Chapter 5 - Zero

98 19 14
                                    

Note : font miring (italic) adalah masa lalu











"Aku bersembunyi melihat kalian tertawa. Aku tertunduk melihat gurauan kalian begitu menyenangkan. Mataku menjatuhkan airnya, membuatku sakit mengingatnya. Aku melihatnya, bertemu dengannya bersama luka yang kembali tergoreskan. Luka kita bersemayam dalam tatapan indah nan rapuh miliknya. Bisakah waktu menyadarkan kami?. Bisakah waktu menarik kami untuk saling memahami? Bisakah mesin waktu datang bersamanya yang telah memisahkan kami?. Rindu ku untuk kenangan masa lalu". - Im Yoona.


















Siang kemarin cuaca sangat cerah tapi tetap Yoona merasakan cuaca masih lah mendung, gelap seperti tak ingin terang benderang.

Hari ini hujan turun dari pagi hingga malam tak kunjung berhenti. Sore tadi Yoona keluar rumah untuk pergi ke minimarket dan sempat diguyur hujan. Kiranya malam ini Yoona jadi flu dan tak enak badan.

ahh chouu

Berkali-kali tisu itu selalu basah oleh ingusnya. Sudah tebal selimut menutupi badannya, AC pun sudah dimatikan berganti dengan menghidupkan pemanas ruangan tetap saja Yoona kedinginan.

ahh chouu...

"Euunghhh.... ". Keluhnya kembali memencet hidung dan menekan pelipisnya yang berdenyut.

"Klee kau sakit???". Yoona menoleh mendapati dia duduk di sebelah ranjangnya. Detik berikutnya Yoona kembali bersin dan menyeka ingusnya dengan tisu.

Sejenak Yoona berpikir menoleh ke arahnya namun menghindari adu sorot mata.

'Setelah sekian lama kenapa bajunya tetap ini. Aku berharap kau bukan hantu Eonnie'- Yoona membatin.

"Klee kau demam yaa?". Dia khawatir dan menunjukkannya tapi Yoona hanya meresponnya dengan senyuman tipis.

"Malam kemarin ku pikir kau akan datang. Tak biasanya kau begitu". Yoona mengalihkan topik pembicaraan.

"Entahlah, setelah bertemu denganmu siang itu. Rasanya seluruh badanku jadi remuk belum lagi badanku terasa sangat panas. Aku bahkan lupa entah bagaimana aku bisa terkurung dalam sebuah ruang kosong berwarna putih tapi banyak asapnya". Yoona antusias mendengar dia bercerita.

"Sekarang disini??". Tanya Yoona.

"Aku tidak mengerti, siang tadi aku merasa tubuh ini seperti melambung ke udara lalu muncul di sebuah tempat ramai. Di tepi jalan.. (berpikir).. Yaa di tepi jalan aku tak sengaja membuat seseorang tersandung. Jadinya dia menabrak orang di depannya". Dia bercerita dan Yoona menjadi senang melihatnya.

"Ada apa dengan wajahku? (mendekatkan wajahnya ke Yoona)".

"Aku merindukanmu Eonnie". Yoona menatap lurus tapi berucap seakan tak sadar dengan ucapannya.

"Merindukan siapa??". Yoona tersentak kaget.

"Seseorang! Dia kakakku! Aku berharap dia bertahan dimanapun dia berada!". Yoona menatap ke arahnya, sepertinya dia mengangguk paham saja.

"Emm.. Apa yang ingin kau bicarakan padaku, Klee??".

Dia mengingat perintah Yoona pada siang hari di rooftop itu.

"Klee, nama itu sangat bagus. Tapi mengapa kau menyuruhku memanggil mu begitu. Nametag itu adalah namamu, Lim Yoona".

"Aku ingin bercerita. Ku pikir terhitung semenjak dua bulan belakangan ini kita berteman, aku perlu berbagi sedikit hal denganmu". Dia mengukir senyum.

"Ini pertamakalinya kau bicara banyak padaku. Aku suka Klee!".

Dia tetap mempertahankan senyuman itu untuk Yoona. Kali ini mata foxy itu berhasil menarik ekor mata Yoona untuk beradu pandang dengannya. Sorot mata itu begitu lembut dan tenang. Yoona menyukainya.

Black & White : If it's Pain is YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang