Chapter 06

142 15 0
                                    

Vega membaringkan tubuh lelahnya di kasur. Menghela napas dalam-dalam sambil berpikir apakah dia bisa bertahan menjadi babu Altair. Ini baru hari pertama, tapi Vega sudah tidak tahan. Bagaimana dia bisa menghadapi 29 hari ke depan? Apalagi setelah dia melihat dimana Altair dan anggota Marevos yang lain membabi buta memukuli lawan.

Vega tidak menyangka dia akan menjadi babu seorang Altair, cowok tak berperasaan, anak dari pemilik sekolah, dan pastinya ketua geng. Gue pengen menghilang!

*****

Altair memasuki markas bersama kelima temannya. Di dalam markas sudah terdapat anggota geng Marevos yang membuat markas mereka penuh.

"Al, kita denger kabar SMA Gentara di serang sama Gasder?" tanya salah satu anggota Marevos yang berbeda sekolah dengan Altair.

"Iya. Gue ngumpulin kalian karena ada yang mau gue omongin," ucap Altair sambil mendudukan diri di kursi yang terdapat di dalam markas.

"Mau ngomongin apa? Lo mau ngungkapin perasaan lo sama gue?" tanya Algin ceplas ceplos membuat Altair spontan menendang kaki kursi yang sedang Algin duduki hingga membuat cowok itu hampir terjungkal ke belakang.

"Serius!"

"Iya-iya. Baperan lo," gumam Algin sambil menggeserkan kurisnya menjauh dari Altair. Berjaga-jaga, jangan sampai Altair emosi dan menendangnya lagi.

"Gue curiga sama salah satu guru di SMA Gentara," ucap Altair membuat mereka semua menatap cowok itu serius.

"Curiga kenapa?"

"Setelah kita ngalahin Gasder, gue noleh ke atas dan gak sengaja gue lihat tuh guru natap ke arah kita terus senyum sinis," ucap Altair membayangkan kejadian waktu di sekolah yang membuatnya was-was terhadap guru itu.

"Nama tuh guru?" tanya Jendri mewakili yang lain.

"Pak...siapa sih? Lupa gue."

"Makanya jangan kebanyakan bolos. Biar nama guru aja gak tau lo," ucap Nizar.

"Bukan gak tau. Tapi gue lupa. Lagian kalau gue bolos, lo semua juga ikutan bolos," ucap Altair yang membuat teman-temannya menyengir.

"Pak Ikram," ucap Reigan tiba-tiba membuat mereka semua menatapnya.

"Nah pak Ikram. Eh tapi kok lo tau? Lo liat juga, Rei?" tanya Altair yang mendapat anggukan dari Reigan.

"Bukan hanya sekali, tapi berkali-kali."

"Hah? Gimana? Gimana?" tanya Algin sambil memajukan kursinya agar lebih dekat dengan Reigan.

"Udah berkali-kali gue nangkap basah dia lagi merhatiin kita."

"Jangan-jangan tuh guru bokapnya si Kevin lagi," ucap salah satu anggota Marevos membuat yang lain heboh.

"Sembarangan lo," ucap Azlan sambil tertawa.

"Atau jangan-jangan dia merhatiin kita karena dia demen sama gue?"

"Untung lo jauh dari gue, Gin. Kalau gak udah gue sleding lo," ucap Altair membuat Algin tertawa.

Tiba-tiba ponsel Altair berdering menandakan ada yang menghubunginya.

"Iya. Alta pulang sekarang," ucap Altair pada seseorang di seberang sana.

"Kenapa lo?" tanya Nizar melihat raut wajah Altair yang tadinya kesal sekarang bertambah kesal.

"Gue balik duluan. Bokap gue manggil," ucap Altair sambil mengambil jeket kebanggaannya.

"Lo semua kalau laper, pesen makan aja," ucap Altair membuat mereka semua tersenyum.

"Lo yang bayarin?" tanya Algin.

ALTAIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang