Chapter 2 - Luka itu..

112 14 5
                                    

Note : font italic (miring) itu masa lalu




















Sekarang, waktu menunjukkan pukul 7 lebih 10 menit di kota metropolitan Seoul. Di dalam apartemen luas itu, anak konglomerat pemilik kekayaan ratusan miliaran won tengah duduk diam tak berekspresi di depan channel hiburan yang menayangkan program lawakan. Gadis bungsu bermarga Hwang itu tampak sedih ditemani kesunyian malam tak berarti.

Cara Im Yoona memohon pada mereka siang hari ini membuat koleksi memori yang ia tenggelamkan kembali mengapung ke atas permukaan. Kehendak gadis Im itu membuat beban otaknya bertambah dan akan berlarut seperti ketidakmampuan otaknya menyingkirkan masalah lain yang belum terselesaikan.

Tiffany Hwang menarik kedua kakinya dari lantai, menumpukan kaki itu pada sofa dan memeluk erat kedua kakinya sambil menggigit kukunya. Sebuah kebiasaan yang refleks ia alami disaat resah, gugup, stress dan takut mendatanginya.

Seketika dampaknya pun mulai terlihat, bibirnya bergetar dan berusaha mengatup. Bulir airmata jatuh tak terhapuskan. Ia menjadi larut dalam memikirkan kenangan hidup.

"My bestie, my sweety friend"

"My J, My day and My shine"

"Happy Birthday Stephh, the only one and the best partner i have"

"Comeback Jess!! I'll waiting for you. Don't go back if you here without permission from me!"

"Hongkong is too beautiful. Trust me, if you here, my life becomes more fun. Everyday of love your smile"

"But, Seoul is too perfect to build a bussiness or stay alive in there"

Iyaa, kenangan itu adalah kepingan manis ingatan Tiffany bersama Soul Sister yang ia dapat dari takdir.

"Aku bertemu Hyoyeon unnie. Aku tak sengaja melihatnya terduduk menangis sambil menelepon seseorang. Sudah lama kabarnya menghilang, lalu dia muncul dan aku melihatnya untuk pertamakalinya dalam keadaan sedih penuh lara begitu (Yoona)"

"Itu masalah dia, tak perlu kau urus Yoona-yaa (Sooyoung)"

"Coba cari jawaban setelah kau bertanya pada dirimu sendiri, Sooyoung-ssi. Dia menghindari kita dan menghilang selama satu tahun. Berdalih menerima pertukaran pelajar, namanya saja bahkan tidak tertulis sebagai student exchange di arsip kemahasiswaaan (Yoona)"

"Pahamilah Yoona-yaa. Semenjak hari itu bom waktu yang tertanam sudah meledak. Kita tak perlu membuang waktu untuk mengurusinya. Dia satu diantara mereka dan dia juga menjadi bagian dari mereka. Sudahi kekhawatiran tak bermanfaat itu (Sunny)"

"Matjo!!. Jika di depan Taeyeon kau menyinggung permasalahan ini, sudah jelas kau akan terbuang dari pertemanan ini (Sooyoung)"

"HAH.. Haa haa... sangat tidak heran mengapa kau masih kekeh memihak padanya Yoona-yaa. Karena dia adalah anak dari pebisnis kaya yang meloloskan ayahmu dari pailit perusahaan (Sunny;tertawa)"

"Kau berlebihan Yoona-yaa. Tiffany saja tak berkutik, apalagi memperkeruh keadaan. Dia bahkan meluangkan waktu dan kesabaran untuk meredakan emosional Taeyeon. Ada baiknya mulai sekarang kita meluangkan waktu untuk peduli pada mental dan psikis teman-teman kita (Sooyoung)"

Kala itu Tiffany diam, sudah kehabisan akal tak tahu harus berucap seperti apa. Ia bahkan tak mengerti apakah sikapnya menentukan keputusan sendiri terlihat memihak diantara dua sisi yang bersebrangan?. Tiffany bahkan tidak menyadari bahwa kegigihan Yoona mengajak mereka bekerjasama lebih kuat dibanding rasa kepeduliannya pada si penghianat.

Black & White : If it's Pain is YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang