Chapter 26

74 6 4
                                    

Vega menghela napas pelan melihat kondisi kamar yang jauh dari kata rapi. "Sabar Ve, gak lama lagi tugas lo jadi babu dia udah selesai," gumam Vega lalu mulai membereskan kamar itu.

Mulai dari merapikan tempat tidur, mengumpulkan pecahan kaca, membersihkan bercak darah Altair, semua Vega lakukan dengan telaten.

Kurang lebih sejam, kamar itu sudah terlihat lebih rapi. Vega tersenyum, akhirnya dia bisa pulang lalu beristirahat di rumah. Sebelum keluar dari dalama kamar itu, Vega memperhatikan beberapa foto yang dipajang di tembok.

"Bangak banget anggotanya," gumam Vega yang sedang menatap foto yang terdapat semua anggota Marevos. Tak henti-hentinya Vega berdecak kagum saat melihat wajah-wajah anggota Marevos. Lalu Vega beralih kepada foto Altair dan teman-temannya.

"Lo ganteng Al, cuma lo mines di akhlak. Dasar gak ada akhlak," gerutu Vega, cewek itu tanpa sadar menyunggingkan senym saat melihat foto Altair yang sedang tersenyum.

"Coba aja sifat lo gak kaya gini, udah pasti gue kecantol sama lo," sambungnya lalu terkekeh geli dengan pemikirannga sendiri.

"WOY BABU! LO BELUM SELESAI JUGA?!" terdengar teriakan menggelegar dari Altair membuat Vega kembali menghela napas lelah.

Dengan perasaan sedikit kesal, Vega keluar kamar dengan memasang senyum terpaksanya. "Gue udah selesai beresin, sekarang gue bisa pulang kan?"

"Dih? Baru kali ini gue nemuin babu gak tau diri kaya lo! Sana masakin gue makanan, gue lapar," ucapan pedas itu keluar begitu saja dari mulut Altair.

"Dapurnya dimana?" tanya Vega berusaha sabar menghadapi Altair.

"Lo buta? Itu apa?!" Lagi-lagi Altair membentak Vega sambil melirik dapur.

Vega tidak menjawab, cewek itu malah berjalan menuju dapur untuk memasakan sesuatu agar tuannya dapat makan.

Sabar Ve, udah setengah perjalanan, gue yakin lo pasti bisa lewatin ini. Gak lama lagi lo akan bebas dari dia, lo gak akan jadi babu dia lagi, batin Vega yang terus menerus menguatkan dirinya.

****

"Lan, gimana hubungan lo sama Ghea?" tanya Algin tiba-tiba membuat Azlan melototkan matanya.

"Dih? Ngapain lo nanyain cewek gue?"

"Masih banyak cewek di luar sana. Jangan pacar temen lo embat!" ucap Jendri ngegas.

"Yaelah becanda doang gue mah," ucap Algin sambil tertawa karena raut wajah Azlan yang berubah seketika.

"Awas aja lo macem-macem sama cewek gue. Gue lempar lo sampai luar bumi."

"Jahat bener lo."

"Bodo amat."

Ting!

Tiba-tiba bunyi notifikasi dari ponsel Altair membuat perhatian mereka semua teralihkan.

Altair hanya melirik sekilas ponselnya, tanpa berniat membalas pesan tersebut. Altair malas membalas pesan seseorang apalagi itu dari nomor baru.

Ting!

"Anjir dispam siapa lo? Udah punya cewek lo?" tanya Nizar heboh.

"Al, lo udah punya pacar? Sejak kapan? Berarti lo normal dong?" tanya Algin beruntun.

"Sialan lo Gin," ucap Azlan sambil tertawa.

"Jangan buat nih meja melayang di kepala lo ya Gin!" ketus Altair melirik tajam.

Suara dering telpon Altair mengalihkan pandangan mereka semua ke ponsel itu. 

"Angkat aja, siapa tau penting," kata Reigan yang mendapat anggukan dari Jendri. Sementara teman-temannya yang lain sudah menatap Altair dengan tatapan yang begitu menyebalkan bagi Altair.

ALTAIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang