Chapter 1-Retak

237 18 8
                                    

Note: font italic (miring) adalah masa lalu















"Tak ada yang tahu, juga tak ada yang bisa mengerti cara alam mewujudkan takdir. Seketika bingung menguasai pikiranmu, memporak-porandakan imajinasimu bahkan menghancurkan harapan dan ekspektasimu. Saat itu kau sadar dengan cara Tuhan membangunkanmu untuk bersyukur. Cara Tuhan mengingatkanmu, akan membuatmu tersungkur karena lalai mengikuti kata hatimu. Alam dan semesta membantumu untuk tidak lupa bahwa dunia ini masih ada dengan sekelumit kesengsaraannya". - Kim Hyoyeon.

.............

"Menjauh lah dariku!". Tekan perempuan pendek berkulit putih pucat itu.

"Dengarkan dulu maksud ucapanku!!". Bujuk perempuan berkulit tanned itu.

"Sudah ku bilang. Aku tak perlu mendengarnya lagi. Aku tak peduli dengan cerita itu!!". Tolaknya dan mempercepat langkah untuk menjauhi perempuan tanned itu.

"Jangan keras kepala, Taeyeon-ah!!!". Teriaknya membuat perempuan pendek yang dipanggil Taeyeon itu pun membalikan tubuhnya dan menatap lawan bicaranya dengan sorot mata penuh amarah.

"Jangan samakan isi kepalaku denganmu, Yuri-ya!!!". Geram Taeyeon tersulut emosi pada Yuri. Taeyeon memperlebar jaraknya dari posisi Yuri. Berdiri tegap, lalu berucap...

"Kau tak akan pernah tau dan tak akan pernah bisa mengerti isi kepalaku. Biarkan aku gila karena masalah ini. Aku terlanjur kebal untuk menerima kenyataan perih ini". Teriaknya menyampaikan kata-kata itu dengan nada yang dikeraskan.

Untuk sejenak Taeyeon menutup matanya, menarik pelan oksigen lalu menghembuskan deru napas berat yang cukup didengar oleh Yuri. Smirk si tanned perlahan terbit, kakinya menarik dua langkah untuk mundur ke belakang.

"See Kim Taeyeon??? Kau memundurkan langkah, aku pun bisa melakukan hal serupa. Kau menolak mempercayai takdir dan kenyataan, aku pun begitu. Kau teguh pada prinsip dan keyakinanmu, akupun tetap teguh dalam sikapku. Aku bisa melakukan apa yang kau lakukan, Kim Taeyeon. (Yuri maju dua langkah, kembali ke posisi awal). Tapi kebenaran mencoba meraihku, mendekati kalian, menemukan keaslian faktanya dan hatikuu... hatiku masih ingin membuktikan bahwa dia tidak bersalah, Taeyeon-ah".

Taeyeon diam di posisi dengan sorot mata sayu, khas kelembutan pandangan matanya yang sekarang tampak rapuh. Yuri memanfaatkan momen itu untuk mempersempit langkah mereka.

"Berhenti!!!. Bullshit dengan omong kosongmu. Jangan buat aku semakin membencimu karena kau membela pengkhianat itu. Sudah sepantasnya kau tak bicara lagi padaku". Yuri diam terkejut melihat sorot mata itu berganti menjadi penuh amarah. Ia terheran dengan perubahan sikap Kim Taeyeon yang semakin keras setiap harinya.

"Perlu kau tahu Yuri-ssi. Aku pun sudah cukup bangga pada diri sendiri daripada kembali peduli ke pihakmu. Bahkan aku merasa paling bahagia, saat 'orang sakit' sepertinya lenyap dari hadapanku dan DUNIAKU!!". Mata Yuri panas, terasa sedikit sesak paru-parunya.

'Jangan sejauh ini kau melangkah, Taeyeon-ah!. Jangan!!!' (Pinta yuri dalam hati)

Perlukah Yuri mengikuti cara bermain Taeyeon dalam membenahi kesalahpahaman ini??

"Begitukah Kim Taeyeon-sii??". Yuri mendekati Taeyeon yang juga siap menerima kedatangan Yuri.

"Jelaskan satu alasan yang pantas aku terima sebagai hadiah dari mantan teman terbaik. Apa yang membuatku harus berhenti menyampaikan fakta bahwa Jessica tidak bersalah??". Yuri siap mendengar jawaban Taeyeon, jika memang hubungan retak ini tidak bisa disatukan kembali.

"Hilang dan pergi. Bukan berarti tidak pernah singgah dalam kisah manis masa lalu bukan?". Sambung Yuri kembali.

"Dia adalah orang sakit tak beradab. Tak mengerti adab, tak punya perasaan. Bersembunyi dibalik loyalitas kekuasaan. Bertindak dibawah payung hukum dengan tumpukan uang dibalik meja hijau. Dia dan keluarganya adalah parasit bagi kami orang miskin yang tak tahu diri. Inang yang sudah sakit, semestinya sekarat biar jam wafat bisa dipercepat".

Black & White : If it's Pain is YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang