BAGIAN 12 : KONFRONTASI SEARAH

38 4 0
                                    

"V, apakah kita harus kesana buat nahan Ghilmar supaya ga berlebihan?" tanya Lux kepada V sambil duduk kembali.

"Gausah, dia lebih mengerti batasannya." jawab V dengan datar.

"Hmm..., iya juga. Yaudah ayo kita kesana aja, siapa tau seru!" ajak Lux sambil mengunyah.

"Habiskan dulu makananmu, bodoh!" ucap V sambil terus membaca.

Setelah Luxilius menghabiskan makanannya dan V sudah menutup bukunya, mereka berdua segera keluar dari kantin menuju lapangan sepak bola. Mereka berjalan bersampingan dengan diiringi oleh tatapan - tatapan penasaran dari orang - orang yang berada di kantin.

Selang beberapa waktu, mereka berdua akhirnya tiba di pinggir lapangan. Mereka memutuskan untuk menunggu di pinggir karena tidak ingin mengganggu Ghilmar melancarkan aksinya. Lapangan rumput yang biasa digunakan untuk olahraga ini seketika berubah menjadi sebuah lapangan yang akan menjadi medan pertempuran.

Ghilmar berdiri di tengah lapang menghadap para anggota tim sepak bola yang bahkan berjumlah empat kali lebih banyak dari jumlah yang mendatanginya saat di kantin. Para pemain bola berdiri dengan angkuh dan menatap Ghilmar tajam dengan harapan Ghilmar merasa terancam, namun nyatanya jumlah yang banyak serta ancaman yang tidak tersirat secara langsung ini tidak membuat Ghilmar merasa terintimidasi sama sekali. Ghilmar justru hanya berdiri dengan santai lalu memasang ekspresi muka berseri dan diterpa oleh hembusan angin musim semi yang membuatnya semakin merasa tenang.

"Tiga puluh tiga orang? Hanya ini modal kalian untuk memberiku pelajaran?" tanya Ghilmar sambil menghitung jumlah tim sepak bola lalu menggaruk rambutnya.

"Lihat teman - teman betapa sombongnya anak ini! Dia selalu merasa paling hebat dan berpikir bisa mengalahkan kita semua!" teriak Sang Kapten kepada teman - teman setimnya.

"HAHAHAHA!" serentak semua tim sepak bola tertawa mendengar perkataan Sang Kapten.

"Bukankah kalian yang selalu merasa paling hebat? Merasa bahwa kalian selalu berada di puncak rantai makanan, lalu berlaku seenaknya kepada siapapun? Hah..., Naif!" teriak Ghilmar kepada mereka sambil membenarkan posisi kaca matanya.

"Aku sudah tidak tahan dengan si sialan ini! Saatnya memberi dia pelajaran dengan perlakuan." ujar Sang Kapten geram sambil mengepalkan jari tangannya.

Keadaan ini seketika menjadi sebuah pertunjukan yang meneggangkan dan menarik perhatian banyak orang. Banyak sekali mahasiswa dan bahkan beberapa staff yang penasaran akan hal ini lalu menyaksikan perseteruan dari pinggir lapangan. Tidak ada satu pun orang yang berani menjadi penengah untuk memberhentikan pertikaian yang terjadi diantara satu orang mahasiswa dengan tiga puluh tiga anggota tim sepak bola ini.

"Apa yang terjadi disini? Kenapa kalian bergerombol di pinggir lapangan? Izinkan aku lewat!" teriak seorang dosen mengenakan jas abu sambil menyelusup kepada mahasiswa yang sedang bergerombol.

Dosen tua ini sangat terkejut akan hal yang baru saja dilihatnya, dia mengerutkan dahinya lalu berkata pada para mahasiswa yang sedang menonton.

"Apa ini?! Apakah mereka akan bertengkar?! Kenapa kalian malah diam saja?! Cepat pisahkan mereka!" teriak dosen itu kepada mahasiswa yang lain.

"Tapi pak, kita justru akan dihajar habis - habisan kalau kita turun kesana untuk memisahkan, bapa sendiri tahu kan kelakuan dari tim sepak bola?" jawab seorang mahasiswa dengan ragu.

"Astaga! Apa yang anak itu pikirkan?! Kenapa dia nekat sekali mencari masalah dengan tim sepak bola?! Aku akan mencari juru keamanan untuk memisahkan mereka!" teriak si dosen sambil berlalu meninggalkan gerombolan mahasiswa.

Emperor : Tales of The SalvatoresTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang