Chapter 17

89 5 0
                                    

Altair menghembuskan napas pelan. Sudah 15 menit mereka berada di UKS, namun Vega belum juga bangun.

Apa dia lebih milih mati dari pada jadi babu gue?

Algin sedari tadi tak henti-henti memandangi wajah Vega. Memang cowok itu lebih memilih duduk di kursi yang berada di sebelah brankar.

"Al, dari pada jadi babu lo, mending Vega jadi cewek gue aja," ucap Algin membuat mereka memutar bola mata malas.

"Cewek yang ke berapa?" tanya Jendri.

"Ke tujuh," jawab cowok itu santai.

Azlan yang mendengar itu hanya bisa meringis. Azlan bersyukur dalam hati karena dia yang lebih dulu bertemu Ghea. Bayangkan saja jika Algin yang lebih dulu bertemu Ghea, sudah pasti Ghea akan menjadi korban gurita satu itu.

"Pasti sekarang jodoh gue lagi ngomongin masa depannya sama pacarnya. Yah kasian, udah ngomongin masa depan ujung-ujungnya jadi masa lalu," ujar Nizar lalu tertawa.

"Siapa sih yang jagain jodoh gue? Balikin napa, gue bisa jaga sendiri!" celetuk Jendri dengan decakan kesal yang keluar dari bibirnya.

Azlan hanya menggelengkan kepalanya pelan melihat tingkah sahabatnya itu, "Otak hasil give away ya gini."

"Kira-kira siapa yah yang jadi jodoh lo, Al?" tanya Nizar membuat mereka semua menatap Altair.

"Gue terlalu sempurna untuk siapapun," ucap Altair santai membuar Nizar dan Jendri berlagak pengen muntah.

"Anjing, pede banget," gumam Algin.

Ya, mereka akui Altair hampir mendekati kata sempurna soal wajah dan bentuk tubuhnya. Tapi, perempuan mana yang akan tahan menghadapi sifat Altair? Jika ada perempuan yang tahan dengan sikap Altair, biarkan mereka memberi penghargaan kepada perempuan itu.

"Udah diem, jangan berisik," tegur Azlan.

"Eh Vega udah bangun!" jerit Algin yang melihat pergerakan Vega.

"Dari tadi kek. Nyusahin aja," ucap Altair berdiri dari duduknya diikuti yang lain.

Vega memegangi kepalanya yang terasa pusing. "Gu-gue di mana?"

"Neraka!" jawab Altair ketus.

"Al, gak ada lembut-lembutnya lo jadi cowok," ucap Algin menunjuk Altair dengan kesal.

"Dia usah sadar kan? Sekarang ayo pergi." setelah mengucapkan itu, Altair keluar dari UKS diikuti Reigan.

Vega menatap punggung Altair. Kenapa cowok itu pergi? Bukankan dia yang sudah membuat Vega seperti ini? Tidak, Vega tidak berharap Altair di sini menemaninya. Tapi bukankan cowok itu harus minta maaf sebelum pergi?

Azlan mengambil air minum yang sudah tersedia di UKS dan memberikannya kepada Vega. "Minum dulu."

"Makasih." Vega lalu meminum air itu, sesekali menoleh ke arah pintu.

"Dia gak pernah ngucapin kata maaf dan terima kasih. Lo maklumi aja ya. Tapi dia sebenarnya baik kok," ucap Azlan membuat Vega terdiam.

Bagaimana bisa ada orang semacam Altair?

"Neng madu gak papa?" tanya Algin.

"Madu?"

"Iya. Kan neng Vega manisnya melebihi madu." Vega hanya bisa tersenyum kikuk mendengar ucapan Algin.

"Ah gue gak papa."

"Woy, cabut. Dia udah gak papa," ucap Nizar lalu keluar dari UKS diikuti Azlan.

"Dadah neng madu!" teriak Algin setelah benar-benar hilang dari balik pintu dengan Jendri yang terus menyeretnya.

Setelah mereka pergi, Raya dan Nara datang dengan tergesa-gesa.

"Vega! Lo gak papa kan?" tanya Raya heboh.

"Ve, kenapa lo bisa pingsan?" tanya Nara dengan raut wajah khawatir.

"Gue gak papa kok. Oh ya, kok kalian bisa tau kalau gue di sini?"

"Noh, satu sekolah lagi bicarain lo. Gila Ve, lo digendong sama Reigan, anjir masih gak percaya gue," ucap Raya membuat Vega terkejut bukan main.

"Reigan?"

"Iya. Gila sih, satu sekolah langsung pada heboh." Nara membuka ponselnya dan menunjukan sebuah foto pada Vega. Mata Vega langsung membulat saat melihat Reigan benar-benar menggendongnya. Raut wajah cowok itu seperti biasa, datar.

"Lo dapet foto ini dari mana?"

"Udah kesebar, Ve. Tapi sumpah, gue...gue masih gak nyangka," ucap Nara.

"Lo orang pertama yang bisa sedekat itu sama Reigan," sambung Raya.

****

"Gila Rei, foto lo lagi gendong Vega, udah kesebar." Jendri menarik bangkunya agar mendekat ke meja Reigan dan langsung menunjukan sebuah foto dimana Reigan sedang menggendong Vega.

"Ghea juga nanyain gue tadi tentang foto itu. Dia sempet mikir kalau itu editan," ucap Azlan.

"Gue kira lo alergi cewek, Rei," celetuk Algin membuat Nizar tertawa.

"Kurang ajar lo, Gin. Gini-gini Rei juga demen sama cewek. Iya kan Rei?"

Reigan hanya menatap teman-temannya dengan tatapan kesal. Tapi, sekesal-kesalnya Reigan kepada teman-temannya, Reigan lebih kesal kepada orang yang menyebarkan foto sialan itu.

"Jangan gangguin gue," ucap Reigan membuat mereka semua tertawa.

"Kenapa gak lo jatohin aja tadi tuh cewek?" tanya Altair membuat Algin menjitaknya pelan.

"Sialan lo, Gin!" kesal Altair.

"Kayaknya gue harus cariin lo cewek deh."

"Gue gak butuh," balas Altair.

*****

"Gue malu," cicit Vega sambil menunduk. Nara yang berada di sebelahnya langsung merangkulnya.

"Gak usah malu, lo gak nyusahin mereka."

"Berasa jadi artis gue," gumam Raya saat semua murid-murid di sepanjang koridor menatap mereka. Lebih tepatnya menatap Vega, cewek yang digendong Reigan.

"Gak usah nunduk, Ve. Angkat kepala lo," ucap Nara sambil menaikan dagu Vega.

"Entar kutu lo jatuh," sambung Raya membuat Vega mencubit lengannya pelan.

"Gue becanda Ve," ucap Raya sambil tertawa.

"Oh ya Ve, gimana sih rasanya digendong Reigan? Jantung lo aman kan? Jantung lo gak pindah tempat kan?" tanya Raya lagi membuat Vega memutar bola matanya malas.

"Apa sih Ray. Berlebihan tau gak!"

"Gak heran sih, Ve. Selama sekolah di sini, gak ada satupun cewek yang berhasil deketin Reigan. Bahkan untuk bersentuhan dengan tuh cowok aja rasanya mustahil. Dia selalu jalan di tengah temen-temennyan," jelas Nara.

"Bukan cuma Reigan doang, Altair juga. Mereka seaka menjauh dari makhluk yang bernama perempuan. Cuma lo doang satu-satunya perempuan yang bisa deket sama mereka," sambung Raya.

Vega mengerutkan kening bingung. Kenapa kedua cowok itu berbeda dari cowok-cowokw lain? Apakah kedua cowok itu tidak menyukai lawan jenis? Bahkan lebih mungkin, kedua cowok itu saling menyukai?

Memikirian itu membuat Vega bergidik ngeri.

"Apa jangan-jangan mereka saling suka?" tanya Vega membuat Raya tertawa kencang.

"Anjir, gue juga dulu mikirnya gitu Ve."

*****

Makasih sudah membaca🖤

Ajak juga temen-temen kalian buat nongkrong di sini hehe

Instagram : nurhastin_

ALTAIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang