Chapter 9 - Gelap

64 12 11
                                    

Note : font miring (italic) adalah masa lalu











"Membayangkan kita untuk tetap ada selamanya adalah impian terburuk yang terasa manis sesaat. Tersenyum menceritakan sejarah kita bersama merupakan pemborosan cerita yang tak berguna. Berbicara keras dan lantang untuk memperjelas titik balik kenyataan juga kebodohan yang merugikan. Kerugianku pernah meninggalkannya. Kelemahanku tak mampu menjaganya. Kesalahanku yang tak bisa meluruskan ceritanya". - Kwon Yuri














Support cast:

Kwon Jiyoung as Yuri's brother
-Na Ha Rim as Jiyoung's wife

Yuri bermenung rasanya bertahan sendirian lagi di rumah sebesar ini sangat lah tidak nyaman. Namun Yuri tidak bisa menghindari takdir yang nyatanya sudah begini.

Kemarin ia masih mengingat momen itu. Setelah sekian lama ia tak bertemu dengan sang ibu, akhirnya Yuri dapat menikmati pelukan hangat seorang ibu.

Ibunya datang jauh dari USA dan berkunjung ke rumahnya. Tentu Yuri sangat senang dengan kehadiran beliau. Sosok yang paling ia cintai dan selalu ia rindukan. Betapa bahagianya Yuri menyambut kedatangan ibunya.

"Eommaa... Bogoshipeo".

"Nado bogoshipeo Yuri-ya".

"Kenapa Eomma tidak mengabariku?".

"Surpriiissseee.. Eomaa disini.. Sudah lama aku tidak memukulmu".

plakk... plaakk..

Pukulan itu masih menyadarkan Yuri bahwa ibunya tetap disiplin sama seperti dahulu. Sosok wanita tangguh yang sering membuatnya takut bila gagal meraih kemenangan.

"Eomma.. Sakiitt".

"Kau harus kuat! Tidak boleh sakit".

"Ndee..".

"Jina Eodisseo??".

"Sedang mandi".

"Ayo!! Bantu Eomma mengemasi barang-barangnya".

"Mwo!! Kenapaa??".

"Kami harus kembali ke Houston".

"Tidak bisa! Dia harus menghabiskan liburan semesternya denganku".

"Lain kali sayang! Tidak untuk saat ini!".

"Kenapaa??".

"Sesuatu dan belum saatnya kau tahu".

"Eommaa...".

Mengingat kembali percakapan itu, rasa kecewa dan perihnya seakan terulang saat ini.

Yuri tidak bisa menolak perintah. Perintah seorang istri dari mantan abdi negara. Yuri hanya manut menerimanya.

"Sesuatu dan belum saatnya kau tahu".

Terkadang muncul rasa muak setiap kali mendengar kalimat itu. Namun seorang Yuri dengan tingkat pengabdian yang begitu patuh pada setiap kebijakan ibunya, tetap tidak bisa menerobos dinding kalimat itu.

Jauh dalam lubuk hatinya, rasa penasaran yang menggunung itu ia redam sejauh-jauhnya.

Namun itu dulu.

Hari ini, Yuri seakan tidak bisa berdiam saja untuk menerima itu. Ia sangat ingin mengetahui apa yang belum ia ketahui.

Sebuah ide terlintas di benaknya, Yuri bergegas bersiap-siap, merapikan beberapa pakaiannya dan mendorong sebuah koper keluar dari rumahnya.

Black & White : If it's Pain is YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang