa baru mengenakan mic yang dia arahkan ke mulutnya.
"Ahh..., sepertinya tempat duduk ini cocok untuk kita, pandangannya jelas kedepan." ucap Lux yang telah menemukan kursi yang tepat untuk diduduki sambil memandangi sekitar dan merapihkan mantel tebal hitamnya yang terlipat.
"Aula yang sangat besar, kali ini kita kuliah di kampus yang cukup mewah juga ternyata." ujar Ghilmar yang duduk dengan elegan diantara Lux dan V sambil melihat kearah panggung.
"Lama sekali, kapan mereka akan mulai menyampaikan omong kosongnya." keluh V yang duduk dengan merebahkan badannya kepada kursi sambil menyilangkan pergelangan kaki dan menopang dagunya dengan kepalan tangan kiri.
Tidak lama setelah semua mahasiswa menempati masing - masing tempat mereka, lampu besar aula mulai menyorot kearah panggung dan suara mic pun sudah mulai terdengar, seketika keadaan menjadi hening tanpa suara.
"Akhirnya, dimulai juga." gumam V dengan perlahan sambil tetap pada posisi duduk angkuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Emperor : Tales of The Salvatores
Fantasía"Apakah kau tahu sebuah ironi dimana melindungi sama saja dengan mengorbankan diri ?" ucap seorang pria yang sedang duduk di sebuah aula besar mengenakan mahkota berbalut emas dan berlian di kepalanya. "Hah, apa yang kau bicarakan sayang ?" balas se...