3 bulan sudah tamat. Khidmat Kamariah sudah sampai penghujung dan tidak bersambung. Anak - anak murid yang sudah terbiasa dengan caranya yang lemah - lembut itu, berasa sedih melepaskan guru mereka. Ada yang memeluk kaki, ada yang bergayut dilengan. Masing - masing menangis. Agak mengambil masa juga memujuk dan meleraikan mereka. Dalam hati, Kamariah juga berat mahu pergi. Apakan daya, setakat itu saja masanya bersama mereka. Esok, guru sebenar, Kartini, akan masuk mengajar.
"Budak - budak dah sayangkan awak." Kata Hadi sewaktu bersaing dengan Kamariah menuruni tangga. Dia ada terlihat adegan airmata antara Kamariah dengan murid - muridnya tadi.
Kamariah senyum saja. Matanya masih basah lagi.
"Biasalah macam ni. Lama - lama nanti, mereka lupa. Kita pun mungkin akan lupa." Sambung Hadi.
"Kenangan ni, manis sangat buat saya... Saya tak mahu lupakannya." Jawab Kamariah.
Sejenak, mata mereka bertatapan.
Mata Kamariah yang redup dan masih berairmata itu, kelihatan menawan sekali sehingga Hadi tersalah langkah!
"Ouch!"
Kamariah kelam - kabut mahu membantu tapi tubuhnya yang kecil dan rendah tidak mampu melakukan lebih lagi. Dia hanya mampu ikut terpekik dan menarik belakang baju Hadi... Dan itu tidak membantu langsung...
Hadi tersungkur. Mujur cuma beberapa anak tangga saja, tidak terlalu tinggi. Beberapa orang guru yang sedang lalu di balkoni atas dan bawah, tertarik mendengar jeritan berbeza nada dan gaya itu lantas menjenguk ke ruang tangga. Melihat Kamariah terkial - kial mahu membantu, mereka segera datang melihat.
Dua orang guru memapah Hadi ke bilik guru. Sikunya calar dan buku lalinya terseliuh. Seorang guru pendidikan jasmani datang mengurut dan membubuh ubat untuk kelegaan segera.
"Kau kena ke klinik juga ni, Di. Kalau tak, lambat bengkaknya nak baik."
"Ah, tu kau dah bubuh ubat."
"Ini sekejap aje. Bagi lega aje."
Seketika, guru - guru yang mengerumuni Hadi, bubar. Kamariah mendekat. Buku dan beberapa barang Hadi yang terjatuh tadi, dia tolong bawakan. Kini, semua diletak atas meja Hadi.
"Semua ni salah awak, Mar." Tiba - tiba Hadi bersuara sambil tangannya masih mengurut buku lali.
Kamariah yang sudah mahu pergi, tertahan lalu berpaling.
"Kenapa salahkan saya?"
"Sebab awak membuat mata saya terpaku pada awak seorang..."
Hadi mendongak memandang Kamariah. Kamariah mahu membalas renungan itu tapi tidak jadi kerana malu. Terus dia pergi meninggalkan Hadi yang tersengih sendirian.
Kamariah berhenti di balkoni. Senyum - senyum bagai sedang angau. Kata - kata Hadi membuat dia rasa seperti diawangan.
Usai waktu persekolahan, Kamariah cepat - cepat mahu pulang. Sepanjang persekolahan hari ini, dia cuma berbual dan mengucapkan selamat tinggal saja kepada murid - murid dan rakan sekerja. Buku ringkasan mengajar sudah dipulangkan, meja juga sudah dikemaskan. Hatinya sebak tambahan bila melihat murid yang melambai - lambai kepadanya sebelum balik tadi. Comel - comel kanak - kanak seusia itu.
"Hadi, awak boleh ke berjalan sambil bawa semua ni?"
Baru dia perasan, banyak pula benda yang perlu Hadi angkut sekali.
"Marilah saya tolong."
Hadi biarkan saja Kamariah membantunya. Dengan kaki yang singkat sebelah dan makin membengkak itu, bantuan kecil seperti itu pun besar maknanya!
Sepanjang berjalan ke kereta Hadi, mereka tidak berbual. Malah Kamariah berjalan di belakang Hadi.
Hadi membuka pintu keretanya lalu meminta Kamariah memasukkan barang dan buku - bukunya, diletakkan dikerusi belakang. Sebaik menutup pintu kereta, Hadi memanggil nama gadis itu.
"Kamariah."
Kamariah angkat muka dan memandang tepat ke wajah Hadi.
"Terima kasih." Ucapan itu diiring senyum berlesung pipit dipipi kirinya.
Kamariah terpesona lagi...
"Sama - sama. Hati - hati balik tu."
"Hatiku padamu, Mar. Awaklah yang kena hati - hati membawanya."
Merah muka Kamariah tapi hatinya senang sekali mendengar usikan itu dari Hadi!
Beberapa orang guru yang lalu - lalang mahu pulang, sekadar senyum penuh makna melihat sepasang manusia yang saling malu - malu alah itu. Bahkan, berbisik - bisik sudah rakan - rakan guru tentang keakraban dua guru muda itu. Tiada apa yang salah, dua - dua pun bujang... Kawan - kawan mendoakan.
"Saya... Saya... Balik dulu."
Kamariah berpusing tapi tumit kasutnya terpijak butiran batu - batu kecil diparkir lalu dia tergelincir! Belum sempat tubuhnya jatuh ke tanah, tangan Hadi sudah memautnya kemas. Kamariah kalut dan berasa mukanya setebal aspal! Dalam hati dia menyumpah - nyumpah kasutnya.
Sambil membetul - betulkan selendangnya, dia mengucapkan terima kasih kepada Hadi.
"Mujur tak jatuh..." Kata Kamariah, berseloroh menyorokkan gugup.
"Ya. Tak jatuh ke tanah tapi terjatuh cinta." Balas Hadi.
"Err... Err..." Kamariah semakin gugup. Hadi cuma tersenyum. "Err... Balik dululah."
Hadi memerhati langkah Kamariah dengan hati berbunga. Kamariah melangkah dengan hati yang sudah tergoda.
YOU ARE READING
Menanti Gerhana Berlalu
RomanceKata orang, penantian itu satu penyiksaan... Dan dia telah menanti dan mencintai, terlalu lama.